Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
"Tumben jam segini udah pada pulang?"
Melihat dua jagoannya sudah berada di dalam rumah.
"Aku lapar Bu jadi pengen cepet-cepet pulang" Jawab Rizki Anak pertama yang sudah duduk di bangku kuliah semester tiga.
"Kalo aku gak ada kegiatan basket mah di sekolah. Besok baru ada kegiatan ekskulnya."
Jawab Azka apa adanya.
Azka dan Reno sedang kompak bermain video game bola kesukaannya.
Padahal mereka sebenarnya sudah sangat jarang bermain bersama.
Wanita bertubuh subur heran mendapati para putranya sudah pulang ke rumah jam segini. Biasanya mereka suka keluyuran kemana saja tidak langsung pulang.
Semenjak kedatangan pengasuh baru si adik bungsu, para lelaki dirumah mulai bertindak diluar kebiasaan.
Hampir setiap hari pulang tepat waktu.
Termasuk pak Bambang, bapak beristri satu memiliki tiga putra jadi jarang telat pulang dan jarang lembur di kantor.
"Assalamualaikum"
Menoleh ke pintu nampak sang suami bertubuh gempal baru datang.
"Waalaikumsalam" Jawab hampir serempak.
"Ini juga papah gak lembur? biasanya lembur hampir tiap hari."
"Oalah Buk, wong gak ada kerjaan lagi mau opo toh?"
''Hah alasan!"
Anak kecil berlari-lari menuju bapaknya yang baru pulang kerja.
"Ehh jagoan bapak, sini nak sini!" Pak Bambang memangku anak kecil yang datang ke arahnya.
Di buntuti seorang wanita bertubuh ramping berdada montok.
Lekuk tubuh persis gitar spanyol.
Waktu seakan berhenti sejenak, pandangan para lelaki fokus ke piring di dekat dada si pengasuh.
Mengejar si anak kecil di pangkuan bapaknya.
Menyodorkan sendok berisi makanan,
"Ayo sayang buka mulutnya! Aaaa?"
Malah pak Bambang memejam lalu membuka mulut menunggu makanan masuk. Tapi Sopie mendaratkan pesawat makanan ke mulut mungil putra bungsu.
"Hihi" Tawanya geli melihat tingkah majikan.
Pak Bambang baru tersadar seakan ia terbawa suasana, di hadapkan gadis cantik dengan bodynya yang menakjubkan hendak menyuapi makanan sambil tersenyum teramat manis.
"Eh ma- maaf!"
Kedua putra menertawakan tingkah sang bapak. Sedangkan Bu Tinah wajahnya terlihat merah padam.
Cemburu buta pada sang pemimpin rumah tangga.
"Bapak! ayo masuk!" Mendekati sang suami merebut si putra bungsu lalu menyerahkan kepada si pengasuh.
"Nih! Mandikan anakku!" Suruh nyonya Tinah.
Sopie kerepotan saat menerima si bungsu, sebelah tangan masih memegang piring satunya memegang badan anak kecil.
Tubuh kehilangan keseimbangan saat si bungsu bergerak-gerak di pangkuan sebelah tangan.
Spontan menyelipkan piring di himpit dada dan tubuh si anak kecil.
Alhasil tubuh Sopie terkena tumpahan nasi, juga mengenai tubuh si putra bungsu.
"Hah gitu aja gak becus!" Umpat Bu Tinah sembari menarik sang suami ke kamarnya.
Dua putra langsung berdiri menolong si perempuan cantik dadanya membusung terkena remahan nasi.
"Yaa ampun Mbak Sophie, Sini biar aku bantu."
Mengambil sang adik dari gendongan.
Sopie membersihkan remah-remah yang menempel di baju.
Membuat bagian tercetak terkena kuah bercampur nasi.
Kedua kakak beradik melongo tak berkedip, melihat pemandangan indah menyembul tercetak di balik baju putih.
Azka membawakan tisu untuk membantu membersihkan, tisu berada di depan tubuh. Sopie membulatkan mata kurang nyaman dengan perlakuan Azka hendak ikut membersihkan.
Gegas merebut tisu dari tangan sebelum menyentuhnya.
"Biar aku saja tuan" Menunduk wajahnya memerah.
"Eh kamu mau ngapain Ka?" Tanya kakaknya, kurang beruntung hanya mendapatkan si bungsu. Sedangkan Azka hendak mendapatkan momen indah jika bisa ikut membersihkan noda-noda yang menempel.
Azka terpaku padahal sudah diminta Sophie menyerahkan tisu, matanya tak bisa berpaling pada remah-remah dan kuah. Hingga Shopie merebut dari tangannya.
"Ma- Maaf tuan tak usah repot-repot, aku bisa sendiri."
Sophie mengerjakan sendiri mengelap noda-noda di pakaian menggunakan tisu. Kedua mata si lelaki masih asyik melihat aksinya saat menyeka noda yang menempel.
Setelah nodanya bersih nampak kedua anak majikan menelan saliva.
Merebut pelan anak di gendongan Rizki.
"Ehh mau dibawa kemana adikku?" Tanya Rizki pria tegap berparas putih.
"Mau memandikannya tuan muda."
Memeluk si bungsu
"Ohh, aku juga ingin!" Celetuk Azka.
Sophie menohok mendengar putra kedua majikan ingin dimandikan olehnya pula.
Dengan tenang Sophie menjawab.
"Tuan muda kan sudah besar, masa harus aku yang memandikan?"
"Maksudku ikut memandikan adik kecilku"
"Ups maaf, aku pikir . ya sudah kalau mau liat aku memandikan adik kalian?" Memiringkan kepala heran mendengar perkataan anak kedua majikan.
"Hey Azka! Dasar curang! Aku ikut" Teriak Rizki melihat sang adik pergi bersama di perempuan yang seolah menjadi primadona baru di rumah.
"Haha! Urus aja tuh si Cika! Aku mau memandikan adik kecilku tercinta!" Seru Azka meninggalkan sang kakak yang hanya bisa diam
Sambil berjalan ke kamar mandi menggendong si bungsu mereka terus ngobrol.
"Tuan muda Rizki sudah punya pacar ya?"
"Kak Rizki udah bertunangan kak enam bulan yang lalu."
"Oh begitu, pantas saja di orang tampan seperti dia pasti sudah punya pasangan."
"Baru tunangan" Jawab Azka cepat.
"Tuan Azka sendiri? sudah punya pacar?"
"Pacar? aduh gimana ya? ada yang lagi daket sih. tapi. Oh ya kalo mbak Sophie gimana?"
"Aku? Aku janda tuan anak satu. Terpaksa kerja dirumah anda untuk menghidupi anak dan keluarga di kampung."
"Ohh pantesan."
"Pantesan kenapa tuan?"
"Mbak manggilnya mas atau adek juga gak apa-apa, asal jangan tuan aja ya. aku kurang nyaman kalau di panggil tuan."
"Ma- maaf tu- eh Mas, Mas Azka"
Mereka sama-sama tersenyum, terlihat senyuman indah menawan dengan lesung Pipit di kedua pipi si janda anak satu. Senyuman yang akan terus terukir di hati sanubari si remaja yang mulai beranjak dewasa.
Mereka pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan si bungsu.
Tubuh si bungsu nampak basah kuyup, saat dimandikan oleh gadis cantik pembawa perubahan suasana dirumah.
Memakaikan sabun mandi penuh busa di tangan.
Tangan mungil basah tak sengaja menyentuh bagian depan Sophie.
Bagian depan sang wanita kembali tercetak, menampilkan suatu pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Sophie memperhatikan si bungsu menyirami badannya yang kecil di tahan oleh mas Azka.
Sedangkan Azka terpukau dengan bekas sentuhan adiknya yang membasahi bagian depan.
"Huhh, enak banget sih dek jadi kamu. dimandiin wanita cantik, kadang di peluk juga" Lamunannya menerawang jauh entah kemana, menghayal dirinya dapat membenamkan wajah tepat di bagian depan si wanita cantik.
"Mas! Mas!" Panggil Sophie agak kencang.
"Eh, iya mbak."
"Hayo ngelamunin apa? di panggil kok telat banget jawabnya."
"Ah, anu aku cuma heran saja. Kok bisa-bisanya sih wanita secantik kamu jadi seorang janda?"
Sophie termenung sejenak di tanya seperti itu.
"Suamiku meninggal saat kecelakaan yang merenggut nyawanya mas"
"Ya ampun! Maaf ya Mbak, aku gak maksud."
Azka merasa gak enak hati setelah lancang bertanya seperti itu.
Sophie hanya tersenyum basi mendengar kata maaf dari anak majikan.
Buku lain oleh titiktitikcahaya
Selebihnya