Kehangatan selimut cinta

Kehangatan selimut cinta

titiktitikcahaya

5.0
Komentar
6.1K
Penayangan
12
Bab

Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...

Bab 1 Shopie

"Tumben jam segini udah pada pulang?"

Melihat dua jagoannya sudah berada di dalam rumah.

"Aku lapar Bu jadi pengen cepet-cepet pulang" Jawab Rizki Anak pertama yang sudah duduk di bangku kuliah semester tiga.

"Kalo aku gak ada kegiatan basket mah di sekolah. Besok baru ada kegiatan ekskulnya."

Jawab Azka apa adanya.

Azka dan Reno sedang kompak bermain video game bola kesukaannya.

Padahal mereka sebenarnya sudah sangat jarang bermain bersama.

Wanita bertubuh subur heran mendapati para putranya sudah pulang ke rumah jam segini. Biasanya mereka suka keluyuran kemana saja tidak langsung pulang.

Semenjak kedatangan pengasuh baru si adik bungsu, para lelaki dirumah mulai bertindak diluar kebiasaan.

Hampir setiap hari pulang tepat waktu.

Termasuk pak Bambang, bapak beristri satu memiliki tiga putra jadi jarang telat pulang dan jarang lembur di kantor.

"Assalamualaikum"

Menoleh ke pintu nampak sang suami bertubuh gempal baru datang.

"Waalaikumsalam" Jawab hampir serempak.

"Ini juga papah gak lembur? biasanya lembur hampir tiap hari."

"Oalah Buk, wong gak ada kerjaan lagi mau opo toh?"

''Hah alasan!"

Anak kecil berlari-lari menuju bapaknya yang baru pulang kerja.

"Ehh jagoan bapak, sini nak sini!" Pak Bambang memangku anak kecil yang datang ke arahnya.

Di buntuti seorang wanita bertubuh ramping berdada montok.

Lekuk tubuh persis gitar spanyol.

Waktu seakan berhenti sejenak, pandangan para lelaki fokus ke piring di dekat dada si pengasuh.

Mengejar si anak kecil di pangkuan bapaknya.

Menyodorkan sendok berisi makanan,

"Ayo sayang buka mulutnya! Aaaa?"

Malah pak Bambang memejam lalu membuka mulut menunggu makanan masuk. Tapi Sopie mendaratkan pesawat makanan ke mulut mungil putra bungsu.

"Hihi" Tawanya geli melihat tingkah majikan.

Pak Bambang baru tersadar seakan ia terbawa suasana, di hadapkan gadis cantik dengan bodynya yang menakjubkan hendak menyuapi makanan sambil tersenyum teramat manis.

"Eh ma- maaf!"

Kedua putra menertawakan tingkah sang bapak. Sedangkan Bu Tinah wajahnya terlihat merah padam.

Cemburu buta pada sang pemimpin rumah tangga.

"Bapak! ayo masuk!" Mendekati sang suami merebut si putra bungsu lalu menyerahkan kepada si pengasuh.

"Nih! Mandikan anakku!" Suruh nyonya Tinah.

Sopie kerepotan saat menerima si bungsu, sebelah tangan masih memegang piring satunya memegang badan anak kecil.

Tubuh kehilangan keseimbangan saat si bungsu bergerak-gerak di pangkuan sebelah tangan.

Spontan menyelipkan piring di himpit dada dan tubuh si anak kecil.

Alhasil tubuh Sopie terkena tumpahan nasi, juga mengenai tubuh si putra bungsu.

"Hah gitu aja gak becus!" Umpat Bu Tinah sembari menarik sang suami ke kamarnya.

Dua putra langsung berdiri menolong si perempuan cantik dadanya membusung terkena remahan nasi.

"Yaa ampun Mbak Sophie, Sini biar aku bantu."

Mengambil sang adik dari gendongan.

Sopie membersihkan remah-remah yang menempel di baju.

Membuat bagian tercetak terkena kuah bercampur nasi.

Kedua kakak beradik melongo tak berkedip, melihat pemandangan indah menyembul tercetak di balik baju putih.

Azka membawakan tisu untuk membantu membersihkan, tisu berada di depan tubuh. Sopie membulatkan mata kurang nyaman dengan perlakuan Azka hendak ikut membersihkan.

Gegas merebut tisu dari tangan sebelum menyentuhnya.

"Biar aku saja tuan" Menunduk wajahnya memerah.

"Eh kamu mau ngapain Ka?" Tanya kakaknya, kurang beruntung hanya mendapatkan si bungsu. Sedangkan Azka hendak mendapatkan momen indah jika bisa ikut membersihkan noda-noda yang menempel.

