Pagi ini adalah hari pertama Ghaffar masuk kuliah di salah satu PTN ternama di Jakarta. Sudah sejak SMA dirinya menargetkan untuk bisa melanjutkan studi di Jakarta dan di PTN ini. Ghaffar berasal dari Semarang dan dari keluarga yang pas-pasan sehingga dia kuliah pun harus mencari alternatif kos yang murah agar tidak memberatkan orang tuanya.
Karena mempertimbangkan kondisi ekonominya, ia pun memutuskan untuk mencari kos di dekat kampus di daerah pogung. Ghaffar pun mendapatkan kos yang lumayan murah sekitar 3jutaan/tahun meskipun kondisi kos seadanya. Untuk membantu membiayai kuliahnya, dia harus mencari kerja sampingan selagi kuliah.
Pagi itu udara lumayan dingin di Jakarta, ketika dia keluar kos dan hendak ke kampus, matanya tertuju pada akhwat yang keluar dari rumah mewah di depannya. Berjilbab lebar se paha, dengan gamis hingga menyentuh tanah dan bercadar, tetap saja tidak mampu menyembunyikan mata indahnya yang dihimpit kain cadar hitam dan dinaungi kacamata yang menambah keindahan matanya yang juga terpoles eyeliner.
Dilihatnya seperti terburu-buru hendak menyalakan motornya, tapi ternyata tidak mau di starter sehingga akhwat itu harus menyalakan secara manual motor matic nya. Yah biasa lah perempuan, pasti tidak kuat kalau harus menggunakan standar tengah, sehingga dia terlihat seperti kelabakan karena juga diburu waktu. Akhirnya Ghaffar pun memberanikan diri untuk membantunya.
Ghaffar : Afwan ukhti... butuh bantuan?
Ketika Ghaffar bertanya, ia pun menatap Ghaffar sesaat kemudian menganggukkan kepala seraya agak mundur dari motornya. Terlihat ia pun sedikit menundukkan pandangannya berusaha menjaga pandangan dari ikhwan. Ghaffar pun segera tanggap dengan langsung membantu mengangkat motor untuk di standar tengah.
Tanpa sengaja tangan Ghaffar bersentuhan dengannya yang sontak membuat si akhwat segera menarik tangannya. Ghaffar sempat melihat kulit putih tangannya dengan kutek merah marun menghias indah kukunya yang dibalut manset hitam.
Ghaffar : Afwan ukhti... gak sengaja
Tanpa pikir panjang Ghaffar pun segera menggenjot stater kaki motornya dan langsung menyala. Sembari berterimakasih atas bantuan Ghaffar, Ghaffar pun tak bisa melepaskan kesempatan itu untuk berkenalan.
Ghaffar : Afwan ukhti... nama saya Ghaffar, kalau boleh tau nama ukhti siapa?
Aisyah : Nama ana Aisyah
Ghaffar : Ohh ukhti Aisyah ya... kuliah jurusan apa?
Aisyah : Arsitektur... kalau akhi sendiri?
Ghaffar : Wah ana di Teknik Fisika ukhti... buru-buru ya ukhti?
Aisyah : Iya... hari ini ada rekrutmen KMI (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas pagi ini banget, jadi harus buru-buru... akhi Ghaffar sendiri ngga ikutan daftar?
Ghaffar : Wah... baru tau... apa masih open requirement?
Aisyah : Iya akhi... langsung aja ke sekrenya... ana duluan ya akhi.. syukron... assalamualaikum
Kemudian Aisyah pun pergi dengan melepas senyum yang tersirat melalui matanya bak bidadari. Pagi ini pun kulewati dengan perasaan bahagia karena hari pertamaku kuliah bisa berkenalan dengan ukhti cantik.
Sorenya Ghaffar pulang dan segera melakukan aktifitas rutinnya yaitu jogging setelah tadi sempat mengikuti reqruitmen di KMI kampusnya. Ketika dia selesai mengikat sepatu, tatapan mata Ghaffar teralihkan dengan selembar kertas yang menempel di gerbang rumah Aisyah. Tertera bahwasannya dibutuhkan tenaga pembantu rumah. Tanpa pikir panjang Ghaffar langsung mengetuk pintu rumahnya.
