Derita Anak Pertama
membayar uang bulanannya. Na
kemarin, Bu?" Tangan lentik itu berhenti kala mendengar suara ibunya. Tak disangka, uang yang
membayar uang bulanan sekolah, tapi juga kas. Uang yan
u. Bagi Navier yang hanya lulusan menengah pertama, membiayai sekolah adik-adiknya tentu bukan perkara yang mudah. Tida
banyak uang. Hanya saja, ibunya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dan sang aya
g bulanan adiknya. Padahal, beberapa hari yang lalu dia sud
gih lagi?" tanya Navier. Jumlah untuk membayar uang kas dan bulanan tentu bukan jumlah yang sedi
eragukan ad
begit
a minta. Mungkin saja kau memberi mereka uang yang kurang untuk m
i mana sang ibu membela adik-adiknya, bukan malah mendengar penjelasan dari dua
, uangku
au sudah harus membe
endengar alasan lebih jauh, dan tanpa me
a seolah memeras keringatnya. Navier bukan tak tahu jika ayahnya sering pulang lebih pagi, sedangkan dirinya harus bekerja hingga menjelan
ng. Sedangkan ayahnya, mencari pekerjaan lain akan membuatnya cepat lelah. Alasa
kerja paruh waktu di salah satu toko swalayan dan ketika berganti waktu kerja, dia akan memulai kembali di sebuah cafe hingga larut malam. Bagitu
dia tetap mengatakan hal itu. Dipandanginya pintu rumah yang sudah bercat pudar itu dengan s
ingkat dasar saja sudah cukup. Itulah yang mendasari mengapa dia mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat menengah. Sedan
as, pendidikan yang tinggi, dan lingkungan yan
Navier tak mampu. Dia cukup memiliki kemampuan dan kecerdasan jika hanya untuk mencari beasiswa penuh
ah mau b
liki bentuk bibir sama dengannya itu tersenyum manis. Hal yang Navier rasa
akan berangkat jika sudah mepet waktu masuk, dan jamnya tentu setelah keberangkatan N
k terlambat dan kena sanksi. Sayang sekali yah, kita berangkat di arah yang berlawanan. Ka
ita berangkat bersama, Yah. Mungkin kalau ada lowongan
k. Dia mungkin tidak terlalu memikirkan hal buruk seperti terlambat, karena jarak yang
yah berikutnya berhasil me
tadi, ya. Kasihan adik-adikmu jika mereka h
ali dan memberi anggukan sebagai jawabannya. Terkadang, Navier berpikir. Mengapa bukan ayahnya yang berusaha lebih keras untuk memenuh
embantu mencari kerja sampi
u santai? Bahkan untuk membersihkan piring kotor, mencuci baju, dan mengepel lantai, harus Navier yang melakukannya.
mengurungkan niat itu karena bagaimanapun juga, dia masih hi