
/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
Seorang wanita cantik berbalut dress selutut sedang berdiri di sebuah unit apartemen, terlihat dari wajahnya dia sedang menahan kesal. Wanita itu adalah Laura, dia sedang berada di depan apartemen sang kekasih. Sudah lama dia berdiri di sana, namun tidak ada tanda-tanda dari sang pemilik apartemen membuka pintunya.
Wanita berumur 24 tahun itu berdecak kesal lalu merogoh tasnya, mencari ponsel miliknya. Berusaha menghubungi sang kekasih.
"Ck, Jack kemana sih? Apa dia tidak ada di apartemen? Apa aku pergi saja?" Wanita dengan rambut sebahu itu berbicara sendiri.
Ceklek...
Baru saja Laura hendak melangkah pergi, pintu apartemen terbuka. Memunculkan seorang pria tinggi yang memiliki paras paripurna, pria itu tersenyum simpul dengan tatapan sayu.
Jack Bragantara, kekasih dari Laura Auristela. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun, keduanya saling mencintai satu sama lain. Mereka juga sering menghabiskan waktu berdua jika sedang libur kerja.
"Astaga Jack! Kamu mabuk lagi? Ayo masuk," pekik Laura terkejut melihat kondisi Jack yang berantakan.
Laura menggiring Jack masuk kedalam, mengajaknya duduk di sofa depan TV. Wanita itu sedikit kesal karena Jack tidak mendengarkannya untuk tidak meminum alkohol sampai mabuk, tapi melihat Jack yang mabuk dan terus meracau. Laura mengurungkan niatnya untuk marah.
"Jack! Kamu masih sadar tidak? Aku mau tanya, kenapa kamu mabuk seperti ini? Aku sudah pernah bilang, jangan mabuk lagi," ucap Laura tanpa henti.
Jack yang setengah sadar pun tersenyum, membelai lembut pucuk kepala Laura. "Kamu tau kan, masalah di kantor semakin rumit. Liam menyuruh aku bertanggung jawab sendirian," ucapnya seperti orang mabuk pada umumnya.
Laura menghela napasnya, memang sudah seharusnya Liam bertanggung jawab dengan perusahaannya sendiri. Tidak bisa terus mengandalkan Liam sang kakak laki-lakinya. Kakak beradik itu memang seorang pengusaha dan miliader muda, namun Liam lebih unggul jika tentang perusahaan. Karena selama ini hidup Liam hanya di habiskan dengan kerja dan mengurus perusahaannya.
"Iya aku tau, tapi tidak seperti ini juga. Memang seharusnya kamu bisa mandiri tanpa Liam," ujar Laura lembut, takut emosi Jack meledak kapan saja.
"Kamu membela Liam?" sentak Jack mulai emosi, mendorong tubuh Laura kasar.
Laura menggelengkan kepalanya, tertunduk diam tidak berani menatap Jack. Hampir dua tahun mereka menjalin hubungan, Laura masih saja takut dengan sikap tempramen Jack yang tidak bisa hilang. Tak jarang Laura mendapatkan perlakuan buruk ketika Jack sedang emosi, Laura pun tidak tau kenapa dirinya bisa bertahan dengan Jack sampai saat itu. Jawabannya hanyalah karena cinta.
"M-maaf Jack, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya--"
"Sssttt diam, sini." Jack memotong perkataan Laura, tangannya menepuk-nepuk di atas paha.
Laura yang mengerti isyarat Jack pun segera duduk dipangkuan sang pacar. Posisinya membelakangi Jack. "Kenapa?" tanyanya mengedipkan mata polos.
Alih-alih menjawab, Jack justru hanya diam sambil melingkarkan tangannya pada pinggang lau. Tak lupa hidungnya mengendus bagian leher sang kekasih. Sementara Laura hanya mematung ditempatnya, tidak berani menolak ataupun memberontak walaupun Laura merasa tidak nyaman.
"Laura," panggil Jack dengan suara seraknya.
"Hmm?"
"Aku pengen bermain denganmu, boleh tidak?" tanya Jack tepat di samping telinga Laura, karena posisinya masih tenggelam pada leher Laura.
/0/18855/coverorgin.jpg?v=80c04ca678813daeeefd6ab2885391a8&imageMogr2/format/webp)
/0/12363/coverorgin.jpg?v=4a5a379a62a66edb82a86965ff3467b2&imageMogr2/format/webp)
/0/22128/coverorgin.jpg?v=2a4680c287558aa8a9925fab91ae3d86&imageMogr2/format/webp)
/0/27975/coverorgin.jpg?v=f9113a627856430b5690ee1ba4d47dc7&imageMogr2/format/webp)
/0/3926/coverorgin.jpg?v=4197dc5431d625fbde309664f6306c13&imageMogr2/format/webp)
/0/13059/coverorgin.jpg?v=c7f4edf2621a67d1cb2683c440bb3aef&imageMogr2/format/webp)
/0/7048/coverorgin.jpg?v=fae5efbc5e95799fc91344de1ba98199&imageMogr2/format/webp)
/0/24907/coverorgin.jpg?v=63420b4c308ce8ccfe95e1b1aab2dabb&imageMogr2/format/webp)
/0/16191/coverorgin.jpg?v=9f49cff0b96cf05e4b6d51597510eab5&imageMogr2/format/webp)
/0/17602/coverorgin.jpg?v=9220a2a1d726f36da5fbcce14f1e3d92&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/20182/coverorgin.jpg?v=a53e41a2e46325c41c71a0efec4d98b5&imageMogr2/format/webp)
/0/21479/coverorgin.jpg?v=24b300694113edf57998d64514dd93bf&imageMogr2/format/webp)
/0/5755/coverorgin.jpg?v=2e0ad51327ca26d59fb0423f2295d7ef&imageMogr2/format/webp)
/0/18075/coverorgin.jpg?v=22197f456e123d64a5ab781d0f0a5bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/3979/coverorgin.jpg?v=e4c4b5b5d21bd614cdac431d715f47c1&imageMogr2/format/webp)
/0/3416/coverorgin.jpg?v=eea6e42d6fcf22cb8abaf774bf65528d&imageMogr2/format/webp)
/0/26863/coverorgin.jpg?v=cb60b45f6cd492562d39cd42ee79021b&imageMogr2/format/webp)
/0/27818/coverorgin.jpg?v=d6776fc9836485b899d59fcca066063e&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)