Azka terpaku padahal sudah diminta Sophie menyerahkan tisu, matanya tak bisa berpaling pada remah-remah dan kuah. Hingga Shopie merebut dari tangannya.

"Ma- Maaf tuan tak usah repot-repot, aku bisa sendiri."

Sophie mengerjakan sendiri mengelap noda-noda di pakaian menggunakan tisu. Kedua mata si lelaki masih asyik melihat aksinya saat menyeka noda yang menempel.

Setelah nodanya bersih nampak kedua anak majikan menelan saliva.

Merebut pelan anak di gendongan Rizki.

"Ehh mau dibawa kemana adikku?" Tanya Rizki pria tegap berparas putih.

"Mau memandikannya tuan muda."

Memeluk si bungsu

"Ohh, aku juga ingin!" Celetuk Azka.

Sophie menohok mendengar putra kedua majikan ingin dimandikan olehnya pula.

Dengan tenang Sophie menjawab.

"Tuan muda kan sudah besar, masa harus aku yang memandikan?"

"Maksudku ikut memandikan adik kecilku"

"Ups maaf, aku pikir . ya sudah kalau mau liat aku memandikan adik kalian?" Memiringkan kepala heran mendengar perkataan anak kedua majikan.

"Hey Azka! Dasar curang! Aku ikut" Teriak Rizki melihat sang adik pergi bersama di perempuan yang seolah menjadi primadona baru di rumah.

"Haha! Urus aja tuh si Cika! Aku mau memandikan adik kecilku tercinta!" Seru Azka meninggalkan sang kakak yang hanya bisa diam

Sambil berjalan ke kamar mandi menggendong si bungsu mereka terus ngobrol.

"Tuan muda Rizki sudah punya pacar ya?"

"Kak Rizki udah bertunangan kak enam bulan yang lalu."

"Oh begitu, pantas saja di orang tampan seperti dia pasti sudah punya pasangan."

"Baru tunangan" Jawab Azka cepat.

"Tuan Azka sendiri? sudah punya pacar?"

"Pacar? aduh gimana ya? ada yang lagi daket sih. tapi. Oh ya kalo mbak Sophie gimana?"

"Aku? Aku janda tuan anak satu. Terpaksa kerja dirumah anda untuk menghidupi anak dan keluarga di kampung."

"Ohh pantesan."

"Pantesan kenapa tuan?"

"Mbak manggilnya mas atau adek juga gak apa-apa, asal jangan tuan aja ya. aku kurang nyaman kalau di panggil tuan."

"Ma- maaf tu- eh Mas, Mas Azka"

Mereka sama-sama tersenyum, terlihat senyuman indah menawan dengan lesung Pipit di kedua pipi si janda anak satu. Senyuman yang akan terus terukir di hati sanubari si remaja yang mulai beranjak dewasa.

Mereka pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan si bungsu.

Tubuh si bungsu nampak basah kuyup, saat dimandikan oleh gadis cantik pembawa perubahan suasana dirumah.

Memakaikan sabun mandi penuh busa di tangan.

Tangan mungil basah tak sengaja menyentuh bagian depan Sophie.

Bagian depan sang wanita kembali tercetak, menampilkan suatu pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Sophie memperhatikan si bungsu menyirami badannya yang kecil di tahan oleh mas Azka.

Sedangkan Azka terpukau dengan bekas sentuhan adiknya yang membasahi bagian depan.

"Huhh, enak banget sih dek jadi kamu. dimandiin wanita cantik, kadang di peluk juga" Lamunannya menerawang jauh entah kemana, menghayal dirinya dapat membenamkan wajah tepat di bagian depan si wanita cantik.

"Mas! Mas!" Panggil Sophie agak kencang.

"Eh, iya mbak."

"Hayo ngelamunin apa? di panggil kok telat banget jawabnya."

"Ah, anu aku cuma heran saja. Kok bisa-bisanya sih wanita secantik kamu jadi seorang janda?"

Sophie termenung sejenak di tanya seperti itu.

"Suamiku meninggal saat kecelakaan yang merenggut nyawanya mas"

"Ya ampun! Maaf ya Mbak, aku gak maksud."

Azka merasa gak enak hati setelah lancang bertanya seperti itu.

Sophie hanya tersenyum basi mendengar kata maaf dari anak majikan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh titiktitikcahaya

Selebihnya
Asal kalian puas

Asal kalian puas

Romantis

5.0

Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku