Pasutri Jadi-Jadian
amu jajah seenaknya. Hati-hati sama orang berduit. Katanya mereka bisa melakukan apa saja, salah jadi benar dan benar bisa jadi salah, orang k
aja. Aku kan bukan anak kecil lagi. Selagi bisa baca tulis dan punya mulut buat nanya, nggak bakalan nyasar d
ng. "Dibilangin orang tua kok nyauti
mau pergi nyebrang
nyumpahin,
apa itu barusan bilang soal kualat segala? Tiati sampean. Omon
awah aura orang nomor satu d
meraih tangan mertuanya untuk disalimi dengan sopan, lalu meminta doa restunya. Kemudian menco
l manyun, menjabat tangan
e itu terlihat begitu besar di mata
ri pernikahan dini putrinya sebagai berkat. Keyakinan mereka yang semula cuma serpihan debu, perlahan
ntar kena razia, dikira topeng monyet mau ngamen," ledeknya sembari terkikik, tapi dengan cepat di
kata, tapi pelukan dan napas beratnya kala melepas Nuning mengatakan segalanya, betapa ia sangat
meninggalkan terminal dan semakin menjauhi kampungnya. Menjauhi emak, bapak, Mas Bambang, serta paman dan bibin
*
Nuning menarik resleting
ap lautan gelap saat kapal feri yang menggangkut bus mer
g-gemintang. Jaka ikut tengadah dalam diam. Lalu menoleh lagi pada Nun
a sih?" tan
ku cuma d
egan?" Jaka
urip pakai celurit saja cewek ini lari sambil tertawa riang kok. Tapi ini, nggak ada apa-apa kok malah
h indah kalau dilihat mala
ecak. "Ka
hon-pohonnya aja dihiasin lampu. Nggak kayak kampung kita, lampu bisa ne
utin anak pulang ngaji jadi makin seru pas mat
pun membiarkan Nuning mengoceh sepuasnya. Tak menyelanya barang sekecap demi menjaga harapan Nuning
entar lagi. Tuh, lampu-lampu
akan pop mie sampai 3 cup. Terpaksa Jaka memapah istrinya yang setengah teler menuruni tangga besi yang curam, ke area pa
*
lebih banyak, lebih cepat, dan lebih heboh. "Aku di mana!" peki
t wajahnya saat ini. Lalu dia beranjak mendekati jendela, menyibak gorden, membukanya lebar-lebar
nam asal-asalan. Nuning mengabsen satu per satu pohon yang dikenalnya, "Kedondong, rambutan, sawo, asem
mimpi, cu
g, mestinya mereka sudah sampai di Jakarta sekarang. TAPI. Kenapa dia malah melihat kebun seluas ini? Bukannya pemandangan ibukota.
i mana diri
ita di televisi tentang penyekapan gadis muda untk dijual ke luar negeri. 'Terus, Jaka? A
ra seseorang tiba-t
a menyambar guling di kasur dan m
kaget dan mund
alian salah orang! Lepasin aku sekara
i kabur ke luar kamar
rit perempuan
tapi lengan seorang lelaki dengan gesit men
rang berduit apa? Emak-bapakku orang kampung, nggak punya duit buat tebusan. Boro-boro! Ternak ayam aja m
a-tiba memanggulnya di pundak seperti karung beras. Lalu tubuh N
sek!" maki Nuning sambil mem
el lelaki yang m
ertatapan dengan pria yang memanggulnya tadi.
acak pinggang, lalu geleng-geleng
ikir kamu sedang dicincang sekarang, buat dijual ja
ing. Otakmu itu korsletnya kok kebangetan amat sih? Tahu nggak, aku kerepotan bangunin kamu yang molor kayak kebo
annya kepada perempuan yang tengah menginti
Kenalin, i
ngah. "Wah, kupikir tadi
edek Jaka sambil menjulurkan lidah. Lalu dia menoleh ke belakang, "Sini, Bu. Nggak apa-apa.
rtuanya dan menciumnya sambil berk
seraya buru-buru menarik tanganny
i pintu dan mencubit Jaka. "Mana kutahu dia ibumu, heh!
engannya yang habis dicubit dengan sedikit gugup, jangan sampai Nuning tahu
i Jakarta apa bukan sih? Katamu kan di Jakarta udah ngga
Jaka sambil menghi
akarta?" Nuning be
k? Ibu masak banyak tuh buat kita," j
apur, membuat ibu mertuanya melipir ke tembok
*