Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)
ri Agung "Saya sudah di depan gedung!" Kira-kira seperti itu isi pesan dari calon
bergema, penanda bahwa rombongan s
di hal yang lumrah jika pengantin mengalami perasaan yang sukit sekali me
ari pengantin wanita, sembari terus mengetap-tap, mulut julidnya itu kembali beraksi "Kan kakan
dak menyukai juru make up yang di pesankan ibunya dari kompleks sebel
mulai sibuk mencari view yang bagus untuk di abadikan. Sementara Nahla sudah di ap
mbatan rombongan pria "Sudah lah yah, yang penting kan tetap datang dan tetap lancer acaranya sampai
la siap menyambut kedatangan rombongan Agung lengkap dengan semua perlengkapan pernik
k pada Nahla "Liur kamu hampir ngces la!
sh
u kedatangan calon suami tercinta. Berbeda sama kita yan
enambah gurauan di t
"Yak arena kita di jodohkan. Tidak seperti kamu yang p
mbali mengingat perkataan Bu Larin 'Pernikahan yang di awali dengan sebuah hubungan, maka tidak akan bertaha
kit kekhwatiran. Tapi entah atas dasar apa dia memiliki pemikiran seperti itu
glek,
a. Pasti lancar!" Begitu ujar Mbak Sri setelah me
khawatir "Wajar kan jika saya mengkhawatrikan masa depan rumah tangga sendiri?" Dengan memegang erat tangan kakak satu satunya, Nahla
Sri mengelus pundak adiknya yang kini sudah duduk di kursi akad menunggu kedatangan Agung yang masi
ang lain. Tapi entah mengapa, kali ini ucapan Bu Larin seperti terngiang-ngian
sudah siap menduduki tahta pengendali kehidupannya hari ini. Sebentar lagi akad akan di mulai. Meski waja
eluarga Nahla memang masih kental dengan ajaran-ajaran leluhurnya, mempercayai hal-hal yang biasa di pakai oleh oran
mbuatnya
Sri. Sementara Sari sibuk menenangkan anaknya yang mulai kegerahan. Semuanya sudah s
aksi. Sudah siap?" Nafas Nahla dan Agung bertambah semakin tak karuan. Akad tinggal beberapa detik lagi. Andai saja suar
winnya
Eeuuu... Emas tiga puluh gram dan seperangkat alat solat pak." Dengan
. Pandangannya kemudian mengarah pada seseorang yang berdiri di belakang Agung. Dia sed
disini saja!" Perintah penghulu
atap pada orangtua mempelai laki-laki. Tatapannya sungguh mencurigakan. Dia bahkan se
dan berbisik pada penghulu "Maskawinnya belum ada. Atau
menatap Mbak Sri. Bibip mencoba menenangkan Nahla dengan m
adi saksi dari mempelai pria kemudian mencoba menjelaskan kejadian yan
mahaminya. Jika memang seperti itu adanya, maskawin terny
inya saat ini adalah lancarnya aka
aja atau menunggu maskawinnya datang?"
a!" Mengingat kekesalan ayahnya Nahla karena rombongan Agung terlambat saja
da apak