Salah Melamar
utnya. Wajah keriput yang terlihat begitu teduh. Dibalik
ak
gga aku tersadar tubuhnya tera
Emak, Mas," teria
nyut nadi yang terasa meskipun sangat lemah. Dengan cepat ia membawa
, Mak. Ka
elama ini merawat dan membesarkanku. Kukecup keningnya dan kubelai rambut yang kini tertutup oleh ji
uh, takut jika terjdi apa-apa dengan wanita yang telah melahirkanku. Baru saja kemarin kulihat wa
ti reda. Dalam hati terus berdoa, agar wanita di depanku ini segera diangkat penyakitnya. Aku be
" ucapn
engan
ba-tiba emak mengucapkan kalimat yang layaknya sebuah wa
angan sampai terendus siapapun. Jadilah istri yang soleha, nurut kepada
sih dalam pangkuanku. Tatapannya, senyumnya terbingkai jelas dimataku. Bah
akk
k nadinya. Hingga akhirnya kalimat istirj
i wainnaila
ak
rjadi apa-apa dengan adikku. Ya, melakukan perjalanan hampir dua jam lamanya dalam keadaan hati ya
jarik bermotif coklat ini. Disingkapnya ujung benda tersebut, hingga wajah emak yang sudah s
n Dinda," uc
dalam pelukanku. Tangisnya pecah, ia
nemanin emak, gak langsung berangkat," uca
hati ini juga tak tahan dengan rasa penyesalan. Jika aku tak menikah dengan Ammar, mungkin Dinda gak akan berang
erenggut kebahagiaan Dinda adikmu. Kamu juga menjadi sebuah sebab d
mak baik saja, dan kini ... emak..." Ia menunjuk wa
ni yang dibutuhkan emak adala
mengantar kepergian wanita yang begitu kuhormati. Sesekali kulihat ad
ris Tuhan," ucapku sambil me
l beliau dimasukkan ke liang lahat, sampai di tutup kembali oleh tanah yang kini menggunung. Ak
menatap wajah dinda ya
a berdoa untuk emak di rumah," ucapku
ngit yang mulai tertutup oleh awan hitam. Sepe
tanyanya yang sedikit berteriak. Ia terus menangis di depan pusara ema
an suara petir yang menyambar. Tak la
angan yang memilukan hati. Dinda masih berada di posisinya, dengan memeluk nisan emak bersamaan linangan air mata. Sedangkan di belakangnya, tampak Mas Ammar yang membawa sebua
snya air yang mengucur ke bumi. Aku terus melangkah. Aku bahkan tak mampu lagi memb
pintu rumah. Bajunya tak basah sedikitpun, hanya terdapa
ak pulang dul
asuk dengan baju yang basah. Tubuhnya telrihat menggigil m
. Aku sudah menyiapka
uh, dan kubiarkan terus berada di atas kompor. Ya, aku
pnya yang langsung
kah itu tanda untuk aku mengakhiri semuanya? Ada dinda yang masih menyimpan rasa kepada
-
ir. Kalau berkenan, tin