Ghaffar : Assalamualaikum...
Terdengar sayup - sayup suara jawaban salam dari perempuan dari dalam rumah. Ketika dibuka pintunya, betapa kagetnya Ghaffar ketika melihat akhwat yang begitu cantik dengan kulit putih berjilab lebar sepaha dan gamis panjang membuka pintu gerbang.
Ghaffar : Afwan bu... benar ini buka lowongan kerja ya?
Bu Amira : Iya benar... gimana dek?
Ghaffar : Kalau boleh saya ingin bekerja disini bu
Bu Amira : Wah pas sekali... saya juga lagi butuh sesegera mungkin pembantu di rumah. Ohh iya nama adek siapa?
Ghaffar : Nama ana Ghaffar bu
Bu Amira : Ohh dek Ghaffar... saya biasa dipanggil Bu Amira... panggil umm juga boleh. Kira-kira besok sudah bisa mulai kerja kah?
Ghaffar : InshaaAllah bisa bu
Mata Ghaffar pun daritadi tidak bisa berhenti menjelajahi tubuh indah Ummu Amira yang tertutup rapi dengan jilbab lebar dan gamisnya. Kecantikan wajahnya yang begitu mirip Zaskia Adya Mecca pun menjadi poin utamanya. Ghaffar pun diberikan jobdesk pekerjaan yang harus dia kerjakan di rumahnya mulai besok dengan upah 800ribu/bulan.
Hari berikutnya, ketika Ghaffar pulang dari kuliahnya, ia segera mengerjakan job desk yang sudah diberikan oleh Ummu Amira. Ketika Ghaffar mengetuk pintu gerbang, maka dibuka oleh Aisyah dengan setelan cadar bandana hitam, jilbab biru navy dan gamis hitamnya.
Aisyah : Ohh akhi Ghaffar... kata ummi mulai kerja disini ya hari ini?
Ghaffar : Iya afwan ukhti... soalnya buat bantu-bantu biaya kuliah
Aisyah : MashaaAllah... yasudah nanti kalau butuh apa-apa panggil ana ya, ana mau benah-benah kamar dulu
Ghaffar : InshaaAllah ukhti
Kemudian Ghaffar segera melakukan jobdesk yang telah diberikan seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, menata taman, dll. Semua pekerjaan rumah ia lakukan. Ghaffar memang sudah terbiasa latihan fisik seperti jogging dll, sehingga pekerjaan seperti ini pun menjadi pengganti dari latihan hariannya.
Ketika tengah membersihkan ruang tamu, tiba-tiba terdengar seperti suara benda jatuh dan diiringi erangan Aisyah.
Aisyah : Akhh!! Innalilaah
Ghaffar pun bersegera menuju kamar Aisyah dan berhenti didepan pintu kamar Aisyah.
Ghaffar : Afwan ukhti... ukhti gak papa?
Aisyah yang mengetahui Ghaffar ada di depan kamarnya segera menyahut.
Aisyah : Iya akhi... gpp kok, ini tadi kepleset waktu bersih-bersih atas lemari jadi jatuh. Sambil
Aisyah menahan sakit dan mengelus bagian tubuhnya yang memar.
Ghaffar : Mau saya bantu ukhti?
Aisyah pun berfikir kalau dilanjutkan khawatir jatuh lagi tapi kalau minta Ghaffar untuk membantu, maka khawatir terjadi khalwat karena Aisyah belum pernah berdua dengan Ikhwan dalam satu kamar. Tapi sejenak kemudian Aisyah pun memantapkan diri untuk membolehkan Ghaffar membantunya.
Aisyah : Mmm... boleh deh, tapi tunggu sebentar akhi, ana pakai cadar dulu.
Kemudian selesai memakai cadar, Ghaffar pun masuk kamar yang dibukakan oleh Aisyah. Aisyah pun kemudian duduk di ranjangnya dengan cadar bandana hitam dan jilbab instan warna biru navy dan gamis hitamnya. Ghaffar sempat melirik kearah tangannya yang putih mulus bersih tanpa manset membuatnya berkhayal tentang tubuh Aisyah.
