WANITA UNTUK MANUSIA BUAS
ua menit, telah membuat keduanya terkunci *imprint. Dan sej
tiba-tiba. Hal itu hanya akan terjadi saat
orang wanita saja seumur hidupnya (selama wanita yang meng*imprintnya masih
pria lebih dari satu orang. Tapi wanita hanya bisa ter*impri
kedua pihak yaitu pria dan
getahui apa yang telah menimpa dirinya. Sejak hari ini tanpa harus terucap dengan kata-kata, di
ku... anu, maaf tidak sopan... aku hanya kagum... itu... matamu... Ahhh!... sungguh... jangan salah paham!... Maafkan aku... itu... anu
pa terasa pemuda yang selalu menunjukkan wajah datar tanpa emosi itu tersenyum dengan mata yang terlihat sayu memandang lembut ke arah Anindira. Melihat itu Anindira juga merasa bingung, dan, sekali lag
, ''Di mananya yang grim reaper?! .... " seru Anindira bertanya lagi di dalam hatinya, dia masih tidak sadar kala
face pemuda di hadapannya. Wajah tampan dengan kulit kec
n saat pertama kali bertemu dengan pemuda itu tadi. ''Dia, lembut... '' ujarnya melanjutkan dalam hatinya. Di
a. Bahkan sekarang terlihat jelas senyum terukir di wajah pemuda itu. Pemuda yang sejak tadi hanya menampakkan ekspresi poker face membuat Anindira berdebar melihat senyum indah pemuda tampan nan gagah di hadapannya. Kemudian, entah bagaim
pemuda itu, '' Aku akan turun, aku bisa jalan sendiri! Aku past
gannya. Tanpa sadar dia takut Anindira akan pergi meninggalkannya karena kepanikan yang dibuat oleh Anindira, tan
jerit Anindira men
nlah sedikit aku akan mempercepat!'' seru pemuda itu lagi, dan menggendong Anindira dengan lebih nyaman, ''Kita akan ber
ar tidak terjebak malam. Karena Anindira tadi sedang bermain air, dia hanya mengenakan celana training biru dengan strip hitam yang digulung sampai ke lutut,
makanya dia mendekapnya lebih erat dalam pelukannya. Pemuda itu t
naga yang kau miliki?'' tanya Anindira terkagum-kagum, ''Keren! Ini hebat... kau bukan hanya kuat tapi juga cepat ... '' seru Anindira terperangah meliha
melihat. Untung saja, malam ini adalah malam bulan purnama. Walau hanya sedikit, dengan jarak pandang yang bahkan tidak lebih dari dua meter, setidaknya Anindira tidak buta sama se
nyaman bukan hanya karena gelap, tapi juga karena tubuhnya mulai kelelahan. Pemuda
empat yang akan jadi persinggahan sementara untuknya dan untuk Anindira. Pemuda itu mendudukkan Anindira di salah sa
, "Tidur dan beristirahatlah!'' seru pemuda itu sambil menepuk-nepuk dahan pohon raksasa yang jadi pijakan me