icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)

Bab 6 Sentuhan yang sama...

Jumlah Kata:3437    |    Dirilis Pada: 01/04/2023

an centong nasi yang sengaja ia ambil untuk mengisi pirinng milik suaminya "Aw. Sakit!" Teriakan Agung membuat semuany

l dengan sikap kenakan anak dan menantunya "Jangan becanda ah. Kita sudah cukup kelapara

k Sri menambah suasana semakin gaduh "Biar kita gak terkejut denger teria

m semuanya berpisah pulang ke tempat masing-masing. Sarah sengaja menginap lagi, dia bahkan mengajak anak dan suaminya

ustadznya sudah

iaya pernikahan yang di berikan oleh Agung dan keluarganya juga masih banyak tersisa, jadi beliau berni

k Sri bertugas mencari pemateri yang dekat dan siap di undang ke acara pengaji

us tetap menyambutnya" Untung saja Nahla memiliki seorang ibu dengan kara

*

ini giliran Mas Anto, suami

but kedatangan Ustadz Marwan yang sud

i lengkap dengan peci dan berambut panjang. Mas Anto sengaja mendekatinya, mengingat waktu

Namun apa boleh buat, mengingat semuanya sudah mendapat tugas untuk mempersiapkan acara akhir di pernikahan iparnya, akhirn

engant

rid dan istri juga anaknya, maka kita sebut saja mereka rombo

ama dengan yang lainnya menyambut dengan wajah berseri "

inya memang sudah tidak sabar ingi segera bersantai dan

a juga baru sampai." Jawab UStadz Marw

ikit malu 'Kenapa ibu bertindak tidak

mandangan yang mengganggu penglihatan Nahla 'Kenapa dia masih ada disini?' Dia hanya mampu bertanya-t

ti acara pengajian dengan ceramah Ustadz Marwan sebagai menutupnya "Memangnya di keluargamu ada yang keturunan timur tengah ka

b namun kedua matanya masih tetap memper

tidaknya memberi balasanm berupa isyarat yang sama dengannya. Mengingat sikapnya yang menurut Nahla terlalu aneh, dari awal dia melihat pri

k ada respon apapun darinya meski Nahla mencoba berulang kali memberi kode. Nahla bahkan sese

ng mengusap bagian lengan yang di cubit istrinya itu "Kenapa? Ada apa?" Agung tidak merasa kesal dengan peri

Nahla masih belum berpaling

"Mereka semua kerabat saya sayang. Semuanya sudah kamu kenal da

urusi rasa penasarannya. Seperti

satu lagi, dari awal saya melihatnya dia terus saja memperhatikan saya.' Menghadapi rasa penasarannya Nahla hanya mampu bertanya-tanya dalam hat

terkejut. Malam pertama," Perkataan Ustadz Marwan berhasil mengundang gelak tawa semua orang yang hadir. Kecuali pria mi

eyenggol istrinya agar fokus me

memohon keturunan yang soleh dan solehah. Meminta agar di berkahi de

garkan nasihat Ustadz. Mereka juga me

saat melakukan hubungan

dnya u

ndiri. Jika kita sedang malakukan hubungan malam dengan pasa

r pengantin terdengar sebuah benda terjatuh sangat keras. Semua orang yang ber

gecek sesuatu yang menimbulkan suara keras, ju

arang yang rusak, namun yang mereka khawatirkan adalah gedung yang ha

ada a

adir di aula menunggu Mas Anto yang sedang m

cemaskan sesuatu yang sepertinya tidak terlalu penting. Penganti

narnya beliau juga sempat merasa cemas, na

lain," Jawab Ustadz dengan nada santai "Itu sebabnya saya menyarankan agar Neng Nahla, sebelum melakukan h

tu bukanlah sesuatu yang pantas untuk di bicarakan di depan umum. Nahla terlihat me

*

l yang sepertinya tidak penting namun memang penting. Bukannya mer

udah membuatku ketakutan. Apalagi itu m

itu ketika kedua mataku tertuju pada pr

u merhatiin siapa sih dek?" Sepertinya suamiku ini mulai menyadari sikap anehku yang s

erasa kesal dengan sikapnya yang acuh. Sudah berulangkali aku

i jauh, beberapa kali aku melihatnya, dia justru hanya diam membisu dengan tatapan ya

aki lain selain suamimu ini." Sepertinya

di lengan kekarnya dengan sedikit cubitan manja "Udah ah. Saya ke kamar mandi dul

