/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
Liana menatap layar ponselnya yang gelap, menunggu pesan balasan yang tak kunjung datang. Uang sewa kost sudah jatuh tempo dua hari yang lalu, dan dia tahu, tak akan ada banyak waktu lagi. Wajah-wajah pemilik kost yang sering menghardiknya muncul dalam ingatannya. "Sudah berapa lama kamu tidak bayar?" kalimat itu masih terngiang jelas, menyiksa hatinya.
Di dunia yang serba cepat ini, setiap hari adalah perjuangan, dan Liana sudah lelah. Berpindah-pindah tempat tinggal adalah rutinitas yang tak terhindarkan, seperti sebuah takdir yang selalu membuntutinya. Dia harus bertahan hidup, dan itu berarti mencari cara untuk menyelesaikan masalah sewa yang tak terbayar.
"Aku harus bisa bertahan," gumamnya pelan, berusaha menenangkan diri. Tangannya meraih tas kecil di samping tempat tidurnya. Hanya beberapa lembar pakaian dan barang-barang pribadi yang dia bawa ke tempat ini. Sebuah perjalanan yang tak berujung-selalu berpindah, tak pernah memiliki tempat yang benar-benar bisa disebut rumah.
Pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan uang, akan dia ambil. Mulai dari menjadi pelayan restoran hingga pekerjaan paruh waktu di kedai kopi, semuanya sudah pernah dijalani. Bahkan, dia terpaksa menjadi pacar kontrak untuk pria-pria kesepian yang menawarkan uang hanya untuk menemani mereka makan malam atau pergi ke acara sosial.
"Tidak ada yang peduli, Liana. Hanya uang yang penting," pikirnya. Di kota besar ini, hanya ada satu aturan: bertahan atau tersingkir. Dan dia sudah terbiasa dengan kenyataan itu.
Hari itu, Liana merasa lelah sekali. Matahari yang terik dan jalanan kota yang penuh hiruk-pikuk membuatnya semakin merasa kecil. Dengan langkah pelan, ia menuju kedai kopi tempatnya bekerja, namun ada sesuatu yang menghalangi langkahnya. Di depan kost yang selama ini dia tempati, sebuah mobil hitam yang tampak mewah berhenti. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria dengan penampilan rapi melangkah keluar.
Pria itu menatapnya sekilas, lalu berjalan menuju pintu kost. Liana sempat terpaku, mengenali pria tersebut. Arsen, pemilik kost yang tinggal di lantai paling atas-seorang pria yang dikenal tegas dan tidak banyak bicara. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Mungkin hanya perasaan Liana, atau mungkin memang ada sesuatu yang tak bisa dia jelaskan.
"Kenapa dia ke sini?" Liana bergumam, matanya mengikuti langkah pria itu.
/0/23732/coverorgin.jpg?v=9273c212b5de2597b1cb55648ffc2de4&imageMogr2/format/webp)
/0/3272/coverorgin.jpg?v=08468a21c0b5f1dd7299039659a6d360&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)
/0/15354/coverorgin.jpg?v=fa7c8d8927136358c9a53970c3f123b1&imageMogr2/format/webp)
/0/29178/coverorgin.jpg?v=067369df73f8b100414d9a2adbefb281&imageMogr2/format/webp)
/0/14765/coverorgin.jpg?v=84b76702f825b61d5ca17c64a8890aeb&imageMogr2/format/webp)
/0/5633/coverorgin.jpg?v=473528e6affb2aefc9d4b35de866c49e&imageMogr2/format/webp)
/0/12752/coverorgin.jpg?v=74ae9140d44aa5de5990c253982efd58&imageMogr2/format/webp)
/0/15868/coverorgin.jpg?v=20250123121050&imageMogr2/format/webp)
/0/27821/coverorgin.jpg?v=8a5b42e2d6b7ece62f84b9293886a386&imageMogr2/format/webp)
/0/6325/coverorgin.jpg?v=59adab372573acd5d2c02473d9ea50ba&imageMogr2/format/webp)
/0/23723/coverorgin.jpg?v=20250526182732&imageMogr2/format/webp)
/0/28803/coverorgin.jpg?v=cab87dccf8c2ff24e3c01ccd2cd8fe1c&imageMogr2/format/webp)
/0/16503/coverorgin.jpg?v=0a6f06fe1619a44b1ef011902c6cc2eb&imageMogr2/format/webp)
/0/3991/coverorgin.jpg?v=2fe29de58c1029ded59c1e845840a17f&imageMogr2/format/webp)
/0/7138/coverorgin.jpg?v=7d99e7640c290181766b689af88a8724&imageMogr2/format/webp)
/0/19941/coverorgin.jpg?v=66dd937413c31dce02d326289546be7f&imageMogr2/format/webp)
/0/21574/coverorgin.jpg?v=260e08441a1198d9cd3c993822272973&imageMogr2/format/webp)
/0/4194/coverorgin.jpg?v=20250121182252&imageMogr2/format/webp)