Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)
si menggemaskan andalanku dengan mengedip-nged
ih kamu dek!" Sembari
wajah cemberut pada pelanggaran yang di lakukan suamiku. Bagaimana tidak. Belum ada s
an sayang. kan
memeng begitu. Setiap kali dia berbucara padaku
cabinya saya? Sampe haru
bitannya. Pria berdarah Cianjur itu malah semakin memeperkuatnya
w. S
si wajahnya lucu sekali "Nant
iranku yang mencubitny
ncubitnya tepat di bagian pingg
.. berisik
ya sengaja agar menarik perhatian o
kami sedang sibuk memikirkan nama panggilan pasangan yang menurutku memang penting. Menging
*
.hhhhh...hhhh...
orong paksa tubuhnya yang mulai menghimpit t
h berjamah dengannya, tiba-tiba ibarat singa menerkam mangsa
k. Mmmaa
n pertamaku melayani nafsu lawan jenis, meski sudah halal tapi aku masih belum menda
membuka sarung dan koko dan menggantinya dengan pakaian sehari-hari. Hingga tanpa sengaja dia telah memamer
yata senjata gagah itu yang semalam menyeruak, memaksa menembus banteng pertahanan lembah kenikmat
perlahan suamiku menutupnya dengan celana jogger berbahan kaus bludru
fokusku kembali "Bawakan saja cemilan yang manis dan teh hangat." Aku sengaja mengarahk
Belum sempat aku kembali menarik pandanganku d
h Kak Agung meninggalkan kamar pengantin kami u
hu. Saya juga mengi
utnya memberikan jatah yang tadi sudah aku janjikan setelah Kak Agung membawaka
gagang pintu di putar, pertanda seseorang akan masuk ke ruangan ini "Kenapa yang? Makananny
a tanpa ekspresi sedikitpun. Sangat berbeda dengan sikapnya
g?" Aku mena
erjadi di luar sana sebenarnya sehingga
kan kita sudah sepakat..." Kata-kataku terhenti saat aku merasakan kehangatan bel
asannya beberapa menit yang lalu. Membuat
." Kali ini aku tak
pada area sensitifku. Dengan lembut Kak Agung menggerakkan jari-ja
knya menyentuh area senditifku dari luar celana dalam gemas pemberiannya sebagai hadiah hantaran
ki terbuka sehingga nampak jelas lembah kenikmatan milikku
yambut perlakuan gagah su
unya!" Deg. Itu
suaranya yang ternyata masih ada di
ali dia suamiku. Sikapnya kembali hangat. Berbeda dengannya yang beberapa menit lalu membelaiku lembut dan membu
hati dan pikirannya Kak Agung. Sebaiknya aku tidak mengatakannya sekarang. Ini bukan waktu
r berisi biscuit coklat dan teh hangat d
ja menukar ekspresi terkejutku agar tidak membuatnya heran. Den
nya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dengan sikapnya b
n sesuatu di luar nalar yang terjadi padaku
di kamar mandinya. Termasuk yang menjadi kamar pengantinku. Sebenarnya sebelumnya pemilik gedung menyarankan aku memakai kamar di se
ih. Sesampainya di toilet, aku justru malah terus melamun memikirkan dan mencerna apa sebenarnya yang sedang terjad
n hajatnya. Mendengar suaranya, aku sangat mengenalnya "Sarah?" Aku senang seka
terkejut melihatku
sa rindu saja pada sahabatku yang satu ini. Namun menurutku ada sedi
li ini "Kamu kenapa?" Aku berusaha menggapai kedua tanga
ke toilet dulu.
bukan pingsan biasa. Sarah seperti ingin mengatakan sesuat
sikan perubahan sikap sahab
toilet. Setidaknya aku masih merasa senang karena ked
karena takut mengganggu suamiku yang ternyata sudah menyediakan ke
ngga membuatku terbuai, namun ternyata entah siapa yang melakukan itu. Selanjutny
seperti ini. tapi aku malu jika harus cerita
but hangat kedatanganku dengan menyoren gitar kesayangannya "Kau membuat diriku akan selalu memu
t berada di depanku "Di mana kamu menyimpan gitar jadul ini yang?" Aku masi
ngalihkan perhat
nyut. Seketika pikiranku menjadi sangat ringan seolah a
edikitmenjauh dariku "Lebay banget sih yang. Pake ada bunya mawar segala." Aku melangkah
a setelah aku kembali. Ranjang pengantinku yang sudah terkena noda darah perawanku tadi malam kini sudah berganti dengan sprai putih bersih lengkap dengan ukiran hati terbu
ak pernah tuh kamu mel
Kan belum mukhrim," Kak A
elakang. hangat sekali "Percuma juga kan?" Bisiknya setela
berarti." Menyambut pelukannya aku berinisiatif membali
enuhnya "Saya mencintaimu. Sangat mencintaimu." Kata-kata itu
a... Saya tida
ah kita sudah menjalin hubungan kebih dari dua tahun.
