/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
"Ough!"
Tubuhnya menyatu sempurna di bawah sana bersama dengan wanita yang tidak ia kenal. Sama-sama dalam keadaan mabuk, Rejandra Christian Darius menyetubuhi perempuan cantik bernama Arawinda Divya Jovanka.
Dalam permainan yang mematikan dan ganas itu, tubuh Divya dihentak keras oleh Darius. Betapa nikmatnya ia rasakan.
"Oh my God! You look so amazing, Baby!" raung Darius-sapaan lelaki berusia dua puluh sembilan tahun yang terus menghentak keras tubuhnya di bawah sana.
"Stop it! Oughh ...." Divya mengerang keras. Tubuhnya seperti tersengat listrik sebab permainan yang semakin menggila oleh lelaki itu.
"Never stop, Baby. Kamu nikmat sekali. Aku ingin bermain lagi dan lagi denganmu, Sayang."
Darius semakin menggila. Tubuhnya sangat hebat mendorong di bawah sana. Sampai tidak peduli dengan erangan dan jeritan yang keluar dari mulut Divya.
Hingga satu jam berlalu. Keduanya sudah sama-sama lemas. Sampai akhirnya Darius pun menumpahkan semua lahar putihnya di bawah sana.
Lalu terbaring tak sadarkan diri di samping Divya sebab teler yang masih ia rasakan. Pun dengan perempuan itu. Keduanya sama-sama tidak sadarkan diri dan tertidur dalam keadaan tidak mengenakan apa pun.
Di pagi harinya. Jam sudah menunjuk di angka sembilan pagi. Divya membuka matanya dengan rasa pengar dan tubuh yang rontok ia rasakan.
Kemudian menolehkan matanya ke kanan dan kiri. "Aaw!" keluhnya pelan sembari memegangi pundaknya yang terasa pegal.
Tangan kekar merayap di tubuhnya membuat Divya tersentak kaget. "Aaaaaa!!" teriaknya kala melihat sosok laki-laki asing tidur di sampingnya.
"Siapa kamu?" teriaknya lagi kemudian melihat tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Darius membuka matanya lalu menguceknya pelan. "Heuh? Di mana ini?" tanyanya dengan suara seraknya.
Ia lalu menoleh ke samping dan mengerutkan keningnya. "Oh! Kamu, yang udah disewa Anton buat nemenin saya di sini? Sorry! Semalam saya mabuk dan belum kasih kamu tip."
"Hah? Gila kamu! Saya tidak pernah jual diri!" teriaknya kembali.
Darius terkekeh pelan. "Kenapa, setelah saya pakai malah bicara seperti itu?"
"Intinya kamu salah orang. Saya tidak pernah jual diri dan saya tidak berniat melakukan itu."
"Kalau begitu, kenapa kamu ada di sini, hem? Jangan mengelak lagi. Tunggu di sini, saya mau mandi dulu."
Darius beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah gontainya sebab rasa mabuk masih menyuat dalam dirinya.
Divya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan. "Nggak. Nggak mungkin. Aku gak pernah berniat melakukan itu meskipun aku memang kesepian. Tapi, kenapa aku dan dia ...."
Divya melihat lagi tubuhnya yang belum mengenakan apa pun itu. Lalu merasakan tubuhnya yang rontok akibat pergumulan yang dilakukan olehnya semalam.
Ia masih mencerna kejadian ini. Mengapa ia dan Darius ada di dalam satu kamar dan tidur dalam keadaan tidak mengenakan apa pun.
"Haiissh! Semalam aku mabuk. Mana mungkin ingat kejadian itu," ucapnya dengan pelan.
Sepuluh menit kemudian. Darius keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Berapa, uang yang kamu butuhkan?" tanyanya sembari mengambil dompet di atas nakas.
"Sudah saya bilang, saya bukan pelayan lelaki!" ucapnya tegas. "Ini hanya kesalahpahaman. Mungkin kamu yang sudah menyeretku ke sini dan melakukan itu."
Darius terkekeh pelan. "Jelas-jelas semalam saya sewa perempuan untuk melayani saya. Dan itu kamu. Kenapa kamu menyangkal seperti ini, hm?"
"Karena saya tidak merasa jual diri. Saya punya pekerjaan yang lebih buat saya nyaman. Jadi, jangan pernah mengira saya pelayan laki-laki!"
Darius menghela napasnya. Ia kemudian menghubungi Anton-asistennya. Untuk menanyakan tentang perempuan yang masih menyangkal bila dirinya adalah bukan wanita panggilan.
"Selamat pagi, Pak. Anda masih di kamar club?" tanyanya kemudian.
"Sepertinya iya. Wanita ini, tidak mengaku kalau dia adalah wanita yang aku minta ke kamu, Anton."
"Hah? Kok bisa? Kamar nomor dua puluh, kan?"
Darius menaikan kedua alisnya kemudian mengambil kunci pintu dan melihat nomor yang tertera di sana.
"Nomor sembilan belas, Anton. Kamu ini gimana sih! Terus, wanita yang ada di kamar ini siapa?" tanyanya sembari melirik ke arah Divya.
/0/24408/coverorgin.jpg?v=d05ad4bc350342e28cb389d6cd17e89d&imageMogr2/format/webp)
/0/13727/coverorgin.jpg?v=63931026fcf47bd35d40898d9d5a648a&imageMogr2/format/webp)
/0/16124/coverorgin.jpg?v=4e9e8481ee9f7d17caf9aa2725bccc06&imageMogr2/format/webp)
/0/4844/coverorgin.jpg?v=ff65dd9a66e99ce43b5ccb282f790bea&imageMogr2/format/webp)
/0/17918/coverorgin.jpg?v=68777046bb6ec2e1fc3dd5a1ae78a71d&imageMogr2/format/webp)
/0/17508/coverorgin.jpg?v=e64dde265e4a25fd00a159da54faa650&imageMogr2/format/webp)
/0/6135/coverorgin.jpg?v=880681c6e14ba216f70f5cbecfad34c7&imageMogr2/format/webp)
/0/12079/coverorgin.jpg?v=ff24e78c415a5a5e988470e5765a18ec&imageMogr2/format/webp)
/0/20480/coverorgin.jpg?v=7c7b8129708782ea9a0782b7c54d26a7&imageMogr2/format/webp)
/0/16377/coverorgin.jpg?v=238b16ee91e65703d56b689b7e8063b6&imageMogr2/format/webp)
/0/4247/coverorgin.jpg?v=084a3a9b57319d8195e2577f605c01bc&imageMogr2/format/webp)
/0/21185/coverorgin.jpg?v=db296be72cfe9c1e3d7d22674e6c6342&imageMogr2/format/webp)
/0/3918/coverorgin.jpg?v=6ee18d2d69ca04af8880489ff5c952ca&imageMogr2/format/webp)
/0/6325/coverorgin.jpg?v=59adab372573acd5d2c02473d9ea50ba&imageMogr2/format/webp)
/0/13405/coverorgin.jpg?v=20250123145117&imageMogr2/format/webp)
/0/16282/coverorgin.jpg?v=ade96b2f1ab33a720bf3a2d58598601c&imageMogr2/format/webp)
/0/2522/coverorgin.jpg?v=c57f067db9703ace32e4ff367652c29f&imageMogr2/format/webp)
/0/2418/coverorgin.jpg?v=d07d4a44370ed4f0dec3d1118f21b7f9&imageMogr2/format/webp)