WANITA UNTUK MANUSIA BUAS
ya keberanian, walau hanya sedikit kembali mendatanginya. Kakinya kembali mendapatkan pijakan, walau ketidaktahuan membuatnya berjalan bolak-balik. Otaknya sibuk berdebat, antara perasaa
nimal satu saja petunjuk yang bisa
dahal matahari masih terlihat menyala terang, {ini adalah musim panas di dunia
mpak seperti hutan a
Hentikan pikira
an menakuti di
rdiri, terus menyelimuti pikiran Anindira. Dia memang gadis tomboy yang tangguh dan pemberani, tapi, bukan berarti
ampung atau di hutan belantara. Anindira tidak akan mau berjalan sendirian tanpa ditemani keluarganya, jika hari sudah gelap. Dia tidak me
s walau ada cahaya temaram dari senter. Hal itu akan terus membuatnya waspada dan membuatnya tidak nyaman pada akhirnya. Karena dia
lm horor dengan tema mencekam, dia sangat tidak suka film dengan alur mellow. Tapi, i
dia sangat suka hal yang menantang seperti naik Roller coaster bahkan Bungee jumping pun dia berani mainkan. Anind
terjadi perdebatan seru, saraf ta
pergi k
menaku
u tidak tahu apa yang se
n antara naluri di hatinya dan logika di otaknya, keduanya beradu argumen di dalam kepa
! Jangan jadi penakut! Pengalaman adal
sana, kenapa harus menyusahkan diri dengan
poiled child...'' seru Anindira memek
menyemangati hatinya a
api, akhirnya dia telah membuat keputusannya. Dia lebih
berapa lama dia berjalan sejak tadi? Sudah banyak waktu terbuang sejak dia tiba di hutan itu. Hari pun akan semakin gelap karena akan segera berga
"Maju terus pantang mundur!" seru Anindira lagi, dia
besar dan berarus deras dengan suara deru aliran arusnya yang nyaring terdengar, membuat pekatnya hutan suram memiliki alunan melodi suara yang konsisten. Sungai yang teramat lebar dan dalam, bahk
an, giginya terus saja bergemeretak, dia menggigil kedinginan. Anindira mulai kesulitan bernafas, tubuhnya sulit beradaptasi, terbiasa dengan suhu tropis di negaran
'' seru se
berteriak, tapi terasa seperti
kau kembali ke tempat dari mana kau datang
di terasa sesak sekarang seperti mengembang, hati
di dalam hati sambil menengok ke belaka
nindira terkejut, kaki yang sudah siap berlari kapan saja langsung membeku, mulutnya mengang
h tinggi dari Anindira dan juga ada kabut tipis yang menghalangi pandangan mata, hingga hanya terlihat siluetnya saja. Tapi, yang membuat Anindira lebih kaget adalah aura yang dikeluarkan pemuda itu. Ada semacam aura kuat yang mengelilinginya, memberi pesan seolah kita melihat benteng besar nan kokoh dengan senj