Terpikat oleh Cintanya yang Mendalam
Penulis:RADHA BUCCIO
GenreModern
Terpikat oleh Cintanya yang Mendalam
Saat Natalia bangun lagi, matahari sudah terbit. Dia benar-benar tidur sepanjang malam di kursi belakang mobil.
Natalia duduk dan menemukan seorang pria sedang tidur di kursi pengemudi. Dia adalah pria yang menyelamatkannya di hari pernikahannya.
Pria itu sedang tidur nyenyak, tetapi entah mengapa dia bertelanjang dada.
Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?
Natalia mengernyit dan memijat pelipisnya. Dia merasakan sakit kepala yang sangat parah dan hampir tidak ingat apa yang terjadi tadi malam.
Dia keluar dari mobil dan menemukan bahwa tidak ada orang di sekitar. Tempat ini sangat sunyi. Dia menemukan sebuah batu besar dan duduk, lalu menatap kosong ke kejauhan.
Sekalipun Alisa dan Fara tidak menjebaknya, Natalia tahu pernikahannya dengan Romli tidak akan bertahan lama.
Dia baru tahu tentang ambisi Romli tadi malam. Pria yang dia kira dikenalnya, tidak ingin menjalani hidup sebagai orang biasa sepanjang hidupnya.
Jika Romli mengetahui bahwa dia telah melahirkan seorang anak bertahun-tahun yang lalu, dia akan bersikap lebih keras terhadapnya.
Ada sisi positif di balik semua ini. Sekarang setelah mengetahui sifat asli Romli, Natalia merasa lega. Dia tidak perlu lagi khawatir rahasianya ditemukan olehnya. Dia tidak perlu merasa bersalah lagi.
Hanya saja, dia merasa sedikit sedih mengetahui bahwa ayahnya tidak peduli padanya. Dia juga sedih mengenang hubungan manisnya dengan Romli dalam setahun terakhir.
Jasper sudah bangun sejak tadi. Dia keluar dari mobil dengan membawa dua botol air dan berjalan mendekat.
"Minumlah air ini. Kamu banyak menangis tadi malam, aku khawatir kamu akan mengalami dehidrasi."
Kata-kata tulus Jasper membuat Natalia tersipu malu.
Tadi malam, setelah muntah, Natalia menangis tersedu-sedu.
Akan tetapi, Natalia terlalu mabuk sehingga dia tidak bisa mengingat apa pun tentang itu.
Natalia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. "Kenapa aku ada di mobilmu?"
Begitu dia membuka mulutnya dan berbicara dengan suara serak, dia merasakan tenggorokannya sangat kering.
Jasper sedikit mengangkat alisnya. "Aku kebetulan lewat tadi malam. Kamu sendiri yang masuk ke mobilku dan ...."
Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Natalia menyela. "Ah, tolong hentikan. Aku minum terlalu banyak tadi malam. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi di antara kita."
Mendengar ini, Jasper mengerutkan kening dengan bingung. Ketika dia memikirkan apa yang baru saja dikatakan Natalia, dia melihat pipinya yang memerah. Kemudian dia melihat bagian atas tubuhnya sendiri yang setengah telanjang dan langsung mengerti bahwa wanita ini mengira ada sesuatu yang terjadi di antara mereka tadi malam.
Sebenarnya Natalia muntah di sekujur tubuhnya, jadi dia harus membuang pakaiannya.
Namun, Jasper memutuskan untuk memanfaatkan kesalahpahaman kecil ini. Senyum main-main tersungging di sudut mulutnya. "Aku mencoba meneleponmu, tapi nomor yang kamu berikan padaku tidak terdaftar. Aku tahu aku hanya pria miskin, tapi kenapa kamu harus begitu kejam? Jika kamu tidak ingin melihatku, kamu bisa saja memberitahuku."
Dia terdengar kecewa dan menyedihkan lagi, sama seperti ketika mereka pertama kali bertemu.
Entah mengapa, Natalia mendapati dirinya ingin menghibur pria ini.
