Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)
kamu si
tak sadar menjatuhkan botol skincare seharga tas bermerek branded itu. Bagaimana tidak, cermin berukuran cuku
engaranku saja yang masih berfungsi normal. Kedua mataku terbuka lebar sa
enarnya?' Aku hanya mampu bertanya pada diriku sendiri sembari terus berusaha sekuat tenaga agar bisa menggerakkan tubuhku dan
lakukan saat ini hanya memejamkan mata berdoa dan meminta pertolongan pada sang maha kua
nnya saat perlahan bergerak tak tentu arah mengger
uan suamiku, namun apalah daya. Haruskah aku pasra
suara Agung "A
ali normal, dengan cepat ku buka mata dan memperhat
a say
r
seperti itu oleh sosok yang tak ku kenal tadi. Namun yang membuatku terkejut ha
t?" Tanya Kak Agung saat ia m
bangkit mengandalkan sisa tenagaku "Kit
ihat tenang agar Kak Ag
*
gaja memabantu Nahla dan memeganginya agar berhati-hati, ia sesekali menyeringai saat memikirkan
pai di meja makan "Kelamaan nunggu nih kita, bisa kurus kering nanti Mbak mu ini dek." Lanjutnya sembari memicingkan ujung matanya menambah e
i antara himpitan kursi dan meja makan "Lagian siapa juga yang nyuruh kalian nunggu kita
masih tetap menemani Nahla di hari bahagianya sebagai pengantin "Namanya jadi 'ya
hat berkacaa-kaca, bukan karena dia merasa sedih justru Nahla merasa terharu melihat sikap Sarah yang te
ta sahabatnya itu 'Saya hanya merasa takut akan terjadi sesuatu padamu, semoga kamu mem
anyak melamun Sar. Ah, lebih baik kita makan duluan sebelum beneran jadi kurus kering. Ya kan?" Mbak Sri mengakhir kalimatnya dengan memberika
an itu tanpa berkomentar. Mereka sebenarnya menyadari kecanggungan yang terjadi anta
di sahabatku meski kamu sudah mengetahuinya.' Gumam
ng, pikiran Nahla masih sibuk dengan banyaknya pertanyaan 'A
apan demi suapan nasi ke mulutnya 'Karena
Pak Bagas mulai memecah suasana, sebagai kepala rumah tangga di keluarga besar ini k
rsama keluarga besarnya, bukan karena ia tak mau segera kembali ke rumah yang penuh kedamaian hanya saja Nahla sedang merencanakan sesuatu
a "Malah melamun ah!" ia bahkan menajamkan pandangann
h sehari lagi m
," Pak Bagas tetap melakukan aktivitas meja makan seperti biasa, ia memang tidak begitu mengkhawatirkan sikap putri
ti saat Agung memberi isyarat aga
sesuatu yang tiidak baik terjadi pada putri bungsunya. Pandangannya tertuju pada Nahla yang tertunduk lesu saat mendeng
*
lam k
, merancang rencana bahkan memikirkan semua
baan. Ya, anggaplah seperti itu. Nahla bahkan sesekali memejamkan mata, men
mbusan nafasnya bah
k,
ersiap-siap. Namun seolah bertemu dengan seseorang yang asing, Nahla justru merasa
yang belum sempat ia rapikan. Kedua matanya tertuju pada gerak langkah Agung, tak sadar tangannya me
sendiri yang hanya berisi beberapa kaos oblong dan celana miliknya 'Sepertinya memang harus meminta bantuan Mang Ojo.' Gumamnya saat pandangannya t
ibu jarinya dengan telaten memeriksa satu persatu kontak di hp-nya la
tubuhnya seolah kaku, padahal itu hanya rasa takut yang berlebihan, keadaan dimana emosi menguasai ke
aknya seolah mulai merespon perbedaan suaminya dengan seseorang ya
la dengar suaranya bahkan nafasnya saja tak bisa ia rasakan, saat makhluk itu menggauli tubuhnya saja Nahla hanya bisa merasakan
agaimana caranya dia bisa masuk ke kamar mandi kamar pengantinnya yang hanya ia dan suaminya yang memiliki akses memasukinya, Nahla juga tak bisa merasakan hembusan nafasnya meski wajahnya tepat berada di belakang telinganya. Ia b
u di luar nalar, bahwa kita memang tidak hidup sendirian, ada alam yang hidup berdampingan dengan kita. Mereka akan melakukan apapun yang mereka mau dan sukaia semakin menguasai tubuhnya. Jika biasanya pengantin baru akan merasa senang saat bersama pas
engan s
atapan matanya seperti sedang menahan perasaan yang membuat dia merasa tidak nyaman, ia bahkan tak menghir
