/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Selena keluar dari ruang dokter dengan wajah pucat pasi.
Tangannya yang menggenggam laporan medis gemetar parah, hampir meremas kertas itu tanpa sadar. Dia terhuyung ke kursi di ruang tunggu, lalu menjatuhkan diri ke sana sambil mencoba mengatur napas yang terputus-putus.
"Mana mungkin aku bisa ngadepin semua ini?" gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.
Kepalanya penuh kekacauan. Kata-kata dokter tadi terus terngiang di otaknya seperti kaset rusak: "Stadium tiga," "operasi darurat," "biaya pengobatan yang mahal banget."
"Perawatan ginjal kronis itu ga murah," desahnya getir. "Sementara aku cuma pelayan kafe dengan tabungan di bawah sepuluh juta."
Air mata mulai memenuhi matanya, membuat pandangannya kabur. Pikirannya melayang ke Cloe Miranda, bibinya-satu-satunya keluarga yang masih ia miliki.
Cloe adalah orang yang membesarkannya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa tahun lalu. Sekarang, giliran Cloe yang butuh bantuan, dan hidupnya tergantung pada uang yang bahkan Selena tak bisa bayangkan untuk dimiliki.
"Tapi aku ga bisa kehilangan dia," pikir Selena, menggenggam laporan itu erat-erat seperti itu satu-satunya hal yang membuatnya tetap waras.
Sebuah suara lembut memotong lamunannya.
"Selena?"
Kepalanya terangkat. "Iya?"
"Ini resep obat untuk bibimu," kata perawat sambil menyerahkan secarik kertas kecil.
Selena menerimanya dengan tangan yang masih gemetar. Matanya menelusuri daftar obat dengan nama-nama yang bahkan tak bisa ia ucapkan.
Dia tahu ini cuma solusi sementara. Yang sebenarnya dibutuhkan Cloe adalah sesuatu yang jauh di luar jangkauannya-transplantasi ginjal, yang harganya ratusan juta.
"Kamu baik-baik aja?" tanya perawat itu.
Selena memaksakan anggukan kecil, tapi di dalam, dia merasa seperti tenggelam. Baik-baik aja? Mana mungkin dia baik-baik aja?
"700 juta," gumamnya pada diri sendiri. "Aku ga bakal bisa ngumpulin uang sebanyak itu, bahkan kalau kerja 24 jam sehari seumur hidup."
Dia menyandarkan kepalanya ke dinding putih dingin, menatap langit-langit rumah sakit.
"Aku butuh keajaiban," bisiknya. "Atau bahkan iblis pun mungkin ga bakal mau bikin kesepakatan sama aku."
☆☆☆
Kamar Rumah Sakit
Selena masuk ke kamar rumah sakit bibinya dengan langkah berat, tapi ia memaksakan senyuman kecil di wajahnya. Cloe Miranda, terlihat lemah dan pucat, membuka matanya perlahan saat Selena datang.
"Selena," panggil Cloe dengan suara serak, tangannya yang gemetar terangkat, mencoba meraih tangan Selena.
"Cloe, kamu merasa lebih baik?" tanya Selena, menggenggam tangan bibinya dengan lembut.
"Mungkin... tapi aku masih ga tahu apa yang sebenarnya salah sama aku," jawab Cloe lirih. "Yang aku tahu, aku cuma jadi beban buat kamu."
"Jangan pernah bilang begitu," potong Selena tegas. "Kamu bukan beban. Kalau perlu, aku bakal ambil pekerjaan tambahan. Kamu bakal sembuh, dan kita bakal balik lagi bahagia seperti dulu."
Cloe menggeleng lemah. "Kamu ga perlu lakuin itu. Aku udah tua, Selena. Kamu harus simpan uangmu buat masa depanmu sendiri, bukan buang-buang buat aku."
"Aku ga peduli soal itu, Cloe," suara Selena bergetar penuh tekad. "Yang penting kamu sembuh. Itu aja yang aku mau."
Cloe tidak menjawab lagi, tapi Selena bisa merasakan beban rasa bersalah di genggaman bibinya yang lemah.
Di Kafe
Sore itu, Selena melanjutkan pekerjaannya di kafe tempat ia biasa bekerja. Kafe itu penuh dengan pelanggan kaya yang memesan kopi mahal dan kue-kue fancy tanpa pikir panjang.
/0/22130/coverorgin.jpg?v=4cb73c6e68dba4e142f4bd06f8831d02&imageMogr2/format/webp)
/0/15282/coverorgin.jpg?v=bbcb851a570e3b69dcb8e61c95dc2b60&imageMogr2/format/webp)
/0/17871/coverorgin.jpg?v=1acf33b1861ee87b8051d94eed9bb85c&imageMogr2/format/webp)
/0/17923/coverorgin.jpg?v=449eb9187a70a1d7136878540e3dc684&imageMogr2/format/webp)
/0/2969/coverorgin.jpg?v=20250120143228&imageMogr2/format/webp)
/0/2169/coverorgin.jpg?v=bc86ddb37015704947772ba8b283348d&imageMogr2/format/webp)
/0/10417/coverorgin.jpg?v=8155f48e04c97d07c0dc0f90cdce099a&imageMogr2/format/webp)
/0/23737/coverorgin.jpg?v=20250526182826&imageMogr2/format/webp)
/0/23823/coverorgin.jpg?v=cf6334aedc73a00bf42177cc58610778&imageMogr2/format/webp)
/0/25861/coverorgin.jpg?v=20250711083055&imageMogr2/format/webp)
/0/6080/coverorgin.jpg?v=5befed44dd1a83e3b70a0dbe5ab480bc&imageMogr2/format/webp)
/0/12469/coverorgin.jpg?v=b8d7d38e4d62e91a93565f9810b22e9d&imageMogr2/format/webp)
/0/23837/coverorgin.jpg?v=5e106eb88649e91ce7adc941fd5e29aa&imageMogr2/format/webp)
/0/30249/coverorgin.jpg?v=9a0645046effe8b1d75fe574e30f0892&imageMogr2/format/webp)
/0/30792/coverorgin.jpg?v=35ba9ddb3aaeaf1def33f385f5c63106&imageMogr2/format/webp)
/0/31007/coverorgin.jpg?v=b28078f2d5fb57d51fe97686b8e8a53f&imageMogr2/format/webp)
/0/14411/coverorgin.jpg?v=bd738e8253e99222619299bc91fa7e0c&imageMogr2/format/webp)
/0/17354/coverorgin.jpg?v=1701ba2d9ce50a003aef5f2ec5d321b0&imageMogr2/format/webp)
/0/24606/coverorgin.jpg?v=994e4596e20ab94cb8758451e031c0e5&imageMogr2/format/webp)