/0/24927/coverorgin.jpg?v=09a6b4ac3c49d9c142eca1406092c220&imageMogr2/format/webp)
Happy reading....
Hembusan napas yang terlontar dari mulut wanita itu terdengar sangat berat. Pikirannya melanglang buana entah ke mana membuatnya sampai terperanjak saat tangan besar seorang pria melingkar dengan sempurna di pinggang rampingnya. Wanita itu mengangkat dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Kepala wanita itu menunduk dengan tangan kecilnya mengusap lembut tangan yang lebih besar itu seakan mengisyaratkan bagaimana dia sangat merindukan sosok yang tengah memeluknya dengan intens.
Kecupan basah yang mengantar rasa geli menjalar di tubuh wanita itu. Desahan lembut pun terdengar dari kedua belah bibirnya yang terbuka. Dia bahkan tidak sadar memejamkan mata untuk menikmati sensasi itu.
Namun pertanyaan lain yang tidak sesuai dengan isi hati justru terlontar begitu saja.
"Kenapa kau di sini, Julian?" tanya Anita Artemio dengan susah payah karena pria yang baru saja ia sebut namanya itu terus memberikan kecupan di sekitar lehernya. Tidak bisa dikatakan kecupan juga karena lidah pria itu bermain di sana. Menggoda Anita.
"Aku merindukanmu," lirih Julian Narendra melanjutkan aktifitasnya.
Kata yang tak perlu penjelasan lagi. Anita menghela napas lalu melepaskan tangan Julian dari tubuhnya dengan pelan. Berbalik untuk menatap pria yang telah menjadi suaminya hampir lima tahun itu.
"Kenapa, Sayang? Apa kau tidak merindukanku?" tanya Julian dengan wajah memelas. Kemeja yang sedikit terbuka di bagian dada dan tataan rambut yang biasanya sangat rapi kini terlihat berantakan.
Sial! Itu malah membuat Julian terlihat sangat seksi.
Pria dengan tinggi 180 cm itu meraih tangan Anita namun lagi-lagi wanita itu menghempasnya cukup kuat.
"Jika kau terus di sini, lalu kapan kita akan punya anak?" tanya Anita membuat raut wajah Julian berubah. Mata elang pria itu menatap tajam.
Haruskah sang istri membahas hal itu dalam situasi ini? Sungguh Julian sangat muak seakan tidak ada lagi pembahasan lain yang bisa mereka bicarakan saat bertemu.
Tanpa basa basi, Julian menarik tubuh Anita untuk merapat dengan tubuhnya. Dia mencium bibir Anita dengan brutal. Walau sempat mendapat perlawanan, pada akhirnya wanita bersurai panjang itu pasrah dengan apa yang dilakukan sang suami padanya.
Lagi pula dia sendiri tidak bisa berbohong. Anita merindukan Julian. Merindukan semua sentuhan Julian yang membuat darahnya berdesir kuat.
Anita menerima segala apa yang diperbuat Julian pada tubuhnya. Menerima segala afeksi yang diberikan oleh suaminya tersebut sambil mendesah menyebutkan namanya.
"Eugh ... aahh ... Julian ...."
Julian benar-benar lelaki yang hebat karena bisa membuatnya melayang hanya dengan sentuhan tangannya.
"Julian ... kau sangat hebat, sayang ...."
Bahkan untuk sekedar bernafas saja Anita sampai kepayahan. Selihai itu Julian memainkan segala titik paling sensitif ditubuhnya.
Julian sendiri pun sangat menikmati setiap momen yang hanya Anita yang bisa menciptakannya. Mendengar wanita itu memanggil namanya dalam balutan kenikmatan adalah hal yang membuat Julian tak bisa mengontrol dirinya lagi untuk segera mengunjungi wanita itu.
Dengan tergesah, Julian melepaskan semua yang ada pada tubuhnya dan Anita. Hingga mereka tak berbalut apa-apa lagi. Sejenak Julian tertegun seraya menelan salivanya berat melihat sang istri. Sudah bertahun-tahun berlalu namun Anita masih sama seperti saat mereka pertama bertemu. Masih wanita yang membuat Julian tergila-gila.
Kecupan kembali Julian berikan di bibir tipis Anita lalu berbisik, "Kau sangat cantik, Sayang," puji Julian membelai wajah Anita.
Anita membuka matanya. Tersenyum penuh arti namun itu hanya bertahan beberapa detik. Saat dua jari Julian dengan lihai mengobrak-abrik di bawah sana, Anita kembali hanyut dalam kenikmatan.
"Sssthhh ... ahh ...." Anita terus meracau tak karuan hingga dia hampir mencapai puncaknya, Julian berhenti.
"Kenapa kau berhenti?" tanya Anita dengan raut wajah kecewa.
"Tidak sekarang, sayang," kata Julian beralih menindih tubuh wanita itu.
Namun bukannya segera menuntaskan hasrat, Julian malah dengan sengaja menggoda Anita.
"Eugh ... Julian! Jangan menggodaku seperti itu!" geram Anita.
"Memohonlah!" Terkadang Julian bak seorang dewa yang ingin dipuja.
/0/9312/coverorgin.jpg?v=21d9bc4ea5347318d4e102094147b4c7&imageMogr2/format/webp)
/0/10526/coverorgin.jpg?v=9471a0dfddb2aab3707bc11266eed41b&imageMogr2/format/webp)
/0/20409/coverorgin.jpg?v=08a1d5f4a7d96e643f2972c51eb02bba&imageMogr2/format/webp)
/0/3517/coverorgin.jpg?v=3462e1a574e19158fc2fcdcee6e93998&imageMogr2/format/webp)
/0/6414/coverorgin.jpg?v=4ac4d21ae461a9e2086025a31bc1aae9&imageMogr2/format/webp)
/0/5783/coverorgin.jpg?v=3712bdebc069917f2361658abd585e25&imageMogr2/format/webp)
/0/22521/coverorgin.jpg?v=e6e55055de7c588d9a79bea61450a346&imageMogr2/format/webp)
/0/17495/coverorgin.jpg?v=b79d1ba9ab9a6d921793ad434832b358&imageMogr2/format/webp)
/0/17399/coverorgin.jpg?v=ce332ff4cfc7f860939dfb5ed516696b&imageMogr2/format/webp)
/0/25398/coverorgin.jpg?v=4bd1df5a711a566c9b22935296a5c8ac&imageMogr2/format/webp)
/0/26152/coverorgin.jpg?v=f26362a8ed9523afaac31945b76f61f6&imageMogr2/format/webp)
/0/12809/coverorgin.jpg?v=25b95af4d1891e29c4aaf0f0e6f9b5c1&imageMogr2/format/webp)
/0/16737/coverorgin.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/4237/coverorgin.jpg?v=d5c82edae8e3ddb94afa88c3aac83db7&imageMogr2/format/webp)
/0/18283/coverorgin.jpg?v=dadcf0b3eef0272fe59e2dd73b3e4cbc&imageMogr2/format/webp)
/0/12249/coverorgin.jpg?v=a22f89b92feeb7b73354130884214b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/24238/coverorgin.jpg?v=55837c16f8c8fb055cc3a1dd5c34a1b7&imageMogr2/format/webp)
/0/6559/coverorgin.jpg?v=45d6c5c69d9d87862b83435260019af8&imageMogr2/format/webp)