Aisyah duduk dengan posisi agak membusung dengan tangan kiri menyangga tubuhnya dan tangan kanan mengelus punggungnya. Tak ayal bongkahan bukit indah yang tertutup jilbab itu mulai menampakkan wujud aslinya. Begitu besar dan bulat membuat Ghaffar menelan ludah membayangkan kekenyalannya. Tanpa sadar kontol Ghaffar pun mulai tegang di balik sarungnya.
Aisyah : Itu tolong akhi di atas lemari yang itu. Sembari Aisyah menunjuk lemari yang dimaksud untuk dibersihkan dan di tata.
Ketika Ghaffar mulai menaiki kursi yang digunakan untuk pijakan, mau tidak mau Ghaffar pun harus menegakkan badan supaya bisa menjangkau bagian atas lemari. Sehingga kontol Ghaffar yang sudah tegang dan keras yang berukuran 25cm itu mengacung tajam bak tombak. Sarung yang menutupinya pun tak bisa membendung bentuk asli kontol Ghaffar.
Aisyah pun terperanjat dan terbelalak melihat pemandangan di depannya. Meskipun masih tertutup sarung, ia pun tahu bahwa ada sesuatu di dalamnya yang sudah tegang mengeras. Memang Aisyah menjaga diri dari perkara-perkara yang dilarang agama, tetapi bukan berarti Aisyah tidak pernah melihat kontol asli seperti apa. Sudah menjadi kewajaran diusia Aisyah untuk penasaran terhadap hal-hal berbau laki-laki. Sehingga ia juga pernah sekali-sekali menonton video porno di laptopnya.
Ghaffar yang mengetahui mata indah Aisyah tengah menatap kontol tegangnya berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya meskipun dia juga menikmati apa yang terjadi pada Aisyah. Kelihatannya Aisyah belum menyadari kalau Ghaffar pun sesekali mencuri pandang pada tingkah laku Aisyah. Aisyah tanpa sadar nafasnya mulai terengah-engah tanpa sedetikpun berkedip dari pemandangan di depannya.
Tangannya yang tadi mengelus punggung, kini beralih meraba-raba dan meremas buah dadanya. Ghaffar pun semakin menikmati pemandangan itu sehingga dia melambatkan pekerjaan membereskan lemari.Nafas Aisyah pun makin terdengar berat dan mulai terdengar desahan- desahan kecil. Ketika Ghaffar melirik, ternyata tangan kiri Aisyah mulai memainkan pangkal pahanya dengan tangan kirinya.
Sesekali Aisyah merem melek merasakan kenikmatan yang jarang dia rasakan. Aisyah pernah meraskan hal yang sama ketika menonton video porno di laptopnya. Tapi yang ini berbeda karena kontol yang biasa dia lihat di laptop, kini ada di depannya hanya tertutup sarung saja. Desakan birahi yang sudah mulai memasuki tubuh Aisyah pun tak bisa ia tutupi dengan pakaian syar'inya.
Ghaffar pun masih beringkah seakan dia tidak tahu apa yang dilakukan Aisyah. Merasa aman, Aisyah pun memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh meskipun di dalam hatinya berkecamuk antara larangan agama dan hawa nafsu yang menggoda.
Sering diamendengarkan kajian-kajian keislaman yang melarang ia berbuat hal itu, tapi birahi kuat yang menguasainya lebih ia pilih untuk dituruti. Akhirnya Aisyah pun menarik gamis hitamnya ke atas hingga pangkal paha, sehingga terlihat CD warna pink muda yang sudah mulai basah. Aisyah pun mulai memasukkan tangan kirinya ke dalam CD nya, ingin merasakan sensasi yang lebih.
Ghaffar sesekali melirik ke arah Aisyah yang kini menampilkan paha putih mulusnya tanpa cela yang hanya tertutup kaos kaki hitam sebetis. Bagian yang begitu dilindungi oleh akhwat, kini terpampang indah di hadapan Ghaffar.
Aisyah pun seperti sudah kehilangan kesadaran dan mulai menggesek-gesekkan jarinya di kemaluannya yang mulai membasahi celana dalamnya. Jilbab biru navynya pun mulai terlihat kusut karena remasan liar dari tangan kanannya dibarengi dengan desahan-desahan yang mulai keluar dari mulutnya.
