icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Wajahnya Seperti Ditampar
Jumlah Kata:1268    |    Dirilis Pada:14/02/2023

Natalia dan Brenda bertemu di sebuah kafe.

Begitu Natalia tiba, Brenda meraih tangannya dengan cemas. "Natalia, semalam kamu pergi ke mana? Kamu juga tidak menjawab panggilan teleponku! Aku begitu khawatir!"

"Maaf, Brenda. Semalam aku terlalu mabuk." Natalia menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah. "Jadi aku naik taksi untuk pulang. Kumohon jangan marah. Kamu mau minum apa? Biar kutraktir."

Natalia tidak berani mengakui bahwa dia pergi dengan seorang pria tadi malam.

"Baguslah, selama kamu baik-baik saja. Kamu tidak perlu mentraktirku. Aku tahu kamu sedang mengumpulkan uang." Brenda menghela napas lega. "Jadi kamu mau pergi ke mana sekarang? Kembali ke tempat ayahmu?"

"Tidak, itu bukan rumahku lagi," ucap Natalia getir. Dia sudah pindah dari rumah ayahnya dan menyewa sebuah apartemen kecil.

Jika bukan karena pernikahan, dia tidak akan pernah kembali ke kediaman Keluarga Revaldi lagi.

Pertanyaan sederhana Brenda mengingatkannya, beberapa hari terakhir ini seperti mimpi. Tidak peduli apakah itu rencana licik ibu tirinya atau pengkhianatan Romli, dia tahu bahwa hidup harus berjalan.

Dia sudah meminta cuti di tempat kerjanya selama setengah bulan dan hari ini adalah hari terakhir cutinya. Jika dia ingin bertahan hidup di kota ini, dia harus kembali bekerja.

Bagaimanapun juga, dia bukanlah wanita kaya raya. Selain nama belakangnya, semua yang dimiliki Keluarga Revaldi tidak ada hubungan dengannya.

Keesokan harinya, Natalia kembali bekerja.

Tidak ada seorang pun di perusahaan yang tahu dia adalah putri dari keluarga kaya atau fakta bahwa dia hampir menikah dengan Romli.

Sikap Natalia sedikit dingin dan menyendiri di tempatnya bekerja. Dia tidak pernah membicarakan kehidupan pribadinya dengan rekan-rekannya.

Alhasil, semua orang di perusahaan mengira bahwa Natalia hanyalah seorang wanita lajang biasa.

Begitu kembali ke perusahaan, Natalia segera fokus pada pekerjaannya. Dia ingin menyibukkan diri agar bisa melupakan Romli.

Setelah berpisah dengan Jasper hari itu, Natalia tidak pernah bertemu dengannya lagi selama lebih dari dua minggu. Mereka hanya saling bertukar pesan teks.

Natalia adalah seorang penerjemah dan hampir setiap hari, dia bekerja lembur.

Hari ini, dia bekerja lembur di kantor sampai jam sebelas malam.

Waktu sudah sangat larut. Dia adalah orang terakhir yang meninggalkan perusahaan.

Dia buru-buru keluar, berharap sempat mengejar bus terakhir.

Namun, dia terlambat. Tanpa daya, dia hanya bisa menyaksikan ketika bus terakhir berangkat.

"Sepertinya aku harus naik taksi lagi hari ini," gerutu Natalia. Ongkos taksi dibandingkan dengan kendaraan umum lainnya jauh lebih mahal.

Tepat pada saat ini, sebuah mobil yang familier perlahan menepi di hadapan Natalia.

Kaca mobil diturunkan dan memperlihatkan Jasper yang menjulurkan kepalanya sambil tersenyum. "Natalia, ayo masuk ke mobil!"

Natalia tercengang begitu melihat bahwa pria itu adalah Jasper.

Sudah dua minggu ini keduanya tidak bertemu. Jasper tidak pernah mengajaknya untuk bertemu, begitu juga dengan dirinya. Selain itu, dia sibuk, jadi mereka berdua hanya bertukar sedikit pesan teks.

