Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
"Tumben jam segini udah pada pulang?"
Melihat dua jagoannya sudah berada di dalam rumah.
"Aku lapar Bu jadi pengen cepet-cepet pulang" Jawab Rizki Anak pertama yang sudah duduk di bangku kuliah semester tiga.
"Kalo aku gak ada kegiatan basket mah di sekolah. Besok baru ada kegiatan ekskulnya."
Jawab Azka apa adanya.
Azka dan Reno sedang kompak bermain video game bola kesukaannya.
Padahal mereka sebenarnya sudah sangat jarang bermain bersama.
Wanita bertubuh subur heran mendapati para putranya sudah pulang ke rumah jam segini. Biasanya mereka suka keluyuran kemana saja tidak langsung pulang.
Semenjak kedatangan pengasuh baru si adik bungsu, para lelaki dirumah mulai bertindak diluar kebiasaan.
Hampir setiap hari pulang tepat waktu.
Termasuk pak Bambang, bapak beristri satu memiliki tiga putra jadi jarang telat pulang dan jarang lembur di kantor.
"Assalamualaikum"
Menoleh ke pintu nampak sang suami bertubuh gempal baru datang.
"Waalaikumsalam" Jawab hampir serempak.
"Ini juga papah gak lembur? biasanya lembur hampir tiap hari."
"Oalah Buk, wong gak ada kerjaan lagi mau opo toh?"
''Hah alasan!"
Anak kecil berlari-lari menuju bapaknya yang baru pulang kerja.
"Ehh jagoan bapak, sini nak sini!" Pak Bambang memangku anak kecil yang datang ke arahnya.
Di buntuti seorang wanita bertubuh ramping berdada montok.
Lekuk tubuh persis gitar spanyol.
Waktu seakan berhenti sejenak, pandangan para lelaki fokus ke piring di dekat dada si pengasuh.
Mengejar si anak kecil di pangkuan bapaknya.
Menyodorkan sendok berisi makanan,
"Ayo sayang buka mulutnya! Aaaa?"
Malah pak Bambang memejam lalu membuka mulut menunggu makanan masuk. Tapi Sopie mendaratkan pesawat makanan ke mulut mungil putra bungsu.
"Hihi" Tawanya geli melihat tingkah majikan.
Pak Bambang baru tersadar seakan ia terbawa suasana, di hadapkan gadis cantik dengan bodynya yang menakjubkan hendak menyuapi makanan sambil tersenyum teramat manis.
"Eh ma- maaf!"
Kedua putra menertawakan tingkah sang bapak. Sedangkan Bu Tinah wajahnya terlihat merah padam.
Cemburu buta pada sang pemimpin rumah tangga.
"Bapak! ayo masuk!" Mendekati sang suami merebut si putra bungsu lalu menyerahkan kepada si pengasuh.
"Nih! Mandikan anakku!" Suruh nyonya Tinah.
Sopie kerepotan saat menerima si bungsu, sebelah tangan masih memegang piring satunya memegang badan anak kecil.
Tubuh kehilangan keseimbangan saat si bungsu bergerak-gerak di pangkuan sebelah tangan.
Spontan menyelipkan piring di himpit dada dan tubuh si anak kecil.
Alhasil tubuh Sopie terkena tumpahan nasi, juga mengenai tubuh si putra bungsu.
"Hah gitu aja gak becus!" Umpat Bu Tinah sembari menarik sang suami ke kamarnya.
Dua putra langsung berdiri menolong si perempuan cantik dadanya membusung terkena remahan nasi.
"Yaa ampun Mbak Sophie, Sini biar aku bantu."
Mengambil sang adik dari gendongan.
Sopie membersihkan remah-remah yang menempel di baju.
Membuat bagian tercetak terkena kuah bercampur nasi.
Kedua kakak beradik melongo tak berkedip, melihat pemandangan indah menyembul tercetak di balik baju putih.
Azka membawakan tisu untuk membantu membersihkan, tisu berada di depan tubuh. Sopie membulatkan mata kurang nyaman dengan perlakuan Azka hendak ikut membersihkan.
Gegas merebut tisu dari tangan sebelum menyentuhnya.
"Biar aku saja tuan" Menunduk wajahnya memerah.