Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
Penulis:SANDRA BLACK
GenreRomantis
Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
Di bangsal, suhu ruangan berubah dingin seolah-olah seluruh rumah sakit telah berpindah ke Antartika.
Bulu kuduk Keely merinding dan tubuhnya gemetar. Wajahnya pucat dan dia menggigit bibir bawahnya sambil menatap Marco.
Tiba-tiba, derap langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar. Pintu bangsal didorong terbuka saat itu juga. Marina masuk diikuti seorang dokter di belakangnya.
"Dokternya di sini!" Menyadari bahwa Loraine tidak ada di ruangan, Marina berteriak, "Di mana Loraine? Apa dia melarikan diri? Kak Marco, haruskah aku mengirim pengawal untuk menyeretnya ke sini lagi?"
Sorot mata Marco menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Dia menatap adiknya dan berkata, "Jadi kamu yang membawa Loraine ke sini?"
Hawa dingin mengalir di sepanjang tulang belakang Marina. Dia melirik Keely dan berargumen, "Aku terpaksa, bagaimanapun juga, ini darurat. Jika Kak Keely tidak segera mendapatkan ginjalnya, kita mungkin akan kehilangan dia."
"Diam!" Kemudian, Marco memerintahkan para pengawal, "Bawa Marina pulang. Pastikan dia tidak keluar dari rumah!"
"Kakak, kamu tidak bisa melakukan itu, aku hanya mencoba ...." Marina berusaha membela diri, tapi para pengawal sudah menahannya di setiap sisi dan membawanya keluar dari bangsal dengan paksa.
Kesunyian meliputi bangsal itu lagi. Firasat buruk mulai merayap di hati sang dokter.
Marco memelototinya selama beberapa detik. Setelah itu, dia mengarahkan telunjuknya ke arah Keely, yang tidak lagi berpura-pura, dan berkata menginterogasi, "Kamu bilang dia membutuhkan transplantasi ginjal sesegera mungkin. Lalu, mengapa dia terlihat sehat bugar?"
Butir-butir keringat membasahi dahi sang dokter. "Emm ... sepertinya saya telah salah mendiagnosis kondisinya."
"Dokter macam apa kamu? Bagaimana kamu bisa salah mendiagnosis seseorang dengan gagal ginjal? Karena kamu membuat kesalahan besar, kamu tidak boleh menjadi dokter lagi!"
Mendengar ucapan ini, dokter itu gemetar ketakutan. Dia tahu Marco mampu mengakhiri karirenya hanya dengan menjentikkan jarinya.
Dia berlutut saat itu juga. "Tuan Bryant, saya tidak bersalah. Nona Hanniel yang memerintahkan saya untuk melakukan ini. Dia memaksa saya ...."
"Enyah!" perintah Marco sambil menunjuk ke arah pintu dengan marah.
Dokter itu sama sekali tidak memedulikan tatapan membunuh Keely terhadapnya. Dia membungkuk dan menggumamkan permintaan maaf sebelum akhirnya melarikan diri.
Bangsal menjadi begitu sunyi sampai siapa pun bisa mendengar suara jarum yang jatuh.
Marco menatap Keely tanpa ekspresi. Ketenangannya yang tidak biasa membuatnya takut.
Air mata mulai menggenang di matanya. "Marco, maafkan aku. Seharusnya aku tidak berbohong padamu. Aku melakukannya hanya agar kamu lebih peduli padaku."
Percikan amarah melintas di mata Marco.
"Aku selalu memperlakukanmu dengan baik, tidak pernah sekali pun aku mengabaikanmu, jadi kamu tidak punya alasan untuk berbuat seperti itu. Kamu tahu? Seharusnya aku tidak terlalu memanjakanmu!"
Keely pun mengaku, "Ya, tidak ada pembenaran untuk apa yang telah kulakukan. Aku benar-benar bodoh! Aku selalu merasa kesepian sejak Jorge meninggal. Kamu juga tahu bahwa aku memang sakit-sakitan sedari dulu. Aku hanya takut kamu tidak peduli lagi padaku. Bisakah kamu memaafkanku? Aku berjanji hal seperti ini tidak akan terulang kembali."
Mendengar nama Jorge membawa Marco ke masa lalu.
Jorge Riley adalah temannya yang meninggal ketika berusaha menyelamatkannya. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, pria itu menitipkan tunangan tercintanya pada Marco dan memintanya untuk merawat Keely selama sisa hidupnya.
Kesedihan yang tak bisa dijelaskan memenuhi hati Marco ketika pikirannya kembali ke momen terakhir temannya itu. Rasa dingin yang menyelimuti hatinya meleleh seperti es krim di musim panas.
"Aku berniat untuk menepati janjiku pada Jorge. Jangan pernah berpikir bahwa aku akan meninggalkanmu, itu tidak akan pernah terjadi."
