Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
“Alison!”
“Alison!”
Tidur Aliya jadi terganggu akibat teriakan-teriakan yang terdengar dari luar. Saat ia mencabut earphone di telinganya, suara kegaduhan itu semakin jelas terdengar.
“ALISON!”
Aliya membangun tubuhnya dan mendengus. Apalagi yang dilakukan kembarannya itu? Tidak bisakah ia memberikan waktu yang tenang bagi Aliya untuk beristirahat? Dia selalu saja menimbulkan masalah yang membuat seisi rumah menjadi seperti ini.
Dengan berat hati, Aliya berjalan keluar dari kamarnya. Dia melihat seluruh penghuni rumah dihiasi raut wajah khawatir. Bahkan beberapa dari mereka terlihat begitu pucat seperti menghadapi kematian.
Apa yang terjadi?
Aliya melanjutkan langkahnya untuk mencari keberadaan orang tuanya. Tepat di ruang tamu, ia melihat Ibunya duduk di sofa, tengah menangis tersedu-sedu. Sementara Ayahnya berdiri di sisinya berusaha menenangkan.
“Jika seperti ini, bagaimana kelanjutannya?”
Aliya mendengar suara yang asing. Ternyata di sana orang tuanya bersama orang lain. Mereka tidak hanya berdua.
Tapi, siapa orang yang berani berkata dengan nada seperti itu pada Ibunya? Aliya merasa kesal.
“Kami akan usahakan,” ucap Addyson, Ayah Aliya.
“Usahakan? Apa lagi yang mau kalian usahakan? Sudah jelas-jelas anak itu lari dari pernikahannya sendiri!” cecar wanita itu.
Aliya yang mendengar itu, termenung. Ia mencoba mencerna apa yang ia dengar. Jika ini tentang pernikahan, bisa diduga, wanita yang dimaksud adalah Alison.
Jadi, apa kembarannya kini membuat masalah dengan lari dari pernikahannya yang esok akan diadakan?
Aliya membuang napas kasar.
Kini masalah yang ia buat benar-benar luar biasa.
Dia bahkan bisa membuat orang tua mereka terkena serangan jantung.
“Kami tidak mau menanggung malu, Addy. Jika acara ini dibatalkan, mau ditaruh di mana wajah kami?” Kini Ayah dari calon suami Alison juga ikut bicara. Dia terlihat marah dan kecewa. Tapi, sepertinya dia sadar jika ini bukan kehendak dua orang di depannya ini.
Jika Aliya tidak salah mengingat, pria itu bernama om Rendra. Dan istrinya bernama Mia. Lalu … putra mereka yang akan menikah dengan Alison, bernama-
“Argan!”
Ah! Ya, itu namanya.
Eh? Siapa tadi yang bicara itu?
Aliya mengintip ke ruang tamu dan melihat seorang pria yang berdiri di ambang pintu masuk. Pria itu terlihat kacau. Ekspresi wajahnya begitu kusut. Mungkin dia perlu disetrika lebih dulu supaya wajahnya bisa kembali licin.
“Cepat kamu juga bicara. Jangan hanya diam saja!” cecar Mia. Dia tampaknya tidak suka dengan keterdiaman putranya.
Dalam hati, Aliya setuju dengan Ibu Argan ini. Seharusnya, pria itu bisa meluapkan amarahnya di sini, mengaum seperti singa, karena mempelai wanitanya yang kabur sebelum mereka melakukan ijab kabul. Ayo mengamuk!
“Ibu saja,” jawab Argan tidak terlihat peduli.
Huu! Tidak seru!
Dia mungkin merasa terpukul dengan kejadian ini. Tapi, Aliya pikir, pria itu terlalu lemah hingga bisa begitu terpuruk hanya karena ditinggal seorang wanita. Dia terlihat menyedihkan.
“Aliya?”
“Eh?” Aliya mengerjap kaget.
Saat Rendra memanggil namanya, seketika semua mata di sana memandang ke arahnya.
Bibir Aliya mengukir senyuman kaku. Apa bisa mereka tidak melihanya dengan tatapan seperti itu? Jujur saja, Aliya merasa sedikit takut. “Apa aku mengganggu?”
Aliya pikir, keberadaannya tidak terendus oleh mereka. Mungkin karena ia terlalu menikmati menonton drama mereka, ia sampai tidak sadar jika posisinya sudah cukup jelas terlihat.
“Tidak, kamu-“
“Benar!”