Cinta Bersemi Setelah Perceraian
Penulis:BRIDGET PENA
GenreModern
Cinta Bersemi Setelah Perceraian
Dalam perjalanan pulang, anak laki-laki kecil itu sudah tertidur sambil bersandar di bahu Cornelia. Melihat wajah kecilnya yang polos, hatinya langsung melembut.
Ketika Cornelia bangun keesokan harinya, dia mandi dan turun ke lantai bawah, lalu mendapati sudah ada berbagai macam hidangan untuk sarapan di atas meja.
Dia membeku untuk sesaat. Kemudian anak kecil itu berdiri dari sofa dan menariknya ke meja makan.
"Apa kamu yang membeli semua makanan ini?"
Anak kecil itu menganggukkan kepala. Kemudian dia mengeluarkan sebuah pulpen beserta kertas dan menulis beberapa kata dengan cepat, "Terima kasih telah menjagaku. Ayo kita sarapan."
Melihat tulisan tangannya yang rapi, Cornelia tertegun sejenak. Meskipun anak kecil ini tidak bisa berbicara, dia tahu bahwa anak ini sangat pintar.
"Kamu sungguh luar biasa. Tapi, itu sangat berbahaya jika kamu keluar rumah sendirian, jadi jangan lakukan hal itu lagi, oke? Omong-omong, bisakah kamu memberitahuku namamu?"
Mendengar ini, anak laki-laki itu kembali menulis di atas kertas.
Dia menulis, "Valentino Mavendra."
Cornelia terkejut saat mengetahui bahwa nama belakangnya adalah Mavendra.
Dia mengetahui dari berita bahwa Darius dan Xena memiliki anak lima tahun yang lalu.
Apa mereka berhubungan dengan anak laki-laki kecil ini? Atau mungkin hanya sebuah kebetulan bahwa nama belakang anak laki-laki ini adalah Mavendra. Saat dia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba bel pintu berbunyi. Cornelia bertanya-tanya siapa yang akan bertamu sepagi ini. Akan tetapi, dia tetap berdiri untuk membuka pintu.
Seorang pria dan seorang wanita berdiri di luar. Saat dia melihat wajah mereka yang tidak asing, sorot matanya menjadi dingin.
Dia tidak menyangka akan melihat Darius dan Xena di luar pintunya.
Xena bahkan lebih terkejut. Dia tidak pernah menyangka akan melihat Cornelia begitu pintu terbuka. Apa yang dilakukan Cornelia di Kota Abdi? Bukankah Cornelia meninggal di rumah sakit hari itu? Ketika dia melihat Valentino duduk di meja makan, ekspresi di wajahnya langsung berubah.
Dia membentak, "Cornelia, beraninya kamu mengambil anakku!"
Kemudian dia bergegas masuk ke dalam apartemen dan berjalan menuju Valentino.
Darius menatap Cornelia sambil mengerutkan keningnya. "Mengapa Valentino ada di sini?"
Cornelia tidak menyangka Valentino benar-benar putra Darius dan Xena. Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Xena kembali ke mereka sambil memegang tangan Valentino dan berkata, Apa niatmu? Delapan tahun yang lalu, kamu sengaja menabrakku dengan mobilmu. Sekarang kamu ingin mengambil putraku. Mengapa kamu terus mengganggu hidupku lagi dan lagi?"
Begitu dia mengatakan ini, Valentino melepaskan diri dari tangan Xena dan berdiri di depan Cornelia. Kemudian dia menatap Xena dengan tatapan tidak puas.
"Valentino! Kamu ...."
Xena hampir saja meledak dengan amarah.
Kesuraman melintas di mata Cornelia. Dia menatap Xena dan berkata dengan dingin, "Aku tidak tahu dia adalah anakmu. Kamu meninggalkannya sendirian di luar pada tengah malam. Aku takut dia akan berada dalam bahaya, jadi aku mengajaknya bersamaku."
"Aku tidak percaya padamu. Kamu pasti punya niat buruk."
"Jika aku memiliki niat buruk, mengapa aku menghubungi polisi? Bagaimana kamu tahu dia ada di sini? Kamu mengetahuinya karena kamu pergi ke kantor polisi dan mendapatkan alamatnya, bukan?"
Xena kehilangan kata-kata dan tidak tahu bagaimana membalas perkataannya. Saat ini, Valentino menulis di kertas, "Ibuku memarahiku, jadi aku pergi mencari ayahku. Tapi aku tidak bisa menemukannya, jadi aku tersesat. Untungnya, Kakak Cantik ini mengajakku bersamanya."
Darius akhirnya mengerti apa yang telah terjadi. Dia berkata pada Cornelia dengan perlahan, "Xena salah paham denganmu. Aku minta maaf. Terima kasih telah menjaga Valentino."
Kemudian dia menoleh ke arah Xena serta Valentino dan berkata, "Ayo kita pergi." Sedikit keengganan melintas di mata Xena, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Mereka bertiga pergi bersama.
Sebelum pergi, Valentino menatap Cornelia dengan tatapan penuh kerinduan, tetapi dia tidak merespons.