Pikiranku mulai terganggu dengan kehadirannya. Bahkan sakin

untuk menghilangkan pegal di kaki. Aku memutuskan mampir

m. Semuanya berantakan. Sprai, bantal dan guling semua berhamburan termasuk tum

kannya. Tidak seperti sebelum aku dan Kak Agung meninggalkan kamar ini. Perlahan kedua kakiku melangkah memast

penutup ranjang panas pengantin, ternyata sudah ada seseo

bibir suamiku. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia justru malah melakukan

erapa detik kami melakukannya, kedua tangan Kak Agung sesekali mengelus bokongku dan per

r kita berduel hingga terdengar suara decak yang menam

inkan permainan pertamanya ini. Entah mungkin karena aku baru pertama kali melakukannya. Karena du

ya "Nanti sayang. Masih banyak orang!" Sambil kedua

tku terhanyut melihat tatapannya. Gumamku dalam hati. Bagaimana aku tidak terpesona melihat tatapannya, salah satu alasan aku menerimanya se

n Asia dan Eropa. Padahal suamiku ini murn

saja aku menutip pintunya, jika tidak, bisa bahaya nanti. Di

embuka pintu "Kenapa?" Aku sengaja menutup sebagian wajahku takutnya Sara

jawab pertanyaanku, Sarah justru malah c

erpaksa aku menutup pintunya agar

s ibu untuk memanggilku "Gak baik loh ninggalin tamu.

u kan ya..." Jawabku menggoda Sarah. Aku mulai merasakan sesuatu dari area sensitifku. Sep

tadi, tentunya dengan senang hati. Namun apalah daya, resikonya mungkin seperti ini m

kenapa

terjadi padaku. Mulai sering melamun dan membayang

ku "Cieeee. Awas jangan kelamaan ngelamunnya. Nanti basah loh. Hahaha" S

lkan. Aku berjalan sambil sesekali menengok kehadiran suamiku di belakang, mengingat jalan ini adalah jalan sa

n Kak Agung "Ah. Nanti juga dia datang." Mengingat tidak baik jika berlamaan mening

terbiasa dengan kehadirannya. Dari sekian banyak kerabat dan keluarga yang ha

baik atau tidak sopan pada saya." Kemudian tanpa menghiarukannya l

ita tutup acara ini dengan khidmat" MC kemudia

sih berada di kamar. Membereskan kamar pengantin

Memimpin doa sebagai akhir dari acara penga

taku tebuka dam melihat pemandangan di depanku, meski sediki

ini, aku mulai merasa tidak nyaman dengan sikap mereka. Sementara ibu, ayah dan yang lain sedang mempersiapkan

Sarah membuyarkan pandanganku "Inget. U

paan si

ampir jam sepuluh malam. Aku yang tidak terbiasa makan makanan

aku mulai meladeni godaan Sarah "Santri emang gitu ya sar?"

ka la. Makanya mereka bisik-bisik gitu." Jawaban Sarah

gkap sosok pria tak di kenal. Mumpung sedang bersama sahabat super riweuh. S

ar

ia sibuk menga

pada pria yang masih menatapku diam "Aku sudah menanyak

pandanganku "Itu?" Sarah memang heboh. Aku sengaja berbisik, dia mal

dapat jawaban memuskan

ja menyipitkan kedua matanya agar

sa saya gak kenal Bi

rus si

i berkulit putih yang

ngambil beberapa lauk parasmanan "Istigfar! Pamali

aku merasa heran dengan sikap Sa

ik tanganku dan menyeretku ke arah pria misterius itu "Coba liat. Disini hanya ada Bi Iyem

jauhan, kali ini dia tepat di depanku. Tanpa ekspresi apapun, wajahnya benar-benar tenang, b

mataku saat tak senagaja pandanganku bertemu de

menunggu jawabanku lagi, Sarah meninggalk

at dekat dengan Kak Agung, suamiku. Jantungku berdegup kencang. Mungkin karena saat ini a

n dan pi

Ya Allah.' Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak benar sedang terjadi padaku. Jika yang l

berhenti meminta kekuatan dari Sang Maha pengendali alam semesta "Neng? Nen

ia tidak hadir untuk menggangguku atau keluargaku. Namun belum sempat aku membuka lebar mataku. Tiba-tiba semua men

a?" Seketika aku merasa terkejut saat mulai mendapati diri berada di se

yang aku kenakan sebagai penutup kepalaku. Perlahan aku memperhatikan seisi ruanga

alah Bi Iyem. Tentu aku akan memanggilkanya "Bib

ua sahabatku. Mereka tidak datang menghampiriku. Aku hanya sendiri dis

"Kamu siapa?" Aku tidak mengenal suaranya "Tolong saya!" Tubuhku mulai lem

at. Aku kembali mencari sumber suara itu. Namun

sipapun dia aku berharap dia bisa mennyadarkanku dan

rak di antara kedua pipiku. Hangat sekali. Seperti ada seseorang yang menyentuh pipiku na

. Persis seperti

merasakan hangat dan manisnya sesuatu yang melumat habis bibirku. Aku mengira ini hanya

mengelusnya lembut. Hangat sekali. Hingga aku melupakan apa yang sed

ak apa, aku sangat menyukainya. Ciuman dan belaian ini sama persis dengan

n perlahan ya. Aku masih perawan." Tak sadar aku mengata

ba-tiba aku merasakan ada sentuhan sedikit keras di lembah kenikamatanku yan

nya dalam mimpi. Bawa saja saya terhanyut di dunia nyata bersamamu." Suaraku gemat

n lembut nan hangat itu. Tiba-tiba pendengaranku menan

samping tubuhku yang terbaring. Dia sesekali menyeka air mata yang jatuh ke pipinya "Sayang..." Di

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka