icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pasutri Jadi-Jadian

Bab 9 Berangkat ke Jakarta

Jumlah Kata:1458    |    Dirilis Pada: 27/07/2023

amu jajah seenaknya. Hati-hati sama orang berduit. Katanya mereka bisa melakukan apa saja, salah jadi benar dan benar bisa jadi salah, orang k

aja. Aku kan bukan anak kecil lagi. Selagi bisa baca tulis dan punya mulut buat nanya, nggak bakalan nyasar d

ng. "Dibilangin orang tua kok nyauti

mau pergi nyebrang

nyumpahin,

apa itu barusan bilang soal kualat segala? Tiati sampean. Omon

awah aura orang nomor satu d

meraih tangan mertuanya untuk disalimi dengan sopan, lalu meminta doa restunya. Kemudian menco

l manyun, menjabat tangan

e itu terlihat begitu besar di mata

ri pernikahan dini putrinya sebagai berkat. Keyakinan mereka yang semula cuma serpihan debu, perlahan

ntar kena razia, dikira topeng monyet mau ngamen," ledeknya sembari terkikik, tapi dengan cepat di

kata, tapi pelukan dan napas beratnya kala melepas Nuning mengatakan segalanya, betapa ia sangat

meninggalkan terminal dan semakin menjauhi kampungnya. Menjauhi emak, bapak, Mas Bambang, serta paman dan bibin

*

Nuning menarik resleting

ap lautan gelap saat kapal feri yang menggangkut bus mer

g-gemintang. Jaka ikut tengadah dalam diam. Lalu menoleh lagi pada Nun

a sih?" tan

ku cuma d

egan?" Jaka

urip pakai celurit saja cewek ini lari sambil tertawa riang kok. Tapi ini, nggak ada apa-apa kok malah

h indah kalau dilihat mala

ecak. "Ka

hon-pohonnya aja dihiasin lampu. Nggak kayak kampung kita, lampu bisa ne

utin anak pulang ngaji jadi makin seru pas mat

pun membiarkan Nuning mengoceh sepuasnya. Tak menyelanya barang sekecap demi menjaga harapan Nuning

entar lagi. Tuh, lampu-lampu

akan pop mie sampai 3 cup. Terpaksa Jaka memapah istrinya yang setengah teler menuruni tangga besi yang curam, ke area pa

*

lebih banyak, lebih cepat, dan lebih heboh. "Aku di mana!" peki

t wajahnya saat ini. Lalu dia beranjak mendekati jendela, menyibak gorden, membukanya lebar-lebar

nam asal-asalan. Nuning mengabsen satu per satu pohon yang dikenalnya, "Kedondong, rambutan, sawo, asem

mimpi, cu

g, mestinya mereka sudah sampai di Jakarta sekarang. TAPI. Kenapa dia malah melihat kebun seluas ini? Bukannya pemandangan ibukota.

i mana diri

ita di televisi tentang penyekapan gadis muda untk dijual ke luar negeri. 'Terus, Jaka? A

ra seseorang tiba-t

a menyambar guling di kasur dan m

kaget dan mund

alian salah orang! Lepasin aku sekara

i kabur ke luar kamar

rit perempuan

tapi lengan seorang lelaki dengan gesit men

rang berduit apa? Emak-bapakku orang kampung, nggak punya duit buat tebusan. Boro-boro! Ternak ayam aja m

a-tiba memanggulnya di pundak seperti karung beras. Lalu tubuh N

sek!" maki Nuning sambil mem

el lelaki yang m

ertatapan dengan pria yang memanggulnya tadi.

acak pinggang, lalu geleng-geleng

ikir kamu sedang dicincang sekarang, buat dijual ja

ing. Otakmu itu korsletnya kok kebangetan amat sih? Tahu nggak, aku kerepotan bangunin kamu yang molor kayak kebo

annya kepada perempuan yang tengah menginti

Kenalin, i

ngah. "Wah, kupikir tadi

edek Jaka sambil menjulurkan lidah. Lalu dia menoleh ke belakang, "Sini, Bu. Nggak apa-apa.

rtuanya dan menciumnya sambil berk

seraya buru-buru menarik tanganny

i pintu dan mencubit Jaka. "Mana kutahu dia ibumu, heh!

engannya yang habis dicubit dengan sedikit gugup, jangan sampai Nuning tahu

i Jakarta apa bukan sih? Katamu kan di Jakarta udah ngga

Jaka sambil menghi

akarta?" Nuning be

k? Ibu masak banyak tuh buat kita," j

apur, membuat ibu mertuanya melipir ke tembok

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka