WANITA UNTUK MANUSIA BUAS
ng entah anjing atau serigala yang saling bersahut-sahutan. Hutan yang siang tadi masih tampak indah dan asri walau telah menampakkan kesuramannya. Sekarang hutan gelap ini jad
rena merasa ngeri dengan suasana hutan raksasa yang suram dan menyeramkan tapi
elihat Anindira yang gugup gemetaran s
las, dia menatapnya tajam dengan alis mengerut berusaha
mengusap kepalanya, ''Aku di sini menjagamu,'' seru pemuda itu denga
on, ''Agar kau bisa tidur dengan nyaman... '' tambah pemuda
tu membuat Anindira terkejut dan sedikit bergeser, dia refleks menghindarinya, pemuda itu juga terkejut dengan kelakuan An
ira tersenyum dan segera menyodorkan tangannya untuk diolesi remasan dedaunan itu. Baru juga sedikit remasan daun i
ujar Anindira mengeluh saki
narik tangannya yang sedang mengolesi kulit
pi, Anindira bisa melihat dengan jelas
pemuda itu, dia hendak berbalik,
.. Tunggu sebentar!" seru Anindira, tangannya masih memegang pergelangan tangan pemuda itu, "Biar kulihat d
mbil mengangkat tumpukan ra
nindira menganggu
nya, melihatnya dan mencium aromanya, dia ke
justru akan mempercepat kesembuhan luka dan terhindar dari infeksi,'' ujar Anindira menjelaskan, ''Huft... '' baru saja senyum terukir di wajahnya, tapi, dengan cepat segera menghilang, digantikan desahan panjang Anindira de
it berubah ketika melihat wajah Anindira berkerut. Perubahan emosi yang tergambar dari sorot mata pe
a pada pemuda itu, sambil menep
g-kadang terdengar mengeluh menahan rasa pedihnya, tidak tahan lagi air matanya akhirnya mengalir. Antara memang m
ambil remasan dedaunan di tangan Anindira. Tapi, Anindira segera menangkup tangan pemuda itu dengan kedua tangannya, m
s, ''Tidak apa-apa... '' ulang Anindira lagi, ''Jangan khawatir!" s
Hanya sedikit... Sebentar lagi juga sembuh... Jangan khawatir!" seru Anindira terus mengulangi kata-k
tah apa yang dilihatnya dari Anindira sekarang, tapi, dia seperti merasakan duka hati yang mendalam dari Anindira
angis saja sepuas hatinya, tapi, apa mau dikata, di
membelai kepalanya. Pemuda itu tidak mengerti ada apa dengan Anindira, dia juga tidak mengerti dengan setiap ucapan Anind
yang harus dilakukannya!'' be
itu nyaman, bahkan sangat nyaman. Anindira enggan berpikir tentang macam-macam, tidak peduli
membelai punggungnya, beberapa jam berikutnya setelah puas menangis,
apkan mata, terbangun dari tidur lelapnya. Kesadarannya masih belum sepenuhnya terkumpul. Dia mengingat-inga
mpi, tapi ketika dia bangun, dia merasakan sakit dan pedih tubuhnya. Ada remah-remah daun kayu putih yang telah mengering di sekitarnya. Akhirnya dia harus bisa menerimanya, ini kenyataan,
durnya sambil menggeliat sepuas hatinya, ''AH!... Tuan terima kasih semal
hnya yang langsung naik ke kepala. Dia terkejut sampai nyaris tidak bernafas. Tubuhnya kaku. Kurang dari satu menit, wajahnya pucat pasi, ketakutan, dan ket
n tidur Anindira. Atau malah, mungkin sejak semalam. Seekor Jaguar hitam ada di hadapan Anin
UARRR!!!" seru Ani