Natalia benar-benar lupa bahwa dia punya pacar.

Melihat wanita itu diam saja, Jasper keluar dari mobil dan berlari ke sisi lain membukakan pintu untuknya, seperti seorang pria sejati. Dia lalu memandangnya dengan penuh perhatian dan bertanya, "Ada apa? Kita sudah lama tidak bertemu, jadi kamu pasti sudah melupakanku. Sepertinya malam ini aku harus bekerja keras untuk memperdalam kesanmu padaku."

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Natalia akhirnya tersadar.

"Aku selesai bekerja lebih awal, jadi aku datang menemuimu!" Jasper tersenyum senang. "Maafkan aku. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini, jadi aku sedikit mengabaikanmu. Jangan marah, ya."

"Tidak apa-apa, aku juga sangat sibuk akhir-akhir ini." Natalia sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia merasa malu. Dia hampir lupa bahwa dia punya seorang pacar.

"Kamu belum makan malam, kan? Ayo kita makan malam bersama." Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Jasper mengemudikan mobilnya. "Mulai sekarang, aku akan mengantar dan menjemputmu untuk pulang pergi kerja. Tidak aman bagi seorang gadis berada di luar pada jam seperti ini."

"Tidak ...."

Sebelum Natalia sempat menolak, Jasper menyelanya. "Kamu adalah pacarku. Sudah tugasku untuk mengantar dan menjemputmu ke dan dari tempat kerja."

Karena saat ini sudah lewat jam sebelas, banyak restoran yang telah tutup.

Jasper akhirnya menuju ke sebuah restoran kelas atas yang bernama Dapur Kecil.

Natalia pernah datang ke restoran ini sekali bersama Brenda. Orang kaya biasa tidak bisa makan di restoran ini. Hanya orang-orang dari kalangan atas tertentu yang bisa masuk.

Selain itu, restoran ini hanya menerima lima puluh pelanggan setiap harinya.

Alis Natalia terangkat karena terkejut. "Apa kita akan makan malam di sini? Tempat ini sangat mahal dan hanya anggota VIP yang bisa masuk. Itu pun dengan persyaratan yang sangat ketat. Kita makan di tempat lain saja."

Bahkan Keluarga Revaldi tidak memenuhi syarat untuk masuk ke restoran ini.

Mungkin bagi banyak orang, menghasilkan uang seumur hidup tidak akan cukup untuk membayar tagihan sekali makan di sini.

"Jangan khawatir. Hidangan di sini benar-benar enak." Jasper menepis kekhawatirannya. Sebenarnya, Jasper tidak menganggap restoran ini begitu istimewa.

Namun, karena sekarang sudah terlalu malam dan hanya restoran ini yang dekat dengan mereka, jadi dia memutuskan untuk makan malam di sini. Dia khawatir bahwa Natalia sudah kelaparan.

"Kita kembali saja. Aku tidak ingin kita menghabiskan terlalu banyak uang untuk makan malam. Lagi pula, aku tidak terlalu lapar," ucap Natalia dengan keras kepala sambil meraih tangan Jasper.

Di matanya, Jasper hanya mencoba membuatnya terkesan. Mungkin pria ini tidak tahu bahwa makan di restoran ini sangat mahal.

"Tapi kita sudah di sini. Kamu tidak perlu menghemat uang untukku, Natalia." Jasper meremas tangan Natalia untuk meyakinkannya dan tersenyum. "Wajar bagi seorang pria untuk mengajak pacarnya makan malam."

"Tapi di sini terlalu mahal. Selain itu, kita tidak akan bisa masuk ...."

Sebelum dia selesai berbicara, sebuah suara yang familier terdengar dari belakang mereka.

"Bukankah ini Kakak? Kak, kamu makan malam di sini juga? Kebetulan sekali! Aku dan Romli juga akan makan malam di sini! Ayo kita masuk bersama."

Tanpa menoleh, Natalia tahu bahwa suara itu milik Alisa.

Dia kemudian menoleh ke belakang dan menatap Alisa dengan dingin.

Dia tidak menyangka wanita ini berani memprovokasinya lagi setelah dia memukulinya sampai babak belur terakhir kali.

Alisa memeluk lengan Romli. "Kak, kebetulan sekali, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Siapa pria yang bersamamu ini?"

Alisa memperhatikan pria jangkung yang berdiri di samping Natalia. Ketika melihat wajah Jasper, jantungnya berdetak kencang. Dia benar-benar tampan!

Kenapa Natalia begitu beruntung dan bisa berkencan dengan pria tampan seperti ini?

Alisa mengerutkan bibirnya dan bertanya, "Kak, apa dia pacarmu? Sejak kapan kalian berpacaran? Mengapa aku belum pernah mendengar tentang ini?"

"Ya, dia pacarku," aku Natalia dengan blak-blakan. Dia bukan wanita bodoh. Dia tahu apa yang sedang dilakukan Alisa. Adik tirinya hanya ingin memperburuk situasi antara dia dan Romli.

Namun, hubungan Natalia dan Romli sudah berakhir sejak dua minggu lalu, jadi tidak ada alasan baginya untuk takut bahwa Romli akan mengetahui hubungan barunya ini.

Sambil memeluk lengan Jasper, Natalia menambahkan dengan dingin, "Kurasa aku tidak perlu memberitahumu."

Melihat gerak-gerik intim pasangan di depannya, Romli dibakar api cemburu. "Natalia, berhentilah bersikap kekanak-kanakan."

Romli menganggap bahwa Natalia hanya menyewa seorang aktor untuk berpura-pura menjadi pacarnya, kemudian dia melacak keberadaannya dan muncul untuk membuatnya kesal.

Wajar saja Romli berpikiran seperti itu karena dia tidak pernah melihat Jasper. Lagi pula, hanya sedikit orang yang tahu bagaimana penampilan Japser.

Melihat Romli tidak memercayainya, Natalia menoleh ke Jasper dan berbisik, "Tundukkan kepalamu sedikit."

Jasper tidak tahu apa yang sedang direncanakan Natalia, tetapi dia tetap menurutinya. Dia menundukkan kepalanya dengan patuh.

Saat itu, Natalia memeluk lehernya dan menciumnya.

Jasper agak terkejut, tetapi dia menikmatinya.

Adegan ini membuat Romli merasa wajahnya seperti ditampar. Alisa menyaksikan mereka berciuman dengan mata yang membelalak kaget. Dia tidak menyangka Natalia akan bertindak seberani ini.

Sebenarnya tindakan Natalia bukanlah sesuatu yang besar. Itu hanya sebuah kecupan ringan dan lembut di bibir.

Setelah ciuman yang dangkal itu, mereka menjauh dari satu sama lain.