Aksi Aisyah pun semakin liar dengan remasan dan permainan tangan kirinya memuaskan bagian bawah tubuhnya. Ghaffar pun semakin tak kuasa menahan birahi yang menerpa dirinya.
Ghaffar : Ehm... pengen banget kah ukhti?
Mendengar pertanyaan Ghaffar, sontak membuat Aisyah terperanjat dan langsung menghentikan permainannya. la segera merapikan semua pakaiannya dan menunduk malu. Aisyah pun tidak berani menatap Ghaffar. Ternyata selama ini dia melihat apa yang Aisyah lakukan.
Ghaffar pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan kontol yang masih tegak berdiri, ia segera turun dari kursi dan memberanikan diri duduk di ranjang di samping Aisyah. Aisyah sebenarnya ingin mencegah supaya Ghaffar tidak dekat-dekat dengannya, tapi sudah terlanjur basah ketahuan sehingga Aisyah pun hanya terdiam ketika Ghaffar duduk tepat disampingnya.
Ghaffar : Hemm.. gak papa kok ukhti... ana juga tau kalau akhwat juga manusia yang punya nafsu dan syahwat.
Ghaffar Berusaha menenangkan Aisyah supaya tidak merasa bersalah.
Ghaffar : Sebenarnya sejak daritadi ana juga nafsu melihat ukhti main kayak gitu. Nih lihat jadi tegang kan kontol ana
Aisyah sedikit menaikkan kepalanya sambil masih mencuri pandang ke arah kontol Ghaffar yang tegak menjulang didalam sarungnya. Begitu banyak rasa berkecamuk di dalam diri Aisyah, namun ia juga ingin sekali merasakan kontol asli seorang ikhwan.
Ghaffar : Ana janji gak akan cerita ke Ummu Amira. Kalau ukhti mau lanjut lagi pun ga masalah buat ana.
Aisyah : Beneran akhi? Ana malu banget
Ghaffar : Ga perlu malu ukhti... ana tau kok kalau seumuran kita memang sudah waktunya mengetahui hal-hal seperti ini.
Ghaffar pun memberanikan diri untuk merangkul pundak Aisyah. Aisyah pun terlihat seperti mengiyakan saja ketika tangan kiri Ghaffar merangkul pundak kiri Aisyah dan menariknya ke arahnya. Kemudian Ghaffar memberanikan diri untuk menarik tangan kanan Aisyah untuk memegang kontolnya.
Dalam diri Aisyah masih berkecamuk antara rasa bersalah dan birahi yang tak tertuntaskan. Kajian-kajian yang pernah ia ikuti tak mampu membendung hasrat birahinya untuk merasakan kontol laki-laki yang bukan mahramnya. Aisyah masih seperti menahan tangannya dari ajakan tangan Ghaffar.
Ghaffar : Gak papa kok ukhti... toh ga ada siapa-siapa
Mendengar hal itu, Aisyah pun terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menggenggam kontol yang selama ini hanya menjadi fantasinya.
Aisyah : Tapi ana malu akhi
Ghaffar : Malu sama siapa lho? Kan hanya ada ukhti sama ana. Toh ana juga pengen kok.. Sambil Ghaffar tertawa kecil.
Aisyah pun kini mulai meraba-raba kontol besar Ghaffar yang masih terbalut sarung. Ghaffar yang merasa mendapatkan sinyal hijau mulai memberanikan diri untuk berbuat lebih jauh. Kini dagu Aisyah ia pegang dan diarahkan ke arah wajahnya. Ghaffar pun mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Aisyah yang tertutup cadar.
Aisyah memejamkanmatanya pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian Ghaffar pun melahap bibir Aisyah dari balik cadarnya. Awalnya Aisyah hanya terdiam, tapi beberapa saat iapun mulai membalas ciuman dari Ghaffar. Cadar hitam yang membatasi bibir mereka pun mulai basah oleh liur birahi kedua anak adam itu. Ghaffar pun menghentikan ciumannya. Aisyah membuka matanya dan menatap Ghaffar dengan mata indahnya.
