Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
Penulis:SANDRA BLACK
GenreRomantis
Penyesalan Sang Miliarder: Mantanku Terlalu Menawan
"Memangnya kamu tidak bisa baca? Tulisannya jelas menyatakan itu adalah perjanjian perceraian! Baca semua paragrafnya, ketentuannya tertulis sangat jelas bahwa aku tidak menginginkan sepeser pun uangmu!" cibir Loraine sambil mendorong dokumen itu lebih dekat padanya.
Mata Marco menyipit. Dia mengatupkan bibir dan menatap wanita di depannya dengan alis yang bertaut.
Baru ketika melihat Loraine, yang menatap langsung ke matanya, dia menyadari bahwa wanita ini tidak sedang menggertak, dia benar-benar ingin menceraikannya.
Ini semua tidak masuk akal. Beraninya bisa wanita desa seperti Loraine melayangkan surat cerai padanya? Apa dia tidak tahu akibat dari perbuatannya ini? Apa dia sudah gila?
Marco mulai mempertanyakan semua yang terjadi di dalam kepalanya. Baru kali ini dalam hidupnya, dia merasa marah sekaligus dibuat tak berdaya karena seorang wanita.
Emosinya yang bertentangan membuatnya berkata, "Mengapa kamu begitu ingin menceraikanku? Apa kamu selingkuh dariku?"
Yang berselingkuh dalam pernikahan ini adalah Marco, dia yang berselingkuh dengan Keely, tapi dia justru menuduhnya melakukan hal itu!
Berusaha menahan amarah, Loraine berkata, "Kehidupan pribadiku bukan urusanmu. Aku tidak punya waktu seharian, baca dokumennya dan segera tanda tangani itu. Setelah proses perceraian ini selesai, kita bisa segera berpisah."
Saat ini, sebuah granat meledak di kepala Marco. Loraine bukan lagi wanita penurut yang dulu dikenalnya. Apa selama ini Loraine hanya berpura-pura?
Kemarin Marco berpikir untuk membawa Loraine pulang ke rumah setelah dia melarikan diri, tetapi wanita ini malah meminta cerai darinya. Dia tidak terima diperlakukan seperti ini!
Detik berikutnya, Marco mengamuk. "Oke! Aku akan menandatangani surat cerai karena kamu sangat ingin bercerai denganku! Tapi biar kuberi tahu satu hal padamu, kamu sendiri yang meminta hal ini, jadi kamu harus menanggung akibatnya. Jangan kembali lagi padaku ketika kamu menyesali tindakanmu!"
Loraine terkekeh dan bertepuk tangan dengan wajah yang dipenuhi sarkasme. "Jangan khawatir, aku bukan anjing. Aku tidak pernah menjilat kembali ludahku. Seharusnya aku tidak pernah menikah denganmu sejak awal. Itu adalah penyesalan terbesarku!"
Perkataan ini membuat hati Marco sedikit sakit. Namun, dia mendengus dan mengeluarkan sebuah pulpen. Kemudian, dia membubuhkan tanda tangannya di dokumen itu dan menyerahkannya kembali pada Loraine.
"Kamu masih punya kesempatan untuk mempertimbangkan keputusan ini sekarang. Begitu kamu melangkahkan kaki keluar dari sini, kamu tidak bisa menarik kembali kata-katamu."
Loraine merampas dokumen itu dari tangannya. Dia melihat ke bagian yang sudah ditandatangani dan tersenyum puas. Setelah itu, dia memasukkannya ke dalam tas, berbalik dan pergi.
Dia berjalan keluar dari kantor Marco tanpa sekali pun menoleh ke belakang.
Hal ini membuat Marco menggebrak meja, menatap ke sosok Loraine yang pergi dengan tegas.
Dia mendengus layaknya seekor singa yang terluka ketika kenop pintu tiba-tiba bergerak. Mengira Loraine sudah berubah pikiran, dia dengan cepat memasang ekspresi tenang dan menundukkan kepala seolah sedang membaca dokumen pekerjaannya. Ketika mendongak, yang ditemukannya adalah wajah Carl.
Ekspresi Marco berubah suram. Hatinya diliputi perasaan tidak senang dan kecewa saat ini.
Karena Carl sama sekali tidak tahu apa yang baru saja terjadi, dia bertanya dengan suara rendah, "Mengapa Nyonya Bryant pergi begitu cepat? Saya kira dia ada di sini untuk menghabiskan waktu bersama Anda."
"Jangan panggil dia Nyonya Bryant lagi dan berhentilah membuat asumsi konyol!" raung Marco sambil mengepalkan tinjunya.
Carl tertegun dengan amarah yang terlukis di wajah bosnya. Dengan hati-hati, dia melontarkan pertanyaan lagi, "Apa Anda menceraikannya? Apa ini semua karena Nona Hanniel?"
"Loraine yang meminta cerai!" sembur Marco.
Mata Carl membelalak tak percaya ketika mendengar ini.
Menatap ke pintu yang tertutup, Marco mencibir dengan pahit, "Tapi dia akan segera menyesalinya."
Marco yakin bahwa Loraine hanya sedang berulah seperti anak nakal. Dia bisa membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan akan membuka mata wanita itu.
Kota Vagow adalah kota yang keras. Bahkan orang-orang yang memiliki koneksi masih harus bersusah payah untuk hidup di kota ini. Jadi, gadis desa miskin seperti Loraine akan kesulitan untuk bertahan hidup hanya dengan mengandalkan usahanya sendiri.
Marco tidak sabar menunggu hari di mana Loraine akan kembali dan memohon belas kasihannya.
Sayangnya, hal itu tidak pernah terjadi. Hari-hari berlalu dan tidak ada kabar dari Loraine sama sekali. Perceraian mereka dikabulkan pengadilan dan mereka akhirnya berpisah.
Marco menyibukkan diri di perusahaannya. Dia berusaha untuk tidak memikirkan perpisahan mereka, tetapi dia mendapati dirinya terus memikirkannya.
Terkadang, dia bahkan mendengar suara dan melihat wajah cantik Loraine ketika sedang melakukan pekerjaan yang penting. Situasi ini membuatnya gila.