Salah Melamar
ah
emak berbinar, dengan senyum yang tak hentinya mengembang. Berikut dengan Dinda yang dipaksakan untuk tersenyum. Sebuah kamuflase itu terlihat
uara yang dibisikkan di dekat telinganya. "Bagaimanapun, sekarang kamu adalah seorang suami. Bahagiakan istrimu," ucapnya lirih yang masih terdengar olehku. Ibu
ang tak didasari oleh cinta ini akan menja
ala aku bergantian sungkem di tubuh tuanya. Senyumnya indah, menggambarkan betapa bahagianya beliau saat ini. Berbanding berbalik dengan
Mbak," ucap adik kecilku yang kini kupeluk. Aku ta
dimana aku mulai menyadari manik mata adikk
au. Bahkan mata indah dengan bentuk bulat itu nampak berkaca-kac
u nangis?
w. Dinda hanya takut ditinggalMBak Dij
kesini menghampirimu," ucap
k. Mungkin mereka tak tahu, jika aku telah meng
ketika angin menyapanya, semua akan sirna. Ya, pernikahan ini seakan tak berarti, dimana tak adanya pondasi cinta di dalam
a telah merelakan kekasihnya untukku, kenapa ia tak mampu memposisikan dirinya sebagai adik ipar Ammar? Ia tel
ng dituang dari tangan Ammar. Aku masih mengenakan pakaian pernikahan dengan asesoris berat dikepala, menerima tamu yang dari tadi pagi serasa tak ada henti-hentinya. Ya, ini adalah kali pertam
amit pulang. Ia turun dari panggung bergebyok ukiran dengan janur melengkung di depannya. Ya,
el di pakaian dan jilbabku. Kupandangi wajahku, mengusap make up dengan kapas putih yang sudah kubasahi dengan remover. Mengangkat topeng wajah, yang kini berganti dengan wajah alamiku.Dalam pantulan cermin di depanku,
ijah mandi du
ng seumuran. Hanya saja saat ini ia menjadi kepala kelua
"hm ..." lalu kembali fokus dengan benda menyala yang dipegangnya Tak ada kali
njang. Setelahnya aku membersihkan diri sekaligus men
*
setelah usai membersihkan diri, mengenakan gamis panjang
tak berubah. Ia menoleh dan sekilas menatapku. "Aku sudah mendirikan sh
dekat ke arah Ammar, dan duduk di sebelahnya. Menjalankan pernikahan tanpa mengenalnya di awal , benar-benar membuatku kikuk. Ia tak mengindahkan kehadiranku, masih terfokus dengan ponsel yang dip
mengerti. Jantungku berdetak tak karuan, memompa darah dengan cepat hingga menegangkan semua urat syar
am masuk jauh ke dalam hatiku. Ini kali pertama, aku berdekatan dengan
ng bukanlah kamu. Namun, Dinda adikmu," ucapnya dengan tegas, yang langsung menyambar hatiku. B
nafasnya yang berat. "Jangan pernah meminta hakmu kepadaku, akupun