Ruang Fantasy (Dia menguasai tubuhku)
u terbenam di antara dada bidang miliknya. Jujur saja, kehangatan yang aku rasaka
rik wajahku. Mengelus kedua pipiku. Benar. sentuha
masih hidup!" Entah darimana aku mendapatkan kekuatan ini. Setelah tadi aku masih bisa merasakan lemahnya tubuhku. Kali ini aku justru
an "Kamu kenapa?" Dia kembali menunjukkan ekspresi menyedihkan
aya baik-baik saja kak." A
anggup jika harus melihat kamu seperti ini la
Aku sengaja menunjukkan ekspresi lucu
Agung. Wajahnya terlihat kacau sekali karena telah berulang kali meny
ng. Ayah dan Ibu juga menangis "Kenapa kalian menangis? Aku hanya pingsan kan?" Aku bertanya p
belum aku berada di ruangan kosong itu, aku ber
itu tidak ada. Bukankah tadi dia berada t
erhatikan orang-orang yang terus membacakan surah yasin "P
baik-baik saja." Ujar Pak
ustru sibuk menyiapkan sesuatu yang aku tidak mengerti. Mereka menuliskan seb
dang mereka tulis. Aku tidak berkedip sedikitpun. Entah hanya peras
ekspresi aneh Ustadz membaca dan seolah seperti sedang menerka isinya. Kemudian sesekali Ustadz yan
an padaku dengan metode dan cara mereka. Biarkan saja.' Aku terus berkata-kata dalam hati. Namun saking lema
Ustadz Marwan memang berteman "Ada sesuatu yang hasrus
reka aku semakin merasa tidak nyaman. Sebenarnya apa yang terjadi padaku tadi
Ustadz Marwan. Tingkah laku mereka b
nya hanya mereka yang bisa menjelaskan semuanya padaku. Bertanya p
di belakang." Jawab Kak Agung. Kal
belum pu
aling mengkhawatirkan kamu d
pipiku. Matanya seolah ingin mengatakan
ang tertinggal di kedua pipi putihnya "Aku baik-baik saja kan?" Aku benar-benar
mata "Atau justru kakak yang sedang tidak baik?" Melihatnya seperti ini, hatiku hancur. Andai saja aku tidak terlalu
hantu. Aku tidak peduli. Aku berharap cukup sampai disini. Aku harap dia tidak lagi menggangguku dan s
dan menyandar di pelukan Kak Agung. Tubuhku masih lemas. Tapi aku tidak tahu kenapa, pa
emang aku hanya pingsan. Tidak mungkin mereka sehisteris ini. Mbak Sr
z di luar aula. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang pasti itu tent
a justru menurutku sangat menyiksa. Mengingat kekayaan yang ayah dapatkan bukanlah murni hasil jerih payahnya. Dia sengaja melakukan pesu
Mereka mempelajari hal-hal gaib demi kepentingan duniawi mereka bukan untuk beriba
kah ini buntut dari semua perbuatan orang tuaku? 'Aduh la. Come on.
hnya kembali menunjukkan ekspresi khawatir. Sementara wajah Pak Ustadz terhalang oleh sebagia
mencium keningku. Wajahnya kembali tenang dan cerah. Ayah dan ibu juga mul
ri berada. Kedua mataku malah menangkap pemandangan yang cuk
an mendengar suaraku. Mengingat po
etiap kali aku menanyakan tentang kehadiran dia Kak
i kepalaku dengan mesra. Aku pun balik memeluknya
rahasiakan penglihatanku ini dari suamiku. Aku mulai sulit menerka perasaanku sendiri. Jika seb
i menunjukkan tatapan aneh padaku. Aku masih belum bisa menerka dan memahami perasaanku saat ini, aku m
rjadi padak
bali hingga tak menyadari ternyata Mbak Sri sudah berada di depanku "Nyebut kam
mang hanya aku yang bisa melihat pria misterius itu.
