icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 8
Membangkitkan Rasa Penasarannya
Jumlah Kata:890    |    Dirilis Pada: 06/04/2021

Bau alkohol menyengat hidung Loraine ketika napas panas Marco menyembur ke wajahnya. Wajah pria itu begitu dekat dengannya.

Dia segera menoleh dan mengerutkan hidungnya dengan jijik, kemudian dia bertanya dengan sinis, "Apa kamu di sini untuk bekerja? Karena tampaknya kamu lebih antusias dibanding para pendamping ini. Berapa tarif yang kamu pasang agar wanita-wanita di sini bisa berhubungan seks denganmu?"

Di bawah pengaruh alkohol, Marco berseru, "Tubuhku bernilai triliunan, jika kamu sangat ingin tidur denganku, kamu harus membayarku setidaknya 200 miliar. Apa kamu mampu?"

Dalam hati, Loraine tertawa. 'Tentu saja dia mampu. Baginya, 200 miliar hanya seperti membeli pakan ayam!'

Semua perkataan yang dilontarkan pria itu membuatnya kesal. Dia mendorongnya menjauh dan mencibir, "Sayangnya, aku tidak akan berhubungan seks dengan pria yang telah memasukkan barangnya ke wanita lain. Jika aku boleh jujur, tubuhmu tidak bernilai lebih dari puluhan ribu rupiah!"

"Apa?!" Ekspresi Marco menjadi suram saat itu juga. Dia mengulurkan tangan untuk meraih Loraine, tetapi wanita itu mengelak tepat waktu.

"Kita telah bercerai, ingat? Aku akan sangat berterima kasih jika kamu tidak pernah muncul di hadapanku lagi. Selamat tinggal!" cibir Loraine, kemudian dia berbalik dan pergi.

Semua pendamping pria yang menyaksikan adegan itu dengan ketakutan segera mengikuti Loraine di belakangnya. Mereka takut Marco akan melampiaskan amarahnya pada mereka.

Loraine menemukan Jennie di meja depan. Dia menghela napas dengan rasa kesal yang terlukis jelas di seluruh wajahnya.

"Jennie, kenapa kamu lama sekali? Apa kamu sudah memberi tahu manajernya bahwa kita tidak memerlukan pendamping?"

Melihat para pendamping pria itu mengikuti Loraine sampai ke sini, Jennie melambai pada mereka dan memerintahkan, "Oke, kalian sudah bisa pergi sekarang."

Mendengar perintah itu, mereka langsung bubar dan menghilang dalam sekejap mata.

Pemandangan ini membuat Jennie terkejut. Dia menoleh ke arah Loraine dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan pada mereka? Aku paham kamu tidak ingin berurusan dengan mereka, tapi kamu seharusnya tidak menakuti mereka."

Loraine menghela napas tak berdaya, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Alhasil, dia hanya berkata, "Bisakah kita pergi sekarang?"

Sementara itu, Marco masih menatap ke arah di mana Loraine pergi. Matanya membara karena amarah dan kedua tangannya terkepal.

Dia berbalik untuk melihat ke nomor bilik di mana Loraine barusan berada. Setelah itu, dia langsung menemui manajer bar dan menginterogasinya.

"Tuan, pelanggan di bilik itu sudah meminta para pendamping pria untuk pergi," jelas sang manajer, keringat mulai membanjiri tubuhnya. Dia berisiko kehilangan pekerjaannya dan harus meninggalkan Kota Vagow jika Marco marah padanya.

Ketika mendengar ini, mata Marco menyipit. Dia melambaikan tangan, memberi isyarat pada manajer itu untuk segera pergi. Untuk waktu yang lama, dia bersandar di konter bar tanpa ditemani oleh siapa pun sambil mencibir dalam benaknya.

Sepertinya dia terlalu berlebihan memikirkan semua ini. Loraine menolak untuk mengambil sepeser uang pun darinya. Selama mereka menikah, dia adalah ibu rumah tangga penuh waktu. Jadi, bagaimana dia bisa menyewa sebuah bilik di sini?

