/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
"Pak, apakah perlu saya bawakan kopernya?" tawar pria yang berumur sekitar 45 tahunan. Dengan tergesa ia mengambil tas besar yang masih ditarik Angkasa saat melewati ramainya pengunjung bandara.
Berhari-hari menghadiri rapat bisnis di kota Malang membuat Angkasa ingin segera merebahkan badan di kasur kesayangannya. Apalagi pesawat yang tertunda hampir tiga jam karena hujan yang mengguyur membuat ia benar-benar lelah.
"Terima kasih, Pak Iwan." Ia menyodorkan koper hitamnya pada sopir perusahaan yang ditugaskan menjemputnya di Bandara.
"Pak Angkasa ingin makan atau singgah dulu?" tanya Pak Iwan saat sudah berada di belakang kemudi. Sedangkan Angkasa yang sibuk memasang sabuk pengamannya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi menggelengkan kepala.
"Langsung pulang saja, Pak." Tangannya merogoh kantong celana dan memeriksa ponsel yang sedari tadi dimatikan.
Pak Iwan yang mendengar jawaban atasannya hanya bisa mengangguk patuh dan segera menghidupkan mobilnya. "Bapak bisa tidur nanti kalau sudah sampai saya bangunkan," tawar Pak Iwan lagi saat melihat wajah lelah Angkasa.
Pak Iwan begitu menghargai Angkasa sebagai atasan karena pria itu salah satu orang yang selalu peduli dengan orang lain. Tidak memandang jika dia seorang sopir atau apa pun itu terbukti jika sedang bersama dirinya, Angkasa sendiri tak mau duduk di bangku belakang dan selalu duduk di depan.
"Bangunkan saya, ya, Pak."
"Baik."
Empat hari menginjakkan kaki di kota yang mempunyai julukan Paris of East Java membuat Angkasa yang mempunyai tugas dalam pengelolaan perusahaan benar-benar lelah. Atasannya memberikan dirinya mandat untuk memulai semuanya tanpa terkecuali.
Venus Foods, perusahaan yang berjalan di bidang makanan dan minuman ingin bekerja sama dengan petani lokal Malang untuk memproduksi sari apel dalam jumlah besar. Tak hanya perusahaan yang diuntungkan karena mempunyai ide yang baru, petani lokal pun bisa disejahterakan.
Ponselnya bergetar membuat Angkasa yang bangun dari tidur ayam-ayamnya. Matanya menyipit saat melihat siapa yang berani menelepon.
'Della Calling'
Hanya gumaman yang Angkasa berikan sebagai kata pembuka jujur ia sangat terganggu, ia hanya ingin tertidur sebentar saja.
"Mas? Kamu sudah landing, kok tidak langsung hubungi aku?" cecar perempuan di seberang sana membuat Angkasa sedikit jengah.
"Aku ada rencana hubungi kamu kalau sudah sampai rumah."
"Kamu sekarang sudah sampai mana?"
"Masih di jalan. Nanti aku hubungi kamu lagi ya." Pemutusan sepihak oleh Angkasa membuatnya menghela napas kasar.
Pak Iwan yang mendengarkan atasannya sedikit mengumpat tak berani bersuara, kalau berhubungan dengan wanita memang susah. Apalagi kekasih Angkasa, ia tahu wanita itu. Wanita yang pernah datang ke kantor membawakan makan siang untuk atasannya. Tak sering memang, namun bisa membuat gosip bagi banyak karyawan.
"Pak Iwan, kita lebih baik singgah dulu saja, ya." Sambil menaruh kasar ponsel di pahanya.
"Siap laksanakan, Pak." Mobilnya yang sudah keluar dari jalan tol mencari kafe atau restoran terdekat untuk mendinginkan kepala sang atasan.
**
"Pak, bagaimana keadaan istri dan anak-anak?" Sambil menghisap rokoknya, Angkasa menatap pria yang duduk di hadapannya sedang menyeruput kopi.
"Mereka alhamdulillah baik, yang kecil tahun ini sudah kelas lima sekolah dasar," jawab Pak Iwan.
