WANITA UNTUK MANUSIA BUAS
a dengan daun, dan mengikatnya dengan kulit pohon agar lebih mudah dibawa. Pemuda itu menggendong Anindira dan berjalan melanju
merasa saling mengenal dan lebih akrab satu sama lain, Anindira tidak lagi menggunakan penyebutan
engan begini akan lebih cepat, kita tidak bisa terus berlama-lama di hutan yang sepi penduduk. Tidak masa
n yang diperintahkan Halvir. Mereka terus berjalan melanjutkan perjalanan panjang mereka. Mereka mengobrol dan kembali melanjutkan pelajaran bahasanya
l makan selama perjalanan. Walau pun di hutan belantara tapi Anindira tidak kelaparan, justru dia bisa terus mengunyah karena Halvir selalu bisa men
ari sesuatu. Saat dia menemukannya, dia naik ke atas melompat dari satu cabang pohon ke cabang pohon lain terus sampai ke punc
vir dan obrolan yang berkembang sedikit demi sedikit, dia tahu mereka sedang menuju suatu tempat yang tidak tahu di mana atau berapa lama. Tapi melihat stamina dan ketangkasan Halvir,
dia selalu menampilkan wajah dingin tanpa emosi. Dia selalu menampakkan wajah yang selalu datar tanpa ekspresi. Seperti tidak punya emosi tampak sangat dingin sep
jadilah dia bersikap seperti itu. Nyatanya, selama bersamanya sudah lumayan banyak kosa kata yang sudah di mengerti Anindira. Hal itu hanya bisa terjadi karena Halvir tidak pelit bicara. Dia dengan sabar dan perhatian mengajari Anindi
ang lain. Tapi, kau... Aku merasa, kau itu kuat. Kau terlihat tangguh untuk seorang wanita. Selama ini aku banyak bertemu dan mengenal beberapa wanita, dari yang aku t
isi hatinya. Halvir menatap Anindira tapi tampak seperti memikirkan hal lain. Halvir tidak berbicara dengan mendikte
ip dengan Zia yang nakal dan cerewet... Kau tahu, tidak banyak wanita yang bisa nyaman berlama-lama denganku selain Ezra dan Zia... Seperti mereka, kau selalu menatap lurus ke mataku. Ti
ditekuk vertikal dan sebelah lagi di tekuk bersila,
ut Anindira yang kadang-kadang terjatuh menutupi dahinya, ''Kau nakal seperti Zia... Tapi, kau juga tenang seperti Ezra. Aku tidak tahu bahasamu. Tapi, aku bisa tahu saat kau kesal atau tidak nyaman, dan
ngkung tersenyum bahagia. Ini kali kedua dia melihat Halvir tersenyum inda
ntuk beberapa menit ke duanya larut dengan suasana
. Tempat yang sangat tinggi, tempat yang hembusan anginnya lebih kuat, tubuh Anindira mulai menggigil kedinginan. Melihat Anindira be
ha menjaganya. Beberapa detik kemudian Anindira mulai tenang dan tidak menolak Halvir yang dengan santainya memangku Anindira. Tubuhnya merasa nyaman dan tida
' seru Halvir, hembusan nafasnya bergetar tepat di belak
ak bisa di habiskan Anindira tadi, dan juga ada beber
Anindira juga sudah cukup mencerna makanannya sambil sedikit berbincan
merebahkan badannya
ira yang matanya tadinya sayu, tiba-tiba terbelalak kaget
enjerit, ekspresi terkejutnya b