Salah Melamar
rmu," ucap emak sambil memamerkan senyum di wajah keriputnya.
ak?" tanyaku
k perawan kok males mandi," ucap Emak dengan kecepatan kilat sambil menarik paks
arnya aku masih punya saudara, Namanya Dinda, dia adikku satu-satunya, yang mau tak mau menjadi teman berantemku. Sayang, saat ini ia sedang kuliah di kota, mengejar mimpinya. Sedangkan aku? Aku lebih memilih ting
at segera mandi," teriak emak deng
s nurut. Dari pada daun telinga ini menjadi korban atas keganasannya,
uk membullyku. Meskipun sebenarnya nama pemberian dari almarhum bapak ini, adalah nama yang indah. Lengkapnya Khadijah. Nama yang cantik bukan? Bapak pernah berharap, aku m
kit saja. Lain halnya dengan adikku Dinda. Meskipun kami dilahirkan dari rahim yang sama, nyatanya rejekinya berbeda. Dia terlahir sebagai wanita cantik, hidungnya mancung, tubuhnya semampai dengan kulit tubuh yang putih dan bersih. Bibirnya kecil, nam
ak dengan nada yang semakin meninggi, dengan cep
" ucapku sambil memerkan benda berte
terse
ng mau melamar dijah
, aku yakin kalau pilihan emak adalah jodoh yang terbaik, itulah yang aku per
Amm
diikuti dengan menelan
Kamu sudah janji kan, menyera
era berlalu ke kamar mandi de
aya sambil menatap wajah
aan menatap wajahku sebelum dan sesudah mandi. Alasannya sih supaya tahu bagaimana perubahan wajahku dari jelek menjadi cantik, tapi n
enampilan yang beda. Jika kedua kakaknya lebih sering memakai sarung dan baju koko, Ammar lebih suka dengan celana levis dan atasan kaos. Jika kedua kakaknya suka ikut berjamaah di saf depan bersama bapak mere
caya. Beberapa kali kuusap kasar wajahku sen
*
iku yang dag dig dug tak karuan. Menghadirkan sa
tempatnya. Emak memintaku untuk berdiam di kamar, menatap rombongan itu masuk dari balik jende
bulekku bersamaan d
ali wajahku di cermin, berikut dengan pakaian yang menyelimutiku saat ini. Aku berdiri di depan kaca besar yang menempel
murahan yang berada di atas meja, kusemprotkan benda
pku sendiri sambil melakukan perintah dari bibir. Sep
terdengar suara berderit ketika pintu kayu berbenturan dengan lantai. Kini, sem
h sangat mengikuti budaya lokal. Dimana sang lelaki yang melamar, tak akan turut serta untuk datang. Apalagi sampai bertukar cincin layaknya selebriti. Bahasa jawanya, orang tua akan nembung kepada pihak perempuan, meminta
tentang hari pernikahan. Sekilas akupun mendengar, jika hari pernikahanku tinggal hitungan hari.