WANITA UNTUK MANUSIA BUAS
ngan matanya, ''Mirip! Persis malah!'' seru Anindira memekik, ''Matanya... mata pria itu...'' seru Anindira lagi, kemudian otaknya berpikir keras mengolah segala sesuatu yang telah dialaminya sebel
?!'' seru Anindira menjerit memanggil-man
hadap ke arah jaguar, tapi matanya berputar, berkeliling ke sana ke mari. Anind
erlahan berjalan ke arah Anindira. Anindira si gadis tomboy akhirnya meneteskan air matanya tidak kuasa men
hatinya, ''Anakmu mau mati nih, bakal di makan... '' ujar Anindira. Dia terus saja bergumam di dalam hatinya, ''Wa... wa wa waaa...
mpiri Anindira yang ketakutan. Kemudian, pemandangan yang lebih gila akhirnya terjadi. Membuat Anindira yang ketakutan tadi, sekarang malah
SSS
sia dan berdiri. Sayangnya, lagi-lagi Anindira kembali dikejutkan oleh pemandangan tidak biasa. Sosok
GI
i satu di benaknya sekarang. Sayangnya, etika sudah terlupakan dari otaknya saat ini. Di
?'' seru Anindira terbata-bata sambil
ian menepuk pundaknya, ''Hati-hati!... Awas kau bisa terpeleset! Tempat ini sangat tinggi... '' serunya mempe
pemuda itu. Kepalanya terus saja bolak-balik mendongak melihat ke arah pemuda itu, lalu lurus ke depan, kemudian menunduk ke bawah, berulang
narik, membawa Anindira duduk. Dia sedikit bersandar di pohon dan menemaninya d
g... apa yang kau lakukan?'' tanya Anindira sedikit terbata-bata. Dia masih syok, tapi rasa
, dia hanya diam memandanginya. Dia tidak
ujud... Jadi jaguar... Eh! Bukan, dari jaguar ke manusia!... Eh! Lah!!... Sama saja
nnya yang tidak bisa tersampaikan. Membuatnya semakin kesal dan dong
Pemuda itu lega karena Anindira sudah bisa santai tanpa beban berusaha berbicara dengannya, walau dia tidak tahu dengan apa yang ingin disampaikan Anindira. Tapi, dia sangat senang, di tengah kegaduhan yang dibuat Anindira yang terus bicara kikuk dengan tangan dan mimik wajah koyolnya yang berusaha memperagakan maksu
emuda itu sambil m
perti sebelumnya, dia memandang
tanya sekali lagi, kali ini sam
ak, dan akhirnya menge
sendiri di tempat seperti ini... malu seperti ini tidak ada apa-apanya dibandi
t, ''Iya, la-par... '' ucap Anindira mengikuti uc
i, membuat Anindira juga
aku tidak akan jauh darimu!'' seru pemuda itu perlahan seperti men
tu dengan lincah menuruni pohon meninggalkan
gal sendirian begini?... Mana di atas pohon lagi...'' ujarnya lagi bergumam sendirian, ''Kenapa harus di atas pohon? 'Kan kalau begini jadi tidak bis