da benad apapun di atasnya "Tapi..." Kemudian Kak Agung seperti akan meraih sesuatu di d
an sebuah kalung indah terjepit di antara jari jemarinya "Ma
n. Betapa rimantisnya suamiku ini. Gagah di ranjang dan lembut di d
inya, tentu aku akan mengabdikan diriku padanya hingga akhir hayatku. Satu malam bersamanya, bersuamik
n liontin sebuah symbol. Aku memeluknya erat, membalas perlak
in indah pemberiannya "Simbol dirimu yang selalu kuat menghadapi
anis yang aku punya agar suamiku bahagia melihatnya "K
sannya selama dua ta
jadi dingin karena terlalu lama di biarkan "Percuma. Gak bakal
ah dulu. Syukurlah Kak Agung mewujudkannya, bahkan den
sekarang aku juga bahagia kok." Sembar
Aku memang tidak menyadarinya. Namun sepertinya tidak ada yang
a? Gak
k pertanda menyetujuinya "
atau adek dan saya lagi ya?" Aku sengaja memakai nada manja unt
an romantic dengan sajian lilin aroma terapi yang m
Kriiiiiing.
yala. Sajian sarapan sudah habis. Tugasku membereskan semuany
t dia mengambil dan memandangi la
nya padaku "Udah jam enam pagi ternyata." La
ggal diam jika ada sesuatu yang membuat suam
dengan tatapan memelas. Gemas rasanya melihat seorang pri
sampingnya. Bahkan ada sebaguan kel
uff
ang dan wajahnya semakin terlihat lesu. Seperti aku yan
Suaranya hampir
gitu?" Aku mengelus lembut paha kekar suamiku. Menc
s!" Jawab
usnya hal yang sama juga di rasakan suamiku. Tapi e
n-jalan saja yuk." Aku sengaja berlutut di antara kedua paha kekar nan panjang miliknya yang sedang ter
lan-jal
lalu bangkit hingga wajahnya kin
minta j
ksa hingga menindih tubuh kekar suamiku. Malu rasanya. Canggung sekali
nya percuma saja "Jangan gini ah!" Kedua tanganku terus saja me
i "Jangan kaaak!" Tak sengaja aku melanggar perjanjianku dengannya untuk tak lagi memanggi
ku dan hampir saja melemparku "Dosa kamu dek!
bisa menggapainya penuh, mengingat tubuh kekar suamiku tentunya lebih besar dariku "Aku kan malu. Di depan keluarga ak
!" Jawabn
epertinya, aku cenderung dingin pada siapapun. Tentu menurutku membujuknya adalah hal yang su
guh aku tidak berniat menolaknya." Air mataku mulai terbendung. Sepertinya jika teta
ituasi seperti ini. Pandangannya sengaja ia pusatkan pada pemandangan di luar gedung mel
. Sikapnya semakin membuatku merasa sangat bersalah. Sangat canggung dan tidak n
Sayang?" Tangannya kemudian mengangkat lembut wajahku yang mas
a yang tadi sempat terbendung kini aku tak kuasa menahannya lagi "Aku yang
mbari mengusap kedua pipiku dengan tang
di wanita tak berguna saat melayani suami. Ternyata sekali lagi aku tak mend
di depanku. Membujuk dan m
aku yang melakukan tindakan itu. Namun aku tet
kami saling bertemu hingga udara kembali berhembus hangat. Seo
ngkap tatapan suamiku berada di antara bibir ranum milikku. Nafasnya terden
olaknya. Wajar saja jika ada sesuatu yang berubah dariku setelah menjadi pen
" Kali ini aku tak ingin menahannya lagi. Biarkan suara ciuman panas kami bergema memenuhi
cupan ganasnya dan segera mengunci pintunya. Aga
menolak, sekarang ku persilahkan tubuhku sepenuhnya untuk menjadi
g sudah siap berada di atas ranjang romantis penuh dengan bunga mawar "Yang