am, tak ada kebahagiaan dari raut wajahnya. Jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya hingga meng
t sunyi, tak ada canda tawa dan pertukaran kasih sayang. Agung sibuk den
andangannya pada pria yang sedang duduk di sampingnya saa
gan yang terjadi padanya saat bersama makhluk yang ia anggap suaaminya, ini bukan karena pengaruh hal mistis atau
tok
boleh masuk?" Itu suara Sarah, sahabat
t dan melangkah membukakan pintu untuk Sarah yang
dia memang manusia bukan makhluk lain dan benar-benar s
uuu... gi
anya mau membahas masalah y
ngan nada terdengar kaku dan ketus, jelas menandakan bahwa hatinya saat
e rumah saya. Jadi silahkan pergi." Sek
ketus pada siapapun kecuali ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Nahla mulai berusaha mengendalikan kembali seluruh an
an "Eh. La. Kamu lagi ngapain?" Sarah berusaha memancing perhatian Nahla, ia bahkan sengaja mengjingjit kedua kakinya meng
menghalanginya "Biar aku ngomong aja langsung sama Nahla!" Lanjutnya, kedua matanya
tnya itu dengan wajah berseri-seri "Are you okay, La? Pucet amat wajahmu." Sarah kemu
memastikan bahwa sahabat
y Sar." Jawab
ri "Are you okay sayang?" Kali ini raut wajahnya berubah, tak lagi cu
ya dan mengangguk "Sayang, aku bol
cakapan emosional antara Agung dan Bu Martini yang di saksikan Sarah. Dia bahkan menatap sahabat istrinya itu da
Boleh
emangnya mau ngobrolin a
udah lama juga kan kita gak ngobrol ya Sar?" Nahla mengedip tak biasa pada sara
rangnya baik, percaya deh istri kamu akan kembali
ocehan Sarah, ia lalu melangkah membuka pintu dan
sama saya?" Dengan wajah sumringah Sarah mulai memecah suasana canggung yang
dulu, meskipun pertanyaan di benaknya masih belum terjawab meng
anyaanku dengan jujur!" Nahla lalu mengubah po
ngkapkan beberapa isi pikirannya yang sudah mulai menumpuk "Sebenarnya aku juga bingung mau mulai darimana
nyadari sikap sahabatnya itu, kerutan dikeningnya bahkan
sambil bercerita aja ya sar, nanti kalau memang ada hal yang harus di tanyakan, tolong ka
u di mulai saat acara resepsi pernikahanku di mulai sar, aku bahkan bertanya pada Mbalk Sri, Kamu sama Kak Agung juga mengenai kehadiran seora
inya mereka menjawab sama. Hingga kejadian itu di mulai "Sikapmu juga berubah seratu
man, terlihat dari ekspresi wajahnya, ia bahkan tak langsung menjawab pe
ar
Iya
h mel
g biasa seperti itu karena pengaruh hormon kan La?" Suara Sarah hampir tidak terdengar jelas, cara bicaran
cuman pingsan, tapi kenapa waktu itu semuanya bersikap berlebihan? Seolah aku udah mati aja kan? Aneh!" Meski
erkomentar apapun, ia hanya mengangguk "Tapi ak
mengenal betul seperti apa sahabatnya itu "Ka
menanyakan sesuatu jika itu tidak teralalu mengusik pikiranmu, dan aku y
n yang aku mau ceritakan sama ka
al ini padamu, karena aku merasa tidak a
g? Masa kamu gak pe
a kamu yang boleh tau ini, cukup kamu!" Nahla memegang erat tangtan sahabatnya, mey
mengangguk seolah meny
ng, Sar." Ekspresi wajah Nahla persis seperti seseorang yang se
gnya!" Sarah menunj
eriusan
Nahla, ingatannya kembali berputar ke kejadian saat sahabatnya itu pingsan "Lagian, mana ada y
inkan sahabatnya itu "Dia bahkan berani menyentuhku." Nahla menunduk
njukkan ekspresi kesal "Itu udah di luar batasan
engan mengepal-ngepal tangannya seolah sedang bersiap akan menghajar seseorang "Kamu tahu Kak Agun
tu ini memang paling susah di ajak serius, tapi Nahla yakin hanya Sarah yang bisa menjaga rahasianya "Lagian manus
, aku yakin dia bukan manusia La!"
Maksud
a memang bukan m
au lanjut!" Sarah bersiap untuk bangkit berma
erius
ukan hal yang serius dia memang gak bakalan ngomong,' Gumamnya dalam hati "Huuuffff..." Sarah akhirnya bisa mengend
arang, mustahil kita percaya seperti itu!" Berulang kali Sarah mena
arah yang tak percaya ucapannya "Bukannya kamu yakin sebelumnya mati-matian meya