Cinta yang Tersulut Kembali
Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Meski Kirani Handaru sudah memiliki pacar, dia diharuskan menikah dengan pria lain.
Dia memilih kabur dari pernikahannya sendiri, berharap pacarnya akan membawanya pergi.
Namun, apa yang dia temukan selanjutnya akan terukir selamanya dalam ingatannya ....
Mengintip melalui pintu kamar yang sedikit terbuka, dia melihat seorang wanita tanpa pakaian, duduk di atas seorang pria, bergerak naik turun penuh semangat.
"Ngh ... Julianto, katakan padaku, apakah kamu mencintaiku atau Kirani?"
Dengan napas pendek, Julianto Suratman berkata, "Sayang, bagaimana kamu bisa membandingkan dirimu dengan dia? Aku pasti sudah meninggalkannya sejak lama jika aku tidak begitu khawatir reputasiku akan hancur."
Senyuman yang menghiasi wajah wanita itu melebar. "Tidak perlu khawatir. Begitu dia menikah dengan pria tak berguna itu malam ini, tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk bersama."
Mata mereka terkunci dalam tatapan lembut, lalu mereka saling berpelukan ....
Wajah Kirani memucat. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya.
Pacarnya ada di ranjang meniduri adiknya!
"Brak!"
Pasangan yang sedang melakukan kegiatan ranjang itu terkejut.
Sebelum Julianto sempat menyadari apa yang terjadi, sebuah vas menghantam kepalanya.
Jamila Handaru menjerit dan menerjang untuk menghadapi Kirani. "Apa kamu sudah tidak waras?! Sudah sejak lama Julianto kehilangan minat denganmu, dan satu-satunya alasan dia tidak meninggalkanmu adalah karena rasa tanggung jawabnya! Beraninya kamu menyakitinya!"
"Urusan antara aku dan dia, kamu tidak berhak campur mulut!" balas Kirani dengan dorongan dingin dan menoleh ke arah Julianto. "Aku perlu mendengarnya dari mulutmu sendiri, Julianto. Apa kamu sudah lama bersama dengan Jamila di belakangku?"
Julianto tidak sanggup bertemu tatapannya. "Maaf, Kirani."
Jantung Kirani rasanya seperti terkoyak, rasa sakitnya begitu luar biasa hingga dia kesulitan bernapas.
Tangannya mengepal erat, kukunya menancap di telapak tangannya. "Julianto, bagaimana kamu bisa mengkhianatiku seperti ini? Apakah kamu tidak ingat siapa yang telah menafkahimu selama tiga tahun? Aku yang menemanimu saat kamu tinggal di ruang bawah tanah itu sampai kamu membeli rumah sendiri!" teriak Kirani.
Merasa bersalah, Julianto mengalihkan pandangannya, menutupi kepalanya, dan tetap diam.
Jamila tertawa mengejek. "Kamu benar-benar berpikir dia akan merangkak kembali padamu setelah mendengar itu?"
Kirani tersenyum dengan tenang. "Untuk apa aku menginginkan dia kembali padaku? Dia hanyalah seorang pria tak berguna yang bergantung pada wanita untuk hidup. Aku seharusnya berterima kasih padamu karena telah membawanya bersamamu."
Komentar ini membuat marah Jamila.
Apakah Kirani menyindir bahwa dia ditakdirkan bersama seorang pria tak berguna?
Merasa marah, Jamila menggertakkan gigi. "Kamu akan menyesali ini, Ibu pasti sudah menyadari bahwa kamu tidak hadir di pernikahan itu."
Ekspresi Kirani berubah.
Sejak awal, dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini.
Pria itu ingin menikahi Jamila, putri asli Keluarga Handaru. Sebaliknya, Kirani hanyalah anak angkat yang dibawa ke Keluarga Handaru bersama ibunya.
Sore tadi, Mayang Hanafi, ibu Jamila, mengundangnya untuk minum teh. Setelah satu cangkir, Kirani jatuh pingsan.
Saat terbangun, dia mendapati dirinya mengenakan gaun pengantin, duduk di kamar yang didekorasi untuk malam pertama.
Mayang memberitahunya melalui pintu bahwa dia akan menikah menggantikan Jamila, menepati janji pernikahan yang dibuat oleh kedua keluarga.
Tentu saja Kirani menolak.