Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bocah lelaki itu berlari kecil menuju meja. Tanpa menghiraukan peluh yang bercucur, tangannya terulur untuk mengambil salah satu kue berwarna cerah yang tersaji di atas meja. Seorang perempuan muda segera menahan tangan bocah tersebut.
"Cuci tanganmu dulu, Axel. Setelah pulang sekolah, langsung mau makan kue, kotor banget pasti tuh tangan," tegur perempuan berparas jelita tersebut.
"Mom, kuemu pasti enak sekali. Aku ingin mencicip."
"Cuci tangan dulu baru makan kue. Ganti seragammu juga!"
Wajah Axel menunduk. Ia kemudian segera bergegas berdiri dari duduknya dan berlari menuju kamar.
***
"Mom terlalu cerewet, padahal aku ingin cepat-cepat makan kue. Kalau begini, aku tetap saja nggak bakal kebagian," keluh Axel dalam hati. Setelah berganti pakaian, bocah lelaki berusia tujuh tahun tersebut berjalan dengan wajah cemberut.
"Axel, kenapa, Sayang?" tanya seorang perempuan paruh baya yang berjalan menghampiri bocah itu.
Axel tetap saja berjalan tanpa menjawab. Ia kemudian duduk di kursi. Menopang pipi gembilnya dengan kedua tangan. Di depannya, meja yang tadi penuh kue kini telah kosong.
Mata Axel kemudian berbinar saat melihat sebuah tangan mengulurkan tiga potong kue padanya. Segera ia mengambil kue tersebut. Wajah bocah lelaki tersebut mendongak. Ia semakin ceria saat melihat ternyata perempuan muda tadi yang memberi dia kue.
"Makasih, Mom," tukasnya sambil kemudian melahap kue tersebut dengan cepat. Ia kemudian mengacungkan jempol dan memeluk perempuan yang berdiri tidak jauh darinya tersebut.
Saat Axel kembali sibuk melahap kuenya, wanita yang tadi segera menghampiri si perempuan muda.
"Axel sudah besar sekarang. Dia pasti membutuhkan ayahnya. Kapan kau akan menceritakan tentang dia, Liz?" tanya beliau. Si perempuan muda berambut panjang tersebut menggeleng.
"Dia tidak butuh ayahnya. Aku bisa membesarkan dia sendiri."
"Dia pasti membutuhkannya. Axel juga membutuhkan sosok laki-laki untuk menjadi pembimbing dia."
Perempuan muda bernama Liz tersebut tetap saja menggeleng. Ia bisa membesarkan Axel sendiri. Ia bisa menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak semata wayangnya tersebut.
"Jika kau tidak mau dengan ayah Axel, kau mungkin bisa mencoba dengan pria lain," ujar wanita di samping Liz tersebut lagi.
"Aku tidak membutuhkan pria. Axel sudah memiliki aku, dia tidak butuh orang lain, Bu Emma," sahut Liz dengan nada tegas.
***