Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menjadi Tahanan Mafia

Menjadi Tahanan Mafia

Ivory Valaine

5.0
Komentar
4.6K
Penayangan
113
Bab

Sebuah salah paham terjadi di antara dua kelompok mafia. Demora Salvatrucha menuduh pemimpin Salvador yang membunuh ayahnya. Pembalasan pun terjadi dengan berpura-pura menjadi seorang wanita lemah. Demora hanya ingin menjadi pengganti yang bisa membalaskan dendam ayahnya. Namun, aksinya itu tidak bisa berjalan lancar. Berpura-pura menjadi sosok wanita lemah bernama Erica, Demora pun tenggelam dalam permainannya sendiri. Akankah Demora kembali menjadi dirinya sendiri atau justru dia akan terus menjadi sosok Erica? Berhasilkah aksi balas dendamnya pada pemimpin Salvador di tengah rasa cinta yang tumbuh dalam dirinya?

Bab 1 1. Kisah Hujan di Pegunungan

Awan gelap seperti tinta, dan hujan deras seperti sungai yang mengalir mundur, mengaburkan semua pemandangan di pegunungan.

Di kawasan Carolina, ada Mansion yang megah dengan lampu bergoyang, dan suara keras terdengar.

"Kakak, apakah kau sudah bangun?" tanya seorang wanita dengan pakaian berbahan latex.

"Hah, sebaiknya dia tidak bangun! " sahut seorang pria dari belakang.

" Apa kau tidak takut berkata seperti itu?!"

"Oh, sepertinya perkataanku masih kurang jelas."

"Seorang pembunuh, sama seperti ibunya yang lahir sebagai gadis iblis ... ."

Ceklek ! Pintu itu terbuka dengan cepat.

Sebuah tamparan keras di wajah wanita yang mengutuk, wanita itu mencengkeram separuh hidungnya yang bengkok, dia tercengang, dan setelah beberapa saat dia sadar kembali.

"Kamu benar-benar... berani mem -?!"

Tatapan matanya membulat melihat wanita lain sudah berdiri di depannya. Surai panjangnya terikat rapi ke atas, warna mata biru itu terlihat sangat tajam saat menatap kea rah kedua orang yang sudah membangunkan tidurnya.

Dia adalah Demora Salvatrucha, wanita berusia 30 tahun dengan tinggi 175 cm. Memiliki iris biru seperti laut, dan paras yang cantik bak dewi dari Yunani. Demora terlihat memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia masih memijat pelipisnya dengan berjalan tanpa berkata apapun pada mereka.

"Kakak! Maafkan aku!" ucap wanita yang baru saja mendapatkan tamparan dari Demora.

"Rui! Aku akan membunuhmu! Aku akan berselisih denganmu mulai hari ini! Jangan hentikan aku, biarkan aku membunuh jalang kecil ini ... ." Demora terlihat menggoda wanita itu.

Para pelayah di sebelah satu sama lain buru-buru berkumpul untuk menarik tirai yang masih tertutup, dan membersihkan kamar milik Demora.

"Demora, Papa sedang mengalami masalah." Pemberitahuan itu adalah satu tanda untuk Demora bertindak. Wanita itu kini bersiap untuk bertemu dengan pemimpin di sana.

"Semuanya, tunggu sampai aku kembali, dan kalian sendiri yang bertanggung jawab atas kekacauan ini."

"Ya, ya, kau tahu Kakak , Papa selalu memihak padanya."

Rui menutup telinga dengan tangannya, bangkit dari futon, dan menyeret tubuh lembutnya ke luar kamar yang bukan miliknya.

Duduk sendirian di bawah atap yang menetes, dia melihat sosok yang terpantul di genangan air oleh cahaya api.

Pria itu diam-diam menatap wanita di dalam air.

Penampilan tubuh ini hampir sama dengan kehidupan sebelumnya, kecuali bahwa ada tanda cinnabar berbentuk bunga prem di dahi, dan tanda ini adalah ciri khas milik mendiang istrinya yang pernah menjadi seorang murid di Tibet.

Meskipun dia terlihat sama, dia memang bukan orang yang ada di dalam masalalunya. Mara Salvatrucha menyeret pipinya dan melihatnya sebentar, perlahan berpikir. Padahal, dia sudah lama terjaga, hanya karena tidak jelas di awal, dia berpura-pura lesu.

Demora tersenyum melihat pria itu berpura-pura. Tangannya mulai menyentuh bahu pria itu dan memeluknya dari belakang.

"Papa, apa yang terjadi?" tanya Demora.

"Tidak ada ... kau hanya perlu fokus pada perusahaan dan bisnis yang sudah berada di tanganmu."

"Papa, kau sungguh tidak pandai berbohong. Apa aku harus menjabarkan masalah yang kau alami sendiri?" Demora nampak memaksa ayah-nya untuk memperjelas masalah yang sedang dihadapi.