"Tidak, tidak, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Nomor telepon yang kuberikan padamu itu asli!" Setelah mengoceh sedikit, Natalia menarik napas dalam-dalam, seolah dia telah mengambil keputusan. "Aku Natalia Rivera. Siapa namamu?"
Situasinya cukup aneh. Dia mengenal pria ini kurang dari dua hari, tetapi dia telah terbangun di sampingnya dua kali dan dia masih belum tahu namanya.
Jasper tersenyum. "Aku Jasper Bagaskara, usia tiga puluh tahun. Aku tidak punya banyak uang. Aku seorang sopir online dan seorang pengantar barang. Aku sehat dan cukup baik di tempat tidur. Kamu bisa ...."
Dia hendak mengatakan pada Natalia bahwa dia bisa membuktikannya sendiri kelak, tetapi memikirkan bahwa wanita ini mengira mereka sudah tidur bersama, dia mengubah kata-katanya. "Kamu sudah mengalaminya secara langsung tadi malam."
Kata-katanya menegaskan bahwa sesuatu memang terjadi di antara mereka tadi malam.
"Ehem!" Mendengar kalimat terakhir itu, Natalia berdeham dengan canggung.
Jasper Bagaskara?
Mengapa nama itu terdengar begitu familier?
Pria yang hampir menikah dengannya juga bernama Jasper Bagaskara!
Namun, Jasper Bagaskara itu dikabarkan lumpuh, cacat dan sekarat. Sedangkan pria di hadapannya ini tampan dan dalam keadaan sehat. Dia juga terlihat seperti pria miskin biasa.
Mungkin dia kebetulan memiliki nama yang sama persis dengan pria yang seharusnya menikah dengannya.
Jasper mengamati ekspresi wajah Natalia dan menambahkan, "Aku tidak punya saudara kandung. Awalnya aku akan menikah, tapi di hari pernikahanku, aku terlambat karenamu. Jadi wanita itu membatalkan pernikahan dan aku lajang sekarang."
Mata Jasper tampak cukup tulus.
Natalia menatap Jasper dalam diam untuk sesaat. Kemudian, dia berseru, "Apa kamu mau menjadi pacarku?"
Mendengar pertanyaannya, Jasper tercengang. Kemudian, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak ingin menjadi pacarmu."
Karena ditolak, Natalia merasa sedikit malu. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu lagi, Jasper menambahkan, "Aku ingin menjadi suamimu."
Mulut Natalia menganga kaget. "Apakah ini tidak terlalu cepat?"
Dia ingin menjalani hubungan ini secara perlahan. Karena mereka sudah tidur bersama, mungkin mereka bisa mencoba berkencan. Jika mereka tidak cocok satu sama lain, mereka bisa putus kapan pun.
Karena Romli sekarang bersama Alisa, sudah waktunya bagi Natalia untuk meninggalkan masa lalu.
Sejujurnya, dia ingin membuat Romli dan Alisa marah dan mendapatkan pacar baru akan membantunya mencapai hal itu.
Melihat ekspresi terkejut di wajah Natalia, Jasper khawatir dia akan membuatnya takut, jadi dia berkompromi.
"Hanya bercanda. Aku akan menjadi pacarmu dulu." Jasper tersenyum lembut. "Kita baru saja bertemu. Kita harus lebih mengenal satu sama lain."
Natalia memiringkan kepalanya ke samping dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Calon istrimu baru saja membatalkan pernikahan. Apa orang tuamu marah? Apa kamu membutuhkan bantuanku?"
"Oh, mereka sangat sedih. Mereka melakukan perjalanan kemarin untuk menghilangkan stres, jadi kita tidak bisa menghubungi mereka untuk saat ini," ucap Jasper, berbohong dengan mudah. "Aku akan mengajakmu menemui mereka ketika mereka kembali."
Natalia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Ada masalah yang lebih mendesak, perutnya keroncongan.
Jasper tersenyum dan langsung meraih tangan Natalia. "Ayo pergi dan cari makan."
Natalia terkejut dengan tindakan Jasper yang penuh kasih sayang. Melihat tangan mereka yang saling menggenggam, dia tersipu lagi. Telapak tangan pria itu sangat hangat dan sentuhan kulitnya memberi Natalia perasaan aneh di hatinya.
Dia merasa bahwa dia benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dia baru bertemu pria ini dua kali, tetapi sekarang mereka menjalin hubungan.
Namun, ketika dia memikirkan wajah Romli dan Alisa yang menjijikkan, semua rasa bersalah dan malu di hatinya sirna.
Jasper terus mengamati reaksi Natalia. Dia mendapati dirinya tersenyum setiap kali dia memandangnya.
Jasper mengajak Natalia ke restoran terdekat. Restoran itu tidak terlalu mewah, tetapi bersih dan tenang.
"Apa yang kamu inginkan? Pesanlah apa pun yang kamu suka." Jasper menyerahkan menu pada Natalia seperti seorang pria terhormat.
Melihat menunya, Natalia menemukan bahwa harganya tidak mahal. Dia memesan makanannya dan kemudian memberikan menu itu pada Jasper.
Sambil mengerutkan kening, Jasper berkata, "Pesanlah lagi."
"Tidak, terima kasih. Itu sudah cukup untukku. Silakan pesan makanan yang kamu suka," tolak Natalia. "Aku tahu betapa sulitnya menghasilkan uang. Kita tidak boleh menyia-nyiakannya."
Apa pacar barunya menghemat uang untuknya?
Alis Jasper menjadi rileks dan dia tersenyum. "Oke, aku akan mendengarkanmu."
Tiba-tiba, dia merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kartu bank dan menyerahkannya pada Natalia. "Ambillah ini. Isinya tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa puluh juta rupiah. Kata sandinya adalah enam angka terakhir dari nomor kartu bank."
"Kenapa kamu memberikan ini padaku?" Natalia bingung.
"Mulai sekarang, kamu akan bertanggung jawab atas uangku. Gajiku tidak seberapa, tapi aku akan bekerja lebih keras untuk mendapatkan lebih banyak uang untuk menafkahimu."
Natalia terkejut. Mereka hanya saling mengenal selama dua hari, tetapi pria ini sudah memberikan semua uangnya.
"Tidak, tidak. Kamu simpan sendiri saja. Aku punya pekerjaan. Aku tidak membutuhkan uangmu." Natalia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Kamu pacarku sekarang. Ini adalah hal yang wajar untuk mengatur uang pasanganmu." Jasper meletakkan kartu bank itu di telapak tangan Natalia. "Bukankah ini rasa aman yang diinginkan wanita?"
Mendengar ini membuat Natalia terkejut sekali lagi. Apa Jasper berusaha membuatnya merasa aman?
Dikatakan bahwa seorang wanita yang tahu cara mengatur keuangan adalah orang yang bisa mengendalikan pria.
Natalia tidak dapat menyangkal bahwa dia merasa aman ketika dia memegang kartu bank di tangannya.
Pria ini mungkin tidak terlalu kaya, tetapi dia sangat tulus.
Natalia tidak pernah berpikir untuk menikah dengan keluarga kaya. Apa yang dia inginkan adalah kehidupan yang sederhana dan memuaskan.
Dia mengira Romli bisa memberikan hal itu padanya, tetapi dia tidak menyangka bahwa pria tersebut terlalu ambisius. Dia telah menunjukkan dengan jelas bahwa dia tidak mau hidup damai dan tenang bersama Natalia dan ingin memperjuangkan haknya atas warisan.
"Kalau begitu, aku akan menyimpannya dengan baik. Katakan padaku ketika kamu membutuhkan uang, oke?" Natalia tidak menolaknya lagi.
"Oke!" Senyum Jasper semakin lebar. "Beri saja aku uang saku setiap bulan."
Pada saat ini, makanan disajikan. Natalia sangat lapar sehingga dia mulai melahap makanannya.
Jasper, sebaliknya, tidak makan banyak dan terus menambahkan lebih banyak makanan ke piring Natalia.
Keduanya makan di restoran pinggir jalan seperti pasangan biasa. Adegan ini mengejutkan Lasro yang kebetulan lewat.
Apa dia tidak salah lihat?
Kepala dari Keluarga Bagaskara sedang makan dengan seorang wanita di restoran pinggir jalan?