Cinta di Daun Semanggi
iri. Beliau tergeletak di depan pintu kamarnya, di samping kursi rodanya yang masih berdiri kokoh. Sindi memeluk tubuh ayahnya dan beru
s Sindi semakin menjadi-jadi dan histeris ketika dia menyentuh urat nadi ayahnya yang sudah tidak berdenyut lagi. Tangisannya tentu mengundang keha
aat ini. Mereka tampak selalu berada di samping Sindi selama pengurusan jenazah ayah Sindi. Sindi benar-benar tinggal seorang diri sekarang. Dulu almarhumah Ibunya merupakan anak tunggal
skan untuk menghubungi Bu Rina. Tanpa menunggu jawaban te
ndi, ad
h Saya baru s
nna ilaihi rojiuu
udah ngga sadar Bu. Saya j
ngga bisa datang ke rumah kamu sekarang, saat ini Saya dan Pak Alex dalam perjalanan
makasih
enyampaikan rasa bela sungkawanya. Namun setelah mencoba menghubungi beberapa kali, ponsel Pak Ronald ternyata tidak aktif. Bu Rina tidak mungkin menghubun
ke rumah Sindi. Setiba mereka disana, mereka langsung menemui Sindi dan bersalaman satu per satu dengan Sindi. Sindi tidak kuasa menahan air matanya, dia kembali menang
i sudah terlalu larut maka jenazah ayah Sindi baru akan dimakamkan keesokan paginya. Lantas semalaman ini Sindi ditemani
rlalu jauh dari rumah mereka. Proses pemakaman telah berjalan dengan sangat lancar hingga selesai berkat bantuan s
anya lagi. Sindi yakin akan baik-baik saja, dia hanya perlu belajar agar terbiasa sendirian tinggal di rumah. Rumah yang telah ditempatinya sejak lahir, yang
semalaman. Kepalanya juga terasa sangat berat karena dia terus menangis sepanja
erihal yang terjadi pada Sindi melalui Silvi
a mati. Pagi tadi Saya baru baca pesann
Setahu Saya yang berangkat kesana si Dita, Mimi, Aris
angguk seraya beranjak perg
iri Dita untuk memin
buk
kegiatan mengetiknya sejenak untuk menan
minta nomor
ja kerjanya sebelah kiri. Dita langsung menuju ke daftar kontak dalam ponselnya.
. Makasi
ikir macam-macam tentang Pak Ronald yang baru saja meminta nomor ponsel Sindi darinya.
ngat di tangannya. Dia menjatuhkan diri di kursi kerjanya, serta gelas kopi itu diletakkannya di atas meja kerja sebelah kanannya. Dia terdiam se
menghubungi Sindi. Beberapa saat dia berpikir, akan langsung menelpon atau h
s kepergian ayah kamu. Semoga kamu selalu diber
isi ponselnya. Masih dalam posisi memeluk guling di atas ranjang, dia membaca pesan dari Pak Ronald. Entah kena
asih ya Pak.",
sudah dapat bertukar pesan dengan Sindi. Dia menganggap pesan tadi sebagai awal baginya untuk dapat terus menghub
ai office girl di kantor itu. Sindi tetap gigih dan selalu bersemangat dalam menjalani segala aktivitasnya sehari-hari. Mes