Ghaffar : Ana buka sedikit ya cadarnya ukhti? Biar enakan
Aisyah hanya menganggukkan kepala. Ghaffar pun terkejut melihat kecantikan bibir tipis merah Aisyah dengan kulit putih merona alaminya.
Ghaffar : Cantiknya ukhti ini. Puji Ghaffar tertegun melihat harta karun di balik cadar itu
Aisyah hanya tertunduk malu meski dalam hatinya ia merasa senang dengan pujian itu karena ini pertama kalinya ia dipuji kecantikannya oleh Ikhwan. Ghaffar langsung saja melumat ganas bibir Aisyah dan disambut dengan ciuman ganas juga oleh Aisyah. Lidah mereka pun saling menyeruak masuk ke mulut pasangannya seolah ingin menjelajahinya.
Tangan Aisyah pun makin mantab menggenggam kontol Ghaffar. Tangan kanan Ghaffar kini mulai meremas toket Aisyah dari dalam gamisnya. Terasa kenyal dan besar hingga tangan Ghaffar yang besar itu pun tak bisa mencakup semuanya. Ghaffar pun menghentikan ciumannya sejenak.
Ghaffar : Ukhti... boleh ana buka bajunya?
Aisyah yang tengah terbakar birahi pun mengiyakan.
Aisyah : Panggil ana Aisyah aja akhi... he'mh boleh
Ghaffar : Panggil ana Ghaffar saja Aisyah
Ghaffar pun mulai menarik resleting gamis hitam Aisyah sementara Aisyah menyibakkan jilbab besarnya ke pundaknya. Gamisnya di tarik hingga lepas semua ke lantai sehingga tinggal BH dan CD pink muda saja yang masih menempel di tubuh indahnya. Begitu putih mulus tanpa cela bak bidadari, yang paling menakjubkan ukuran toket nya yang berukuran 36F terlihat ingin tumpah dari BH nya.
Ghaffar : Wiihh mantab bener tubuh kamu Aisyah. Siapapun yang dapetin kamu pasti ikhwan paling beruntung di dunia.
Aisyah : Ihhh... jangan diliatin gitu dong Ghaffar... ana kan malu. Sambil tangan Aisyah mencoba menutupi tubuh indahnya.
Ghaffar : Tooh... ana jujur ini... kayak bidadari... ehh ana buka cadarnya ya?
Aisyah : Uuhh... masak sih? He'emh... boleh.
Ghaffar pun kemudian membuka cadar hitam yang menutupi wajah Aisyah kemudian melemparkannya entah kemana. Wajah putih indah Aisyah begitu mirip Angelica Fransisca. Membuat Ghaffar makin tak bisa menahan nafsunya.
Ghaffar : Duh... makin klepek - klepek nih ana lihat kecantikan Aisyah.
Aisyah : Uhhh... gantian dong Aisyah yang buka baju Ghaffar. Pintannya manja.
Kini Aisyah pun sudah mulai hilang rasa malunya dan tidak segan-segan untuk mengatakan maunya. Aisyah pun menarik kaos ku sehingga terpampang badan ku yang cukup six pack. Membuat Aisyah tak bisa melepaskan tatapan matanya dari bentuk badanku. Tangannya pun kini meraba perutku yang memang atletis. Warna tubuhku yang sawo matang begitu kontras dengan warna kulit putihnya.
Aisyah : Uhhh mas Ghaffar badannya bagus. Ana panggil mas Ghaffar boleh?
Ghaffar : Terserah Aisyah aja mau panggil apa dah.
Aisyah yang makin penasaran kini menarik turun sarung Ghaffar dan akhirnya terbebaskanlah kontol Ghaffar yang berukuran panjang 25cm dan diameter 5cm. Mata Aisyah terbelalak melihat ukuran kontol Ghaffar yang begitu besar dan berurat. Tidak seperti di video di laptopnya, kontol Ghaffar lebih besar dan panjang.
Aisyah : Ge... gede ba...nget maass... sembari Aisyah mengelus kontol Ghaffar dari ujung hingga pangkal
Ghaffar : Tapi Aisyah suka kan?
/0/17523/coverorgin.jpg?v=bbe91cc03ba2af8bd3dfa2ff8a7dac86&imageMogr2/format/webp)
/0/4354/coverorgin.jpg?v=20250121182515