icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Perjanjian Perceraian
Jumlah Kata:725    |    Dirilis Pada: 06/04/2021

Kota Vagow diselimuti kabut keesokan paginya.

Dalam tiga tahun, ini pertama kalinya Loraine bisa tidur dengan nyenyak. Dia tidak perlu bangun terlalu pagi untuk melakukan serangkaian pekerjaan rumah.

Dia melihat ke ponselnya, berpikir bahwa Marco pasti sedang bekerja sekarang. Selain Keely, pekerjaan adalah hal lain yang membuat Marco jarang pulang ke rumah. Selama tiga tahun ini, Loraine hanya melihatnya beberapa kali.

Sadar bahwa dia sedang memikirkan pernikahannya yang menyedihkan, dia segera menepis pikiran itu jauh-jauh. Dia bangun, mencuci muka dan naik taksi untuk pergi ke Grup Bryant tanpa membangunkan keluarganya.

Kehidupannya sebagai wanita yang sudah menikah hanya berputar pada urusan pekerjaan rumah tangga. Di mata mereka, dirinya hanya seorang pelayan. Marco tidak pernah mengajaknya keluar untuk bersosialisasi atau bahkan ke perusahaannya. Tidak pernah dia bermimpi bahwa dia akan datang ke sini untuk membahas perceraian dengan pria itu.

Berdiri di depan gedung Grup Bryant yang menjulang, Loraine menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk.

Resepsionis mengerutkan kening ketika melihatnya masuk.

"Hei, ini bukan taman hiburan di mana sembarang orang bisa masuk, kamu mencari siapa?" tanyanya dengan ekspresi cemberut.

"Aku di sini untuk bertemu dengan Marco Bryant. Dia sudah menungguku," jawab Loraine acuh tak acuh.

Kerutan di dahi sang resepsionis semakin dalam. Dia memandang Loraine dari kepala sampai kaki dengan sorot jijik di matanya.

Loraine masih mengenakan pakaian yang dikenakannya kemarin. Lebih buruknya, itu bukanlah pakaian yang bagus. Dia tidak punya waktu untuk berbelanja pakaian baru atau berdandan karena sampai kemarin, dia masih menjalani kehidupan sebagai seorang pelayan.

Resepsionis itu mengibaskan rambutnya ke belakang dan berkata dengan nada menghina, "Tuan Bryant tidak ada janji dengan siapa pun hari ini. Selain itu, hanya orang penting yang bisa bertemu dengannya. Silakan pergi sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu."

Loraine menghela napas dalam-dalam. Sepertinya semua yang dia lakukan untuk Marco dan keluarganya sia-sia. Bahkan karyawannya tidak mengenal siapa dirinya! Sudah jelas bahwa pria itu sama sekali tidak menghargainya sebagai istri.

Persis ketika resepsionis itu mengangkat gagang telepon untuk memanggil petugas keamanan, Carl Dixon, asisten Marco, kebetulan lewat. Dia segera menghampiri Loraine begitu melihatnya.

"Nyonya Bryant! Mengapa Anda di sini? Apa Anda datang untuk menemui Tuan Bryant? Kalau begitu, ayo ikut dengan saya. Saya akan mengantar Anda padanya."

Gagang telepon jatuh dari tangan sang resepsionis ketika telinganya mendengar ucapan itu. Wajahnya berubah merah, dia segera membungkuk pada Loraine dan meminta maaf sebesar-besarnya.

Mengabaikan permintaan maaf resepsionis itu, Loraine berjalan di belakang Carl dalam diam.

Mengira Loraine tersinggung, Carl berkata dengan nada meminta maaf, "Mohon maaf soal itu, Nyonya Bryant. Saya tahu ini bukan alasan yang bisa diterima, tapi resepsionis memperlakukan Anda seperti itu karena dia tidak tahu siapa Anda. Namun, jangan khawatir, saya akan memastikan dia dihukum. Kejadian seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi."

"Tidak perlu, Carl. Aku juga tidak berniat untuk menginjakkan kaki di gedung ini setelah hari ini," ucap Loraine sambil tersenyum tipis.

Carl penasaran dengan maksud di balik perkataannya, tetapi dia sadar diri bahwa dia tidak berhak ikut campur.

Setelah naik lift ke lantai atas, Carl mengantar Loraine ke ruang kantor yang berada di ujung koridor. Dia mengetuk pintu, dia menunggu sampai mendengar bosnya berkata, "Masuk!"

Ini pertama kalinya Loraine datang ke sini, dan juga akan menjadi yang terakhir kalinya. Dia berjalan dengan pelan sambil memasang ekspresi tidak ramah.

Marco tertegun ketika dia mengangkat kepala.

"Bukankah kamu seharusnya pulang ke rumah? Mengapa kamu di sini?"

Matanya yang dingin dan tajam tampak sedikit lega. Rasa besar hati melintas di benaknya. 'Wanita ini pasti sudah sadar sekarang, dia tidak akan bisa hidup tanpanya. Tentu saja hal itu tidak mengejutkan!'

Loraine berjalan ke mejanya dan mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tas.

Marco mengira Loraine membawa hadiah sebagai permintaan maaf padanya.

'Wanita ini pasti ingin meminta maaf karena kabur dari rumah dan meminta cerai.'

Gagasan ini membuat Marco semakin besar hati. Dia akhirnya memutuskan untuk tidak mempersulitnya.