Tadi ngobrolin saya ya Mbak?" Aku seperti mendapat kekuatan baru.
ni kalau bukan kamu." Jawab Mbak Sri. Kali ini dengan nada
betulkan sebagian rok yang terlipat. Menutupi betis yang sedikit ternbu
salah," Jawab Mbak Sri ketus "Coba kamu l
hawatir," Aku sengaja kembali menatap wajah suamiku "Saya t
emangnya siapa yang kamu lihat selain keluarga Agung dan keluargamu
orang ibu pada anaknya, tentu ibu sangat menyayangiku "Katakan saja. Ibu tidak tega kalau ha
ja. Saya hanya pingsan kan?" Melihat ibu seperti itu hatiku terasa sakit. Ku peluk erat tubuh gempalnya d
k Ustadz!" Belum lama ibu dan anak berpelukan
ngnya
yata sudah berada di dekat kami. Ada sedikit keanehan terjadi padaku. Aku merasa ti
mengetahui ternyata mereka tidak berterus terang padaku maka aku pun akan melakukan hal ya
h menget
ergi meninggalkanku kembali ke tempat duduk mereka sebelumnya. Masih berada di depank
mata jika itu bukan sesuatu yang serius. Tapi melihat kehadiran ayah di sampingnya,
ku yang sangat aku cintai "Setelah acara sel
u dengan sentuhan hangatnya. Selanjutnya sepertinya aku tidak akan sanggup berlama-lama jauh dari Kak Ag
. Tapi karena semua yang hadir di sini hanya kerabat, keluarga dan sahabatku maka mereka mema
sebagai pengantin dan pasangan yang saling mencintai "Sayang. ke
lasnya dengan bisikan manja menggairahkan. Bukankah itu juga termasu
yang sedang menantikan masa saat ingin menerkam mangsanya. Aku sengaja menjawab aj
dia akan menggendongku sampai ke kamar?' Aku membayangkan adegan romantic opa korea saat me
annya "Jangan membayangkan sesuatu yang aneh-aneh.." Bisik Kak Agung sel
ada orang yang memperhatikan kita "Ish. Apaan sih kak!" Aku sengaja
ndapatkan kekuatan ini, apakah karena saat tadi melihat dia? Ah sudah lah
merah terang milikku Kak Agung tersenyum "Ish. Nakal!" Aku membalasnya
ngantin. Sepertinya Kak Agung merasa mendapat vwaktu yang tepat u
ra aku mana pernah mandi d
ta berwudhu lalu sho
agamaan. Meski dia tumbuh dan besar di kota bersama keluarga mode
kan kata-kataku. Meski ingin, aku t
at ya.." Ternyata
*
an sebentar lagi." Suaranya m
ikan sentuhan yang sedari tadi aku rindukan
sa menahannya. Kejantanan suamiku mulai memasuk
belum menjadi milik saya.." Bisikannya t
h." Semua pintu pertahanan
lembah kehalalan yang kini telah menjadi milik suamiku semaki
u menerimanya dengan ikhlas, dia sudah menjadi suamiku dan aku sudah menjadi haknya. Aku tahu dia sudah b
aja menghentikan aksinya sebentar, memberi jeda untukku mengumpukan tenaga sebelum me
Mau di lanju
cintaku padanya aku ingin segera merasakan kenikmatan bersama suamiku ini. ku tari
saja tanpa berguru pada siapapun "Aaahhh..." Desahnya. Setelah aku menarik
u ini. Tapi setelah itu berada di dalam milikku... "Luar biasa!" Hanya itu
a kebahagiaan seperti ini selalu menyerta
berdua?" Bi
menyeruak. Pertanda malam sudah berakhir, sebentar lagi adza
anggil namanya lagi. Jika bukan suamiku maka sayang. bukan karena ingin di sebut roman
suamiku lakuakan malam tad
itu pula denganku, aku juga akan ben
merasa hangat dengan kehadirannya "Sebentar lagi subuh. Kita sholat be
engingat gedung yang kami
bih besar pahalanya. Sekalian saya mengecek b
syarat agar aku penuhi. Salah satunya adalah segala bab ibadahk
lagi. Aku menerima dan menghormati keput
n ajakan suamiku itu. Entah mengapa. Mungk
Aku menyuruhnya sementar
ibadah." Suamiku menjawab dengan nada ke
terbenam di antara pulau bantar dan kasur "Saya lupa mem
n kali ini tentulah harus berbeda. Kewajibanku bertambah setelah ijab qabulnya Kak Agung
danya. Sembari menahan kantuk yang semakin memberat, aku tetap memaksakan diri menarik
g ambi
s ah. Malu!" Meski kamar pe
merasa parno anadai saja n
anduk pesanan suamiku, tiba-tiba dia menarik pak
enguasai kini mulai pudar dan menghilang. Ketika kedua mataku m
u. Bukan karena tidak mau melihat pemandangan halal yang ki