Apa mungkin wanita itu sengaja datang ke bar ini karena tahu bahwa dia ada di sini? Apa semua ini hanyalah taktik untuk mendapatkan perhatiannya?

Tiba-tiba, Marco tersentak kembali ke kenyataan ketika ponsel di sakunya bergetar. Dia mengira yang meneleponnya adalah Loraine, tapi ternyata itu Keely.

Marco memijat pelipisnya sebelum menjawab panggilan tersebut. Keningnya langsung berkerut ketika ratapan Keely menyambutnya.

"Marco, kamu tidak menemuiku selama berhari-hari. Apa kamu masih marah padaku? Aku sudah meminta maaf, aku begitu kesepian di rumah sakit. Kumohon, datanglah ...."

"Ada para dokter dan perawat di rumah sakit. Kamu bisa meminta ditemani mereka!" Marco memotong ucapannya dengan tidak sabar.

Tangis Keely pecah saat mendengar pria di ujung sambungan membentaknya. "Namun, mereka bukan kamu, Marco. Kumohon jangan marah padaku, aku tahu Loraine ingin menceraikanmu karena aku. Aku akan melakukan apa saja agar kamu mau memaafkanku. Bahkan jika kamu mau, aku akan pergi untuk meminta maaf langsung padanya."

Marco terdiam. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Kamu memang berutang permintaan maaf pada Loraine, tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Kami sudah bercerai."

Perkataan Marco seperti kembang api yang meledak tak terkendali di hati Keely, dia tidak bisa menahan kegembiraannya.

"Itu bagus!" Akan tetapi, dia langsung sadar bahwa responsnya barusan tidak tepat, jadi dia segera mengklarifikasi ucapannya. "Maaf, maksudku kurasa agak aneh karena dia melakukannya secepat ini. Apa dia meminta sesuatu padamu?"

Keely masih sulit untuk percaya bahwa Loraine menceraikan Marco begitu saja. Dia curiga wanita itu berniat mengambil banyak uang dari Marco melalui kompensasi perceraian mereka.

Sambil mengerutkan kening, Marco memberi jawaban dengan dingin, "Tidak, bahkan tidak satu sen pun."

"Hah? Bagaimana mungkin? Wanita miskin itu selalu bergantung padamu selama tiga tahun ini. Bagaimana dia bisa bertahan hidup di luar sana tanpa mengambil sepeser pun darimu?"

Keely benar-benar dibuat tidak percaya atas fakta ini. Sebelum otaknya bisa mencerna dengan baik, Marco berkata tegas, "Aku sibuk, jangan meneleponku kecuali kamu memiliki sesuatu yang penting untuk disampaikan."

Sambungan langsung terputus pada detik berikutnya.

Marco meletakkan ponselnya ke meja dengan kesal. Panggilan telepon tadi membangkitkan rasa penasarannya lagi. Bagaimana Loraine bisa bertahan hidup dengan usahanya sendiri ketika dia tidak membawa sepeser pun uangnya?

Setelah memikirkan ini sejenak, dia akhirnya mengirim pesan ke Carl.

"Atur seseorang untuk mengawasi Loraine. Aku ingin tahu setiap gerak-geriknya. Setiap kali dia melamar pekerjaan, atur agar dia dipekerjakan di Grup Bryant."

Sementara itu, Keely begitu gembira meski mendapat peringatan keras dari Marco barusan.

Perceraian itu adalah awal yang baik untuknya. Dia telah menantikan hari ini untuk datang. Akhirnya, tiba juga gilirannya untuk mengambil posisi yang selalu diinginkannya.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pernikahan yang Menyedihkan2 Bab 2 Dasar Pembohong!3 Bab 3 Pewaris Resmi4 Bab 4 Tekadnya Sudah Bulat5 Bab 5 Perjanjian Perceraian6 Bab 6 Penyesalan Terbesarku7 Bab 7 Pria Impoten8 Bab 8 Membangkitkan Rasa Penasarannya9 Bab 9 Serangan Balik10 Bab 10 Perusak Rumah Tangga11 Bab 11 Pewawancara yang Menyusahkan12 Bab 12 Awal yang Baru13 Bab 13 Tamparan Keras14 Bab 14 Penghinaan Terburuk15 Bab 15 Adu Mulut16 Bab 16 Mengetahui Kebenaran17 Bab 17 Pelecehan Seksual18 Bab 18 Kemunculan Mendadak19 Bab 19 Pertengkaran Mantan Pasangan20 Bab 20 Konfrontasi Tak Terduga21 Bab 21 Penolong Rahasia22 Bab 22 Rekan Kerja yang Suka Memerintah23 Bab 23 Yang Terpilih24 Bab 24 Direktur Baru25 Bab 25 Pasangan Loraine26 Bab 26 Akting yang Meyakinkan27 Bab 27 Penghinaan Terbesar28 Bab 28 Aksi Lain29 Bab 29 Bukti yang Memberatkan30 Bab 30 Kompetisi31 Bab 31 Motivasi32 Bab 32 Kurasa Tidak33 Bab 33 Diusir34 Bab 34 Pemenang Proyek35 Bab 35 Bersantai di Bar36 Bab 36 Argumen37 Bab 37 Taruhan38 Bab 38 Balap Mobil39 Bab 39 Menang40 Bab 40 Tebakan Laura41 Bab 41 Surat Pengacara42 Bab 42 Kebenaran43 Bab 43 Pernyataan44 Bab 44 Kejadian Tak Terduga45 Bab 45 Menandatangani Kontrak46 Bab 46 Membuat Masalah47 Bab 47 Usir Dia48 Bab 48 Permintaan Maaf49 Bab 49 Mempersulit50 Bab 50 Merevisi Rancangan51 Bab 51 Mengungkapkan Kebenaran di Depan Umum52 Bab 52 Perbuatan Baik yang Gagal53 Bab 53 Mengapa Marco Melakukan Itu 54 Bab 54 Insinyur Wanita55 Bab 55 Masalah Baru56 Bab 56 Ini Belum Berakhir57 Bab 57 Harapan Keluarga Powell58 Bab 58 Menegakkan Keadilan untuk Putraku59 Bab 59 Meminjam Uang60 Bab 60 Pertemuan yang Tak Terduga61 Bab 61 Sugar Daddy62 Bab 62 Trik Kotor63 Bab 63 Kecemburuan yang Tak Berdasar64 Bab 64 Memberinya Pelajaran65 Bab 65 Mabuk66 Bab 66 Skandal67 Bab 67 Serangan Balik68 Bab 68 Penyebar Rumor yang Cemburu69 Bab 69 Menegurnya70 Bab 70 Rencana Keely71 Bab 71 Apa yang Kulakukan 72 Bab 72 Salah Sasaran73 Bab 73 Bolehkah Aku Berdansa Denganmu 74 Bab 74 Biarkan Aku Membantumu75 Bab 75 Suami yang Tidak Kompeten76 Bab 76 Upaya yang Sia-sia77 Bab 77 Ratu Amal78 Bab 78 Lelang Amal79 Bab 79 Penawaran yang Konyol80 Bab 80 Wanita Pendendam81 Bab 81 Saingan di Pelelangan82 Bab 82 Lukisan Palsu83 Bab 83 Imitasi yang Lebih Mahal84 Bab 84 Donatur Lukisan85 Bab 85 Sikap Kekanak-kanakan86 Bab 86 Musuh Ditakdirkan untuk Bertemu87 Bab 87 Apa Dia Peduli Pada Loraine 88 Bab 88 Aku Akan Menyingkirkan Dia Untukmu89 Bab 89 Melukai Diri Sendiri90 Bab 90 Kebohongan Keely91 Bab 91 Tunangan92 Bab 92 Penipu93 Bab 93 Ambisi Florence94 Bab 94 Kedatangan Liza95 Bab 95 Satu Set Hadiah Lainnya96 Bab 96 Hadiah dari Wesley97 Bab 97 Aib Loraine98 Bab 98 Pelajaran untuk Bersikap Romantis99 Bab 99 Cinta Segitiga100 Bab 100 Demonstrasi