"Aku bukan tipe orang yang menyimpan dendam, jadi aku sudah memaafkan tingkahmu kemarin. Tapi ingat, jangan pernah meminta cerai lagi. Kamu sudah dewasa, jangan bersikap seperti anak kecil. Jika tidak, kamu dan aku ...."

Loraine menyela ucapannya dengan melemparkan dokumen itu ke mejanya.

Judul yang tertera di atas dokumen itu membuat ekspresinya membeku. Itu adalah dokumen "Perjanjian Perceraian".

"Aku telah menyiapkan perjanjian perceraian, tanda tanganku juga sudah ada di situ. Periksalah. Jika kamu tidak memiliki keberatan, tanda tangani sekarang," ucap Loraine dengan sorot mata yang sangat dingin.

Wajah Marco menjadi suram.

"Apa maksudnya ini, Loraine?"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pernikahan yang Menyedihkan2 Bab 2 Dasar Pembohong!3 Bab 3 Pewaris Resmi4 Bab 4 Tekadnya Sudah Bulat5 Bab 5 Perjanjian Perceraian6 Bab 6 Penyesalan Terbesarku7 Bab 7 Pria Impoten8 Bab 8 Membangkitkan Rasa Penasarannya9 Bab 9 Serangan Balik10 Bab 10 Perusak Rumah Tangga11 Bab 11 Pewawancara yang Menyusahkan12 Bab 12 Awal yang Baru13 Bab 13 Tamparan Keras14 Bab 14 Penghinaan Terburuk15 Bab 15 Adu Mulut16 Bab 16 Mengetahui Kebenaran17 Bab 17 Pelecehan Seksual18 Bab 18 Kemunculan Mendadak19 Bab 19 Pertengkaran Mantan Pasangan20 Bab 20 Konfrontasi Tak Terduga21 Bab 21 Penolong Rahasia22 Bab 22 Rekan Kerja yang Suka Memerintah23 Bab 23 Yang Terpilih24 Bab 24 Direktur Baru25 Bab 25 Pasangan Loraine26 Bab 26 Akting yang Meyakinkan27 Bab 27 Penghinaan Terbesar28 Bab 28 Aksi Lain29 Bab 29 Bukti yang Memberatkan30 Bab 30 Kompetisi31 Bab 31 Motivasi32 Bab 32 Kurasa Tidak33 Bab 33 Diusir34 Bab 34 Pemenang Proyek35 Bab 35 Bersantai di Bar36 Bab 36 Argumen37 Bab 37 Taruhan38 Bab 38 Balap Mobil39 Bab 39 Menang40 Bab 40 Tebakan Laura41 Bab 41 Surat Pengacara42 Bab 42 Kebenaran43 Bab 43 Pernyataan44 Bab 44 Kejadian Tak Terduga45 Bab 45 Menandatangani Kontrak46 Bab 46 Membuat Masalah47 Bab 47 Usir Dia48 Bab 48 Permintaan Maaf49 Bab 49 Mempersulit50 Bab 50 Merevisi Rancangan51 Bab 51 Mengungkapkan Kebenaran di Depan Umum52 Bab 52 Perbuatan Baik yang Gagal53 Bab 53 Mengapa Marco Melakukan Itu 54 Bab 54 Insinyur Wanita55 Bab 55 Masalah Baru56 Bab 56 Ini Belum Berakhir57 Bab 57 Harapan Keluarga Powell58 Bab 58 Menegakkan Keadilan untuk Putraku59 Bab 59 Meminjam Uang60 Bab 60 Pertemuan yang Tak Terduga61 Bab 61 Sugar Daddy62 Bab 62 Trik Kotor63 Bab 63 Kecemburuan yang Tak Berdasar64 Bab 64 Memberinya Pelajaran65 Bab 65 Mabuk66 Bab 66 Skandal67 Bab 67 Serangan Balik68 Bab 68 Penyebar Rumor yang Cemburu69 Bab 69 Menegurnya70 Bab 70 Rencana Keely71 Bab 71 Apa yang Kulakukan 72 Bab 72 Salah Sasaran73 Bab 73 Bolehkah Aku Berdansa Denganmu 74 Bab 74 Biarkan Aku Membantumu75 Bab 75 Suami yang Tidak Kompeten76 Bab 76 Upaya yang Sia-sia77 Bab 77 Ratu Amal78 Bab 78 Lelang Amal79 Bab 79 Penawaran yang Konyol80 Bab 80 Wanita Pendendam81 Bab 81 Saingan di Pelelangan82 Bab 82 Lukisan Palsu83 Bab 83 Imitasi yang Lebih Mahal84 Bab 84 Donatur Lukisan85 Bab 85 Sikap Kekanak-kanakan86 Bab 86 Musuh Ditakdirkan untuk Bertemu87 Bab 87 Apa Dia Peduli Pada Loraine 88 Bab 88 Aku Akan Menyingkirkan Dia Untukmu89 Bab 89 Melukai Diri Sendiri90 Bab 90 Kebohongan Keely91 Bab 91 Tunangan92 Bab 92 Penipu93 Bab 93 Ambisi Florence94 Bab 94 Kedatangan Liza95 Bab 95 Satu Set Hadiah Lainnya96 Bab 96 Hadiah dari Wesley97 Bab 97 Aib Loraine98 Bab 98 Pelajaran untuk Bersikap Romantis99 Bab 99 Cinta Segitiga100 Bab 100 Demonstrasi