Kemudian Mara mencium punggung tangan putrinya. Menyuruh sang putri untuk duduk di sampingnya. Sebuah cerita terungkap, dan Demora harus ikut campur tangan di dalam masalah itu. Namun, Mara tidak mengizinkan anaknya untuk ikut andil dalam masalah yang sedang berlangsung. Karena ancaman nyawa bisa saja terjadi, Mara tidak siap jika harus kehilangan sang putri setelah istrinya sendiri yang menjadi tameng saat perselisihan wilayah.

North Carolina, Amerika Serikat. Sebuah wilayah yang dikelilingi oleh pegungan, dan juga menjadi wilayah yang sangat sejuk saat sore menjelang. Area itu memiliki curah hujan yang cukup untuk membuat penghuni Mansion sangat bertahan di dalam.

Meskipun Mara sangat sedih, karena hanya ada satu anak perempuan di keluarganya, dia hanya bisa membuang kesedihannya dan menanggung beban melebarkan wilayah juga bisnisnya.

Mara masih ingat bahwa itu adalah malam yang sangat hujan sebelum istrinya meninggal. Dia berlutut di kabin tempat peti mati diparkir dan membakar uang kertas. Tiba-tiba pintu kabin terbuka, dan angin dan hujan beterbangan dari luar, dan kabut sosok itu memegang pedang ramping. Datang dari malam yang luas. Hingga tanpa dia ketahui, sang istri sudah berdiri di depannya menghalangi pedang itu menusuk jantung berharganya.

Sebelum Mara bisa melihat dengan tepat seperti apa pria itu, dia merasakan hawa dingin di dadanya, dan sebuah pedang tajam lewat. Melepaskan tubuh lemah itu terjatuh ke dalam pelukan.

Saat istrinya meninggal, dia mendengar desahan rendah,"Aku di sini untuk menjemputmu."

...

"Papa, kenapa kau melamun?" tanya Demora sembari membelai tangan Mara yang memiliki bulu halus.

"Tidak ... esok aku akan pergi menuju ke California. Kau harus bisa bekerja sama dengan orang dari Sisilia. Mereka akan menjadikan Salvatrucha semakin kuat. Dan juga ... hubungi seseorang yang berada di Kanada. Dia akan membantumu untuk berkembang," jelas Mara.

Mara memikirkan tempat ini menjadi semakin tertekan, dia mengambil batu kecil dan memukul genangan air di samping kakinya. Dalam sekejap, air memercik ke mana-mana, dan pantulan di air juga pecah. Ketika riak menghilang, butuh waktu lama untuk memulai kembali siluet yang terkumpul.

Mungkin karena entah bagaimana dia juga seorang ayah, jadi kali ini melalui informasi, Mara tidak terkejut, setelah tenang, dia mulai mengingat plot aslinya.

Setelah waktu yang lama, yang dapat diingat Mara sekarang adalah dia mengenakan setelan jas yang rapi, seperti seoseorang yang akan menghadiri satu pertemuan.

Mara berdiri, lalu memeluk putrinya untuk beberapa saat. Dia kembali melepaskan tubuh putrinya dan berjalan ke luar menuju ke mobil hitam yang sudah siap membawanya pergi ke California.

"Papa, kau mengatakan esok, kenapa kau terburu-buru untuk berangkat sekarang?" tanya Demora.

"Aku akan berangkat esok ke California, tetapi hari ini aku harus berada di New York untuk bisnis lainnya." Mara sangat pandai dalam beralasan.

Demora melepaskan kepergian ayah-nya dengan dada yang terasa sesak, perasaan apa yang saat ini tengah dirasakan? Membuat Demora tidak bisa tenang melihat kepergian Mara.

"Papa."

Awalnya, ketika Demora pertama kali menemukan bahwa Mara mengenakan jas, Demora masih ingin menunggu dan mengamati terlebih dahulu.

Setelah menutup matanya dan menunggu beberapa saat, dia mendengar suara ledakan dari bagian belakang Mansion. Kehidupan Demora baru saja mengalami kesedihan karena kehilangan ibu-nya. Dia menganggap hidupnya sebagai mesin, dan ibunya sangat mencintainya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bangkit dan mengikuti Mara.

"Nona, jangan pergi! Seseorang meledakkan gudang belakang." Seorang wanita ber-penampilan seperti ninja muncul di hadapan Demora.

Demora melupakan masalah Mara untuk sejenak, dan berlari menuju ke gudang belakang. Di sana adalah tempat senjata disimpan, ledakan itu akibat seorang pesuruh yang ceroboh.

Hujan semakin lebat, Demora memilih untuk duduk di dekat perapian sembari menatap layar 7inci di tangannya. Dia melihat berita penurunan harga saham yang dialami beberapa perusahaan, tetapi hal itu tidak berpengaruh pada perusahaan miliknya. Lalu, Demora melihat beberapa berita lainnya yang mengungkap jika ada permainan gelap yang dilakukan beberapa investor legal.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ivory Valaine

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku