"Kev ... Aku takut," lirih Valerie. Kepalanya tertunduk, bola matanya yang kecoklatan bergerak kiri kanan dengan gelisah.
"Takut apa? Kita kan udah pernah."
Valerie kembali menepis tangan Kevin yang hendak melepaskan kancing seragam sekolahnya.
"Justru itu," Valerie mendongak, menatap Kevin, cowok tampan yang sudah lima bulan ini menjadi pacarnya. "Aku takut hamil."
"Emang kalau sekali bisa hamil?" tanya Kevin dengan wajah polos.
Valerie mengangkat bahunya sekilas. "Mana kutahu."
"Tapi kamu nggak hamil, kan?"
"Ya enggaklah. Minggu lalu kan aku habis mens."
"Trus kenapa?"
"Emang kamu nggak takut? Waktu itu kita nggak pakai pengaman lho."
"Tapi kenyataannya kamu nggak hamil, kan?"
"Tetep aja, Kev. Ada kemungkinan aku hamil waktu itu."
Kevin berdecak kesal. Cowok tampan itu menyisir rambutnya dengan kelima jari, perasaannya sudah campur aduk tak karuan karna sejak tadi sudah menahan hasratnya pada Valerie yang cantik dan seksi itu.
Dengan sengaja Kevin mengajak Valerie ke rumahnya untuk mengulangi perbuatan mereka beberapa minggu yang lalu, karena rumah Kevin selalu sepi. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang tak mungkin berani ikut campur dengan urusannya.
Sudah ribuan kali dia membujuk Valerie untuk melakukannya lagi, namun gadis itu selalu menolak. Padahal Kevin belum bisa melupakan pengalaman pertama yang terus-menerus terbayang di kepalanya siang dan malam, membuat Kevin ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Wajar saja. Valerie takut.
Gadis itu takut hamil. Mereka sudah kelas dua belas sekarang. Beberapa bulan lagi, mereka berdua akan lulus sekolah. Valerie tak mau dia gagal lulus SMA hanya karna kebodohannya sendiri.
"Ya udah aku antar kamu pulang deh," gerutu Kevin seraya menyambar jaket yang tersampir di punggung kursi belajarnya.
Namun saat cowok itu membuka handle pintu, tiba-tiba saja terdengar suara hujan turun dengan lebatnya, disertai kilat yang menyambar-nyambar.
"Hujan ya?" Valerie membuka gorden di kamar Kevin, dan benar saja, di luar memang sedang hujan deras. "Gimana dong?"
Lagi-lagi Kevin berdecak kesal lalu melempar jaketnya ke lantai. "Tunggu aja dulu," ucapnya seraya duduk di tepian ranjang.
"Kamu marah?"
Cowok itu tak menjawab. Dari ekor matanya, dia bisa melihat Valerie sedang berdiri dengan gelisah di sampingnya.
Diam-diam Valerie ikut duduk di samping Kevin lalu mengusap lengan pacarnya dengan lembut. "Jangan marah dong," bujuknya.
Perlahan Kevin menoleh, menatap kedua mata Valerie dengan tatapan berkabut. Tatapan Kevin begitu melenakan, hingga tanpa Valerie sadari, Kevin sudah memiringkan wajahnya dan meraih bibir Valerie ke dalam ciuman yang dalam dan menuntut.
Tak butuh waktu lama untuk Valerie membalas ciuman Kevin yang penuh gairah itu. Saat ciuman mereka semakin dalam dan panas, Kevin mulai berani menelusupkan sebelah tangannya ke dalam kemaja putih Valerie yang sedikit ketat.
Gadis itu mendesah pelan saat Kevin meremas lembut gumpalan di dadanya. Setelah itu, tangan Kevin tiba-tiba sudah melepas tiga kancing teratas seragam yang menempel di tubuh Val, membuatnya terkesiap.
Namun sebelum gadis itu melayangkan protes padanya, Kevin kembali memagut bibir Valerie yang kemerahan dan sesual. Bibir yang selalu dikaguminya.
"Kev ...," desah Valerie hendak menghentikan tangan Kevin yang ingin meloloskan seragamnya.
Namun bukannya berhenti, Kevin justru membuka seragam Valerie hingga terlihat jelas di hadapannya, tubuh polos Valerie yang hanya mengenakan bra berwarna coklat muda yang seolah menyatu dengan warna kulitnya.
Kedua mata Kevin melahap pemandangan di hadapannya dengan tatapan berkabut. Miliknya sudah bereaksi keras sejak tadi, apalagi saat ia melihat tubuh Valerie ya sudah terbaring lemah di atas ranjang.
/0/19837/coverorgin.jpg?v=9e10676614b2ea940076979681313f22&imageMogr2/format/webp)
/0/5140/coverorgin.jpg?v=0b53d6a5308756f7f427f5663e5d32ca&imageMogr2/format/webp)
/0/10452/coverorgin.jpg?v=46722536165d01607f1d986a7f69f1bb&imageMogr2/format/webp)
/0/6224/coverorgin.jpg?v=df5b529a56bdf204d382eb960d492acc&imageMogr2/format/webp)
/0/14420/coverorgin.jpg?v=96ad3124502590fff46e33447aeb812f&imageMogr2/format/webp)
/0/4758/coverorgin.jpg?v=32255e702a0e7c7d4d4f30431dbc62f7&imageMogr2/format/webp)
/0/3445/coverorgin.jpg?v=65301042cde472e4db046a33b8ddc99d&imageMogr2/format/webp)
/0/2730/coverorgin.jpg?v=1e4a864a7bd0932a298738a067ff4eeb&imageMogr2/format/webp)
/0/13688/coverorgin.jpg?v=b2f3d3a2f9369a59b0487236b8aae475&imageMogr2/format/webp)
/0/13057/coverorgin.jpg?v=8798b677d1ec431ced455192172bd10d&imageMogr2/format/webp)
/0/3564/coverorgin.jpg?v=91a4d1f077ecb7b4ce88e29b82bcd911&imageMogr2/format/webp)
/0/2251/coverorgin.jpg?v=fbf918b01ec08d9205af32762af53568&imageMogr2/format/webp)
/0/4111/coverorgin.jpg?v=49c8a6f31c26fa66a2a354791239267b&imageMogr2/format/webp)
/0/3262/coverorgin.jpg?v=ba0d530e17081e7c2a621caef06923d2&imageMogr2/format/webp)