Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
Penulis:SANDRA BLACK
GenreRomantis
Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
Loraine sama sekali tidak tahu bahwa Marco mengalami depresi. Dia sibuk dengan kehidupan terbaiknya sekarang.
Keluarga Tzion senang karena pewaris mereka akhirnya kembali. Mereka memperlakukannya seperti seorang putri. Dia tidak perlu mengangkat satu jari pun di kediaman Keluarga Tzion, apalagi melakukan pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya.
Suatu hari, dia mendapat telepon dari sahabatnya, Jennie Fowler.
"Lorrie! Mengapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu sudah kembali ke rumah? Aku tidak akan tahu jika kakekmu tidak memberitahuku barusan!"
Mendengar ini, air mata menggenang di mata Loraine.
Terlepas dari pertentangan seluruh keluarganya, dia tetap pergi dari rumah dan menikah dengan Marco, mengira bahwa hidup bersama pria itu akan seindah hamparan mawar. Dia bahkan memutuskan kontak dengan sahabatnya, Jennie.
Itu sebabnya Loraine tidak menduga bahwa dia akan mendapat telepon dari Jennie. Apa Jennie tidak membencinya karena sudah mengabaikannya hanya demi seorang pria?
Loraine benar-benar sudah mendapat pelajaran. Kali ini, dia memutuskan untuk lebih menghargai keluarga dan teman-temannya.
"Jennie! Aku takut kamu masih marah padaku, aku tidak berani menghubungimu."
"Lorrie, kamu adalah sahabatku, mana mungkin aku masih marah padamu setelah bertahun-tahun? Aku sangat merindukanmu, ayo kita pergi berpesta malam ini!" ucap Jennie langsung memutuskan.
Belum sempat Loraine memberikan jawaban, wanita itu sudah menutup teleponnya lebih dulu.
"Dia tidak berubah sedikit pun." Loraine tertawa dan menggelengkan kepalanya.
Jennie masih gadis yang sama yang dikenalnya tiga tahun lalu. Dia selalu bisa mengambil keputusan dalam keadaan apa pun.
Malam harinya, Loraine berdandan dengan cantik dan pergi ke bar yang diberitahukan Jennie padanya.
Ada banyak orang yang menari memenuhi lantai bar sambil berbincang, menikmati waktu mereka di sana.
Loraine memindai kerumunan dan dia melihat Jennie melambai ke arahnya dari sebuah bilik. "Lorrie! Di sini!"
Loraine menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
Jennie memberinya beberapa ciuman di pipi dan berkata dengan cemberut, "Oh, aku benar-benar merindukanmu! Setiap hari aku selalu memikirkanmu, aku masih tidak percaya kamu rela memutuskan semua kontakmu denganku hanya demi seorang pria. Hatiku sangat terluka dan kesepian. Apa kamu tahu betapa sulitnya bagiku menjalani hari-hari tanpamu?"
Loraine memeluknya lagi dan berkata dengan nada menghibur, "Jennie, maafkan aku. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan dibutakan oleh cinta. Tapi sekarang aku sudah sadar, dan aku sudah menceraikan pria itu."
"Bagus! Syukurlah kamu akhirnya sadar. Tiga tahun berlalu dan akhirnya pikiranmu jernih kembali. Seharusnya kamu tidak menghabiskan waktu begitu lama bersama pria tidak berguna itu."
Jennie kemudian memegangi wajah Loraine. "Lorrie, kamu adalah wanita yang pintar, cantik, kaya, dan mandiri. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik. Pria waras mana pun pasti akan menginginkanmu. Kamu tahu? Aku akan membawakan beberapa pria tampan untukmu sekarang!"
'Pria tampan?' Firasat tidak enak tiba-tiba muncul seperti batu besar yang menekan perut Loraine. Dia mencoba menghentikan temannya itu, tetapi sudah terlambat.
Dengan bunyi tepukan tangan Jennie, sekelompok pria yang entah dari mana datangnya muncul seperti sulap.
Separuh dari mereka hanya mengenakan celana pendek yang ketat dan beberapa mengenakan jas tanpa kemeja di dalamnya. Intinya, dada dan biseps mereka yang kuat benar-benar diperlihatkan.
Mata Loraine bergerak panik ketika para pria itu mengelilinginya.
Sambil meletakkan satu tangan di dada, dia menarik Jennie ke samping dan berbisik, "Aku tidak menginginkan ini. Sekarang aku hanya ingin berfokus pada karierku, aku bahkan sudah mengirimkan resume-ku ke Grup Universe dan mereka akan segera menghubungiku untuk wawancara posisi arsitek."
Mata Jennie membelalak kaget. "Mengapa kamu melamar pekerjaan di Grup Universe? Bukankah perusahaan itu milikmu? Kamu hanya perlu pergi ke sana dan mengambil posisi yang sudah menjadi hakmu. Posisi seorang arsitek sangat jauh dari statusmu!"
Mendengar ucapan temannya, Loraine menjelaskan dengan serius, "Ingat bahwa aku mengambil jurusan desain arsitektur? Aku ingin menerapkan ilmu yang kudapat ke dalam karierku sekarang. Selain itu, bekerja sebagai salah satu karyawan akan memberiku kesempatan untuk mengetahui cara kerja perusahaan sekaligus membuktikan kemampuanku. Aku tidak ingin mengambil alih perusahaan tanpa mengetahui dengan jelas situasi internalnya."
Ketika mengatakan ini, Loraine memancarkan kepercayaan diri yang kuat.
Baru saat itulah Jennie menyadari bahwa Loraine tidak pernah berubah, dia masih wanita tangguh dan pekerja keras seperti sebelumnya.
"Sayang, kamu benar-benar ambisius. Aku yakin kamu akan melakukan pekerjaan yang hebat!" ucap Jennie sambil mengguncang tubuh temannya.
Dia kemudian menoleh ke sekelompok pendamping pria itu dengan tatapan sedih. "Padahal aku begitu menantikan kita bersenang-senang dengan pria-pria ini. Namun, karena kamu ingin fokus pada kariermu, aku terpaksa menyuruh mereka pergi."
Jennie kemudian pamit untuk pergi sejenak. Setelah temannya pergi, Loraine duduk di sofa. Akan tetapi, para pendamping pria itu malah mengelilinginya, bukannya pergi. Beberapa bahkan mengedipkan mata dan melemparkan ciuman jarak jauh padanya. Situasi ini membuat wajahnya memerah karena malu.
Semua pria menginginkan Loraine. Mereka melakukan yang terbaik untuk merayunya agar dipilih.
"Hai, Cantik. Aku benar-benar tidak tahu bahwa malaikat sekarang hidup dengan manusia," ucap salah satu pria pendamping itu sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh Loraine.
Namun, sebuah tangan besar tiba-tiba muncul entah dari mana, meraih pergelangan tangan pria itu dan memelintirnya sampai dia berteriak kesakitan.
Pendamping pria lainnya tersentak ketakutan ketika melihat pria jangkung dengan setelan mahal itu. Dia jauh lebih tampan dari mereka, jadi mereka segera bergeser ke samping dan menundukkan kepala karena malu dan takut.
Loraine mengerutkan kening ketika menyadari siapa pria itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Marco?"
"Kenapa? Apa aku mengganggumu?" Dengan wajah tanpa ekspresi, Marco berdiri di depannya dan berbicara melalui gigi-gigi yang terkatup. "Jadi, kamu wanita yang sebebas ini? Kita baru bercerai beberapa hari yang lalu, tapi kamu sudah datang ke sini dan bermain dengan lebih dari belasan pria!"
Sungguh penghinaan besar baginya bahwa mantan istrinya datang ke bar untuk bermain dengan para pria tidak lama setelah perceraian mereka. Beberapa pertanyaan langsung muncul dan mengusik pikiran Marco.
'Apa aku tidak berarti apa-apa baginya? Apa dia selalu menanti untuk melakukan ini? Jadi, para pendamping pria ini jauh lebih baik dariku di matanya?'
Loraine berdiri dan membalas, "Mengapa kamu begitu sibuk mengurusi urusanku? Apa aku harus mengingatkanmu bahwa kita sudah bercerai? Kamu tidak punya hak untuk mempertanyakan apa saja yang kulakukan! Kamu tidak pernah berhubungan seks denganku karena kamu adalah pria impoten. Aku melakukan yang terbaik untuk bertahan denganmu selama bertahun-tahun. Sekarang setelah aku lajang, apa aku tidak bisa berkencan dengan pria sesungguhnya?"
Penghinaan terbesar bagi seorang pria adalah disebut impoten. Marco benar-benar kehilangan akal sehatnya saat ini. Dia menahan dagu Loraine dan memaksa wanita itu untuk menatapnya.
"Oh, jadi itu alasanmu menceraikanku? Kamu lelah dengan pernikahan kita karena aku tidak berhubungan seks denganmu?"