Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)
an centong nasi yang sengaja ia ambil untuk mengisi pirinng milik suaminya "Aw. Sakit!" Teriakan Agung membuat semuany
l dengan sikap kenakan anak dan menantunya "Jangan becanda ah. Kita sudah cukup kelapara
k Sri menambah suasana semakin gaduh "Biar kita gak terkejut denger teria
m semuanya berpisah pulang ke tempat masing-masing. Sarah sengaja menginap lagi, dia bahkan mengajak anak dan suaminya
ustadznya sudah
iaya pernikahan yang di berikan oleh Agung dan keluarganya juga masih banyak tersisa, jadi beliau berni
k Sri bertugas mencari pemateri yang dekat dan siap di undang ke acara pengaji
us tetap menyambutnya" Untung saja Nahla memiliki seorang ibu dengan kara
*
ini giliran Mas Anto, suami
but kedatangan Ustadz Marwan yang sud
i lengkap dengan peci dan berambut panjang. Mas Anto sengaja mendekatinya, mengingat waktu
Namun apa boleh buat, mengingat semuanya sudah mendapat tugas untuk mempersiapkan acara akhir di pernikahan iparnya, akhirn
engant
rid dan istri juga anaknya, maka kita sebut saja mereka rombo
ama dengan yang lainnya menyambut dengan wajah berseri "
inya memang sudah tidak sabar ingi segera bersantai dan
a juga baru sampai." Jawab UStadz Marw
ikit malu 'Kenapa ibu bertindak tidak
mandangan yang mengganggu penglihatan Nahla 'Kenapa dia masih ada disini?' Dia hanya mampu bertanya-t
ti acara pengajian dengan ceramah Ustadz Marwan sebagai menutupnya "Memangnya di keluargamu ada yang keturunan timur tengah ka
b namun kedua matanya masih tetap memper
tidaknya memberi balasanm berupa isyarat yang sama dengannya. Mengingat sikapnya yang menurut Nahla terlalu aneh, dari awal dia melihat pri
k ada respon apapun darinya meski Nahla mencoba berulang kali memberi kode. Nahla bahkan sese
ng mengusap bagian lengan yang di cubit istrinya itu "Kenapa? Ada apa?" Agung tidak merasa kesal dengan peri
Nahla masih belum berpaling
"Mereka semua kerabat saya sayang. Semuanya sudah kamu kenal da
urusi rasa penasarannya. Seperti
satu lagi, dari awal saya melihatnya dia terus saja memperhatikan saya.' Menghadapi rasa penasarannya Nahla hanya mampu bertanya-tanya dalam hat
terkejut. Malam pertama," Perkataan Ustadz Marwan berhasil mengundang gelak tawa semua orang yang hadir. Kecuali pria mi
eyenggol istrinya agar fokus me
memohon keturunan yang soleh dan solehah. Meminta agar di berkahi de
garkan nasihat Ustadz. Mereka juga me
saat melakukan hubungan
dnya u
ndiri. Jika kita sedang malakukan hubungan malam dengan pasa
r pengantin terdengar sebuah benda terjatuh sangat keras. Semua orang yang ber
gecek sesuatu yang menimbulkan suara keras, ju
arang yang rusak, namun yang mereka khawatirkan adalah gedung yang ha
ada a
adir di aula menunggu Mas Anto yang sedang m
cemaskan sesuatu yang sepertinya tidak terlalu penting. Penganti
narnya beliau juga sempat merasa cemas, na
lain," Jawab Ustadz dengan nada santai "Itu sebabnya saya menyarankan agar Neng Nahla, sebelum melakukan h
tu bukanlah sesuatu yang pantas untuk di bicarakan di depan umum. Nahla terlihat me
*
l yang sepertinya tidak penting namun memang penting. Bukannya mer
udah membuatku ketakutan. Apalagi itu m
itu ketika kedua mataku tertuju pada pr
u merhatiin siapa sih dek?" Sepertinya suamiku ini mulai menyadari sikap anehku yang s
erasa kesal dengan sikapnya yang acuh. Sudah berulangkali aku
i jauh, beberapa kali aku melihatnya, dia justru hanya diam membisu dengan tatapan ya
aki lain selain suamimu ini." Sepertinya
di lengan kekarnya dengan sedikit cubitan manja "Udah ah. Saya ke kamar mandi dul
Pikiranku mulai terganggu dengan kehadirannya. Bahkan sakin
untuk menghilangkan pegal di kaki. Aku memutuskan mampir
m. Semuanya berantakan. Sprai, bantal dan guling semua berhamburan termasuk tum
kannya. Tidak seperti sebelum aku dan Kak Agung meninggalkan kamar ini. Perlahan kedua kakiku melangkah memast
penutup ranjang panas pengantin, ternyata sudah ada seseo
bibir suamiku. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia justru malah melakukan
erapa detik kami melakukannya, kedua tangan Kak Agung sesekali mengelus bokongku dan per
r kita berduel hingga terdengar suara decak yang menam
inkan permainan pertamanya ini. Entah mungkin karena aku baru pertama kali melakukannya. Karena du
ya "Nanti sayang. Masih banyak orang!" Sambil kedua
tku terhanyut melihat tatapannya. Gumamku dalam hati. Bagaimana aku tidak terpesona melihat tatapannya, salah satu alasan aku menerimanya se
n Asia dan Eropa. Padahal suamiku ini murn
saja aku menutip pintunya, jika tidak, bisa bahaya nanti. Di
embuka pintu "Kenapa?" Aku sengaja menutup sebagian wajahku takutnya Sara
jawab pertanyaanku, Sarah justru malah c
erpaksa aku menutup pintunya agar
s ibu untuk memanggilku "Gak baik loh ninggalin tamu.