Angkasa hanya mengangguk-angguk.
Banyak sedikit Pak Iwan bercerita tentang kehidupan keluarganya, yang dulunya ia sopir salah satu perusahaan terbesar di Jakarta tapi tidak mendapat hak yang memuaskan dan akhirnya pemutusan sepihak. Menjalani hidup menjadi sopir ojek online dengan bermodal motor yang mendapatkan penghasilan tak menentu membuat Pak Iwan mencoba melamar pada perusahaan Venus Foods dan alhasil kesabaran Pak Iwan membuahkan hasil.
"Bapak sudah tahu belum kalau perusahaan ada beasiswa untuk anak pegawai yang mendapat peringkat satu sampai tiga?" tanya Angkasa.
"Saya belum tahu, Pak."
"Coba ajukan saja Pak, nanti saya bantu untuk teruskan ke bagian kepegawaian. Sayang kalau anak Pak Iwan dapat peringkat tapi dibiarkan begitu saja." Pengajuan yang Angkasa berikan membuat Pak Iwan bersyukur, selama satu tahun ia bekerja ia baru tahu jika ada sistem itu di perusahaan.
Ponselnya kembali bergetar, tanpa berlama-lama ia segera mengangkatnya. "Assalamualaikum. Iya, Ma?"
"Kasa bentar lagi sampai rumah kok." Isapan terakhir pada rokoknya dan mematikannya di asbak yang tersedia.
/0/3167/coverorgin.jpg?v=99cc4be5d9de89c59e01c8e155e09a4e&imageMogr2/format/webp)
/0/19583/coverorgin.jpg?v=dbcc1ce290daebd393b9182962021d9a&imageMogr2/format/webp)
/0/21521/coverorgin.jpg?v=949f724aa518bedbacb3226a7a839c89&imageMogr2/format/webp)
/0/24099/coverorgin.jpg?v=22c038b8c540e8cbf59344c4ef218c27&imageMogr2/format/webp)
/0/8218/coverorgin.jpg?v=a1e730afee2586a52e7da4340c5ede83&imageMogr2/format/webp)
/0/19699/coverorgin.jpg?v=f8efd735c8de73983164f8f3577705c4&imageMogr2/format/webp)
/0/2038/coverorgin.jpg?v=3388d8453f2b7ec6b57ba2e660d156bc&imageMogr2/format/webp)
/0/29185/coverorgin.jpg?v=59a2b5fdb7f35c0ed2bbca05483bade8&imageMogr2/format/webp)
/0/16255/coverorgin.jpg?v=25372ed2ca594478ba4aa69c117056da&imageMogr2/format/webp)
/0/3425/coverorgin.jpg?v=931db14174065e64c293c717cd29590a&imageMogr2/format/webp)
/0/6712/coverorgin.jpg?v=3fb629fc7a1968833dcabd9ab1f978ec&imageMogr2/format/webp)
/0/15485/coverorgin.jpg?v=a5fc7a9de81abc48fe45f05598ca6529&imageMogr2/format/webp)
/0/20629/coverorgin.jpg?v=9f0a8b2a295024b0e26541ad081bd550&imageMogr2/format/webp)
/0/23569/coverorgin.jpg?v=30c7579260f34e7ba9b4b47dc6d84016&imageMogr2/format/webp)
/0/25599/coverorgin.jpg?v=0de0676918bfea4397f39b8a4acbc3dd&imageMogr2/format/webp)
/0/24056/coverorgin.jpg?v=48457769f8c29c9d02a2cb0194e4f94a&imageMogr2/format/webp)
/0/16614/coverorgin.jpg?v=22b065b3fd196a5d0aa4598fce04feab&imageMogr2/format/webp)
/0/18578/coverorgin.jpg?v=1d75a4021b9599dff84e49147e1fe399&imageMogr2/format/webp)
/0/2928/coverorgin.jpg?v=d643c74843fcfa633fe5845912d16dcb&imageMogr2/format/webp)
/0/2551/coverorgin.jpg?v=800b663abaa3cb1417e3481b9de31f03&imageMogr2/format/webp)