Pernyataan ini memunculkan senandung bahagia di hari Keely.
Namun, belum sempat dia bergembira, Marco memperingatkan dengan tegas, "Meski begitu, Loraine adalah istriku. Jangan pernah menindasnya lagi, ini yang terakhir, apa kamu mengerti?"
Kepala Keely tertunduk lesu dan wajahnya cemberut. Jejak kebencian melintas di matanya.
"Marco, kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dibanding Loraine. Dia tidak pernah membawa satu hal baik pun untukmu sejak kalian menikah. Dia hanya aib bagi Keluarga Bryant. Apa kamu berniat menua bersama wanita seperti itu? Setelah semua yang kamu lakukan untuknya, dia masih tidak tahu berterima kasih. Dia bahkan berani meminta perceraian tadi ...."
"Pernikahanku bukan urusanmu, Keely. Jangan melewati batas, oke?"
Tatapan tak berperasaan di mata Marco membungkam Keely. Alhasil, dia merajuk seperti anak kecil.
"Beristirahatlah di sini dan renungkan perbuatanmu!"
Marco keluar dari bangsal dengan kesal. Dia tidak bisa menyingkirkan ekspresi Loraine ketika wanita itu meminta perceraian darinya.
Mendengar wanita itu ingin menceraikannya seperti sebuah tamparan keras bagi Marco. Tidak pernah terlintas sekali pun dalam benaknya untuk menceraikannya.
Meskipun Loraine bukan berasal dari keluarga elit, Marco menoleransinya karena dia adalah istri yang baik dan patuh.
Dia tidak pernah berniat mengambil ginjal Loraine untuk diberikan pada Keely. Dia benar-benar mendapatkan pendonor lain.
Uang yang dia transfer padanya adalah hadiah permintaan maaf karena tidak bisa merayakan ulang tahun pernikahan ketiga mereka bersama-sama. Dia merasa kompensasi itu cukup adil karena dia menghabiskan seluruh waktunya menjaga Keely, yang menurutnya begitu membutuhkan perhatiannya sekarang.
Namun, tanpa sepengetahuannya, Marina justru bertindak di belakangnya dan membawa Loraine ke rumah sakit. Dia dianggap sebagai penjahat untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.
Marco memijat pelipisnya dan menghela napas. Sepertinya dia harus meluruskan semuanya pada Loraine. Bagaimanapun juga, wanita itu meminta cerai karena dia sudah salam paham.
Dia yakin bahwa Loraine tidak benar-benar akan menceraikannya. Sebelumnya, dia sudah menyelidiki latar belakang Loraine. Loraine adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di pedesaan. Dia tidak punya uang atau kekuasaan. Jadi, sudah pasti wanita itu harus bergantung padanya. Dia merasa Loraine tidak akan bisa hidup tanpanya.
Beberapa jam kemudian, Loraine membuka mata. Dia menemukan dirinya berada di kamar tidur yang hangat dan mewah.
"Pewaris resmi Keluarga Tzion akhirnya kembali! Apa yang membuatmu sadar? Aku masih tidak mengerti mengapa kamu membuang segalanya demi pria itu. Sudahlah, jadi apa kamu kembali untuk selamanya sekarang?"
Loraine menoleh ke arah pemilik suara yang tidak asing baginya.
Seorang pria jangkung bertubuh kuat duduk di kursi di samping tempat tidur. Dia memiliki wajah yang tegas dan tampan, auranya juga begitu mengintimidasi.
Begitu melihatnya, tangis Loraine pecah.
"Om Rowan, aku memang bodoh. Seharusnya aku tidak meninggalkan kalian hanya demi bajingan itu. Maafkan aku."
Rowan Tzion, seorang perwira tinggi yang ganas di kemiliteran, tak kuasa menahan sedih ketika keponakan tercintanya meminta maaf.
Dia memegang tangan keponakannya dan berkata, "Lorrie, jangan menangis. Hati Om hancur melihatmu menangis seperti ini. Om begitu bahagia karena kamu sudah kembali."
Rowan kemudian mencium punggung tangannya dan lanjut berkata, "Kamu tahu bahwa semua orang di keluarga ini sangat mencintaimu, bukan? Kami tidak akan tinggal diam menyaksikan siapa pun yang menyakitimu."
Tiba-tiba, pintu kamar dibuka lebar. Aldo Tzion, pemilik Grup Universe dan salah satu pria paling berkuasa di Kota Vagow, masuk dengan memancarkan aura yang mengesankan.
"Kenapa kamu menangis? Gadis kuat tidak menangis, Lorrie. Kamu adalah pewaris perusahaan yang bernilai triliunan. Alih-alih menangis, kamu bisa memberi pelajaran pada siapa pun yang berani membuat masalah denganmu hanya dengan jentikan jari!"