u kan ya..." Jawabku menggoda Sarah. Aku mulai merasakan sesuatu dari area sensitifku. Sep
tadi, tentunya dengan senang hati. Namun apalah daya, resikonya mungkin seperti ini m
kenapa
terjadi padaku. Mulai sering melamun dan membayang
ku "Cieeee. Awas jangan kelamaan ngelamunnya. Nanti basah loh. Hahaha" S
lkan. Aku berjalan sambil sesekali menengok kehadiran suamiku di belakang, mengingat jalan ini adalah jalan sa
n Kak Agung "Ah. Nanti juga dia datang." Mengingat tidak baik jika berlamaan mening
terbiasa dengan kehadirannya. Dari sekian banyak kerabat dan keluarga yang ha
baik atau tidak sopan pada saya." Kemudian tanpa menghiarukannya l
ita tutup acara ini dengan khidmat" MC kemudia
sih berada di kamar. Membereskan kamar pengantin
Memimpin doa sebagai akhir dari acara penga
taku tebuka dam melihat pemandangan di depanku, meski sediki
ini, aku mulai merasa tidak nyaman dengan sikap mereka. Sementara ibu, ayah dan yang lain sedang mempersiapkan
Sarah membuyarkan pandanganku "Inget. U
paan si
ampir jam sepuluh malam. Aku yang tidak terbiasa makan makanan
aku mulai meladeni godaan Sarah "Santri emang gitu ya sar?"
ka la. Makanya mereka bisik-bisik gitu." Jawaban Sarah
gkap sosok pria tak di kenal. Mumpung sedang bersama sahabat super riweuh. S
ar
ia sibuk menga
pada pria yang masih menatapku diam "Aku sudah menanyak
pandanganku "Itu?" Sarah memang heboh. Aku sengaja berbisik, dia mal
dapat jawaban memuskan
ja menyipitkan kedua matanya agar
sa saya gak kenal Bi
rus si
i berkulit putih yang
ngambil beberapa lauk parasmanan "Istigfar! Pamali
aku merasa heran dengan sikap Sa
ik tanganku dan menyeretku ke arah pria misterius itu "Coba liat. Disini hanya ada Bi Iyem
jauhan, kali ini dia tepat di depanku. Tanpa ekspresi apapun, wajahnya benar-benar tenang, b
mataku saat tak senagaja pandanganku bertemu de
menunggu jawabanku lagi, Sarah meninggalk
at dekat dengan Kak Agung, suamiku. Jantungku berdegup kencang. Mungkin karena saat ini a
n dan pi
Ya Allah.' Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak benar sedang terjadi padaku. Jika yang lberhenti meminta kekuatan dari Sang Maha pengendali alam semesta "Neng? Nen
ia tidak hadir untuk menggangguku atau keluargaku. Namun belum sempat aku membuka lebar mataku. Tiba-tiba semua men
a?" Seketika aku merasa terkejut saat mulai mendapati diri berada di se
yang aku kenakan sebagai penutup kepalaku. Perlahan aku memperhatikan seisi ruanga
alah Bi Iyem. Tentu aku akan memanggilkanya "Bib
ua sahabatku. Mereka tidak datang menghampiriku. Aku hanya sendiri dis
"Kamu siapa?" Aku tidak mengenal suaranya "Tolong saya!" Tubuhku mulai lem
at. Aku kembali mencari sumber suara itu. Namun
sipapun dia aku berharap dia bisa mennyadarkanku dan
rak di antara kedua pipiku. Hangat sekali. Seperti ada seseorang yang menyentuh pipiku na
. Persis seperti
merasakan hangat dan manisnya sesuatu yang melumat habis bibirku. Aku mengira ini hanya
mengelusnya lembut. Hangat sekali. Hingga aku melupakan apa yang sed
ak apa, aku sangat menyukainya. Ciuman dan belaian ini sama persis dengan
n perlahan ya. Aku masih perawan." Tak sadar aku mengata
ba-tiba aku merasakan ada sentuhan sedikit keras di lembah kenikamatanku yan
nya dalam mimpi. Bawa saja saya terhanyut di dunia nyata bersamamu." Suaraku gemat
n lembut nan hangat itu. Tiba-tiba pendengaranku menan
samping tubuhku yang terbaring. Dia sesekali menyeka air mata yang jatuh ke pipinya "Sayang..." Di