Natalia kemudian bersandar di dada Jasper dan menatap Romli dengan senyum cerah. "Kami saling mencintai."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Rencana Ibu Tirinya2 Bab 2 Pengantin Wanita yang Melarikan Diri3 Bab 3 Kekejaman Ayahnya4 Bab 4 Tidak Akan Rugi5 Bab 5 Menjadi Pacarku6 Bab 6 Mengejar Istriku7 Bab 7 Wajahnya Seperti Ditampar8 Bab 8 Dimasukkan dalam Daftar Hitam9 Bab 9 Tidak Menonjolkan Diri10 Bab 10 Tanda Cinta11 Bab 11 Hati Malaikat12 Bab 12 Memberi Alisa Pelajaran13 Bab 13 Rencana yang Digagalkan14 Bab 14 Penculikan Natalia15 Bab 15 Lompat16 Bab 16 Mencium dengan Permen17 Bab 17 Rahasianya18 Bab 18 Serangan Balik19 Bab 19 Lubang Kecil Seukuran Mata20 Bab 20 Berselingkuh21 Bab 21 Pengecut22 Bab 22 Tinggal Bersama23 Bab 23 Putuskan Hubungan24 Bab 24 Calon Menantu Perempuan25 Bab 25 Permintaan Maaf26 Bab 26 Ingatan Buruk27 Bab 27 Seorang Pria Picik28 Bab 28 Pukulan Berat29 Bab 29 Mereka Menindas Natalia30 Bab 30 Dua Wanita Sekaligus31 Bab 31 Tertangkap Basah Berpura-pura32 Bab 32 Calon Nyonya Baru di Keluarga Bagaskara33 Bab 33 Semuanya Terjadi dalam Semalam34 Bab 34 Menjauhlah Dariku35 Bab 35 Semakin Tua, Semakin Licik36 Bab 36 Memanfaatkan Jasper37 Bab 37 Rencana Jahat Alisa38 Bab 38 Putri Katrina39 Bab 39 Anak yang Berbakat40 Bab 40 Mempermainkan Alisa41 Bab 41 Tamu Tak Diundang42 Bab 42 Pesta Dimulai43 Bab 43 Gangguan Selama Pesta44 Bab 44 Ibu Tiri yang Kejam45 Bab 45 Anak Terlantar46 Bab 46 Serangan Baliknya47 Bab 47 Kakakku48 Bab 48 Apa Anak Itu Benar-Benar Sudah Mati 49 Bab 49 Jasper Mulai Curiga50 Bab 50 Hasil Seleksi51 Bab 51 Putus52 Bab 52 Pria yang Keras Kepala53 Bab 53 Pelajaran Sammy54 Bab 54 Anak Itu Adalah Lukas55 Bab 55 Mengadopsi Lukas56 Bab 56 Apa Jasper Berpura-pura 57 Bab 57 Pertanyaan Jasper58 Bab 58 Saingan Cinta59 Bab 59 Dia Kekanak-kanakan60 Bab 60 Orang-Orang Itu Terlihat Seperti Pembunuh61 Bab 61 Berhenti di Sana62 Bab 62 Pria Lima Tahun Lalu63 Bab 63 Hasrat64 Bab 64 Rem Blong65 Bab 65 Kamu Tidak Boleh Mati66 Bab 66 Identitas Aslinya67 Bab 67 Lukas Memberi Romli Sebuah Pelajaran68 Bab 68 Komentar Sammy69 Bab 69 Jasper Bangun70 Bab 70 Babak 70 Bocah Kurang Ajar71 Bab 71 Dalang di Balik Kecelakaan Mobil72 Bab 72 Kompetisi73 Bab 73 Terlalu Percaya Diri74 Bab 74 Alisa Membuat Masalah Lagi75 Bab 75 Jebakan76 Bab 76 Merekam Pengakuan Brata77 Bab 77 Mengikuti Permainan Mereka78 Bab 78 Tetes Darah Terakhir79 Bab 79 Menyesal80 Bab 80 Pengakuan81 Bab 81 Rahasia Terungkap82 Bab 82 Alisa yang Tidak Mau Menerima Kenyataan83 Bab 83 Peringatan Terakhir84 Bab 84 Dia Tidak Mati85 Bab 85 Menyerahkan Grup Revaldi86 Bab 86 Memanjat Tembok87 Bab 87 Jasper Berhenti Berpura-pura88 Bab 88 Mirip dengan Marina89 Bab 89 Cemburu90 Bab 90 Menggoda Natalia di Depan Istrinya91 Bab 91 Dokter yang Membantu Natalia Melahirkan92 Bab 92 Anak Kembar93 Bab 93 Pengakuan Natalia94 Bab 94 Rapat95 Bab 95 Ayo Kita Berolahraga96 Bab 96 Selama Sisa Hidup Kita97 Bab 97 Berbicara Buruk tentang Prianya98 Bab 98 Gelang Palsu99 Bab 99 Kesempatan untuk Membuktikan Dirinya100 Bab 100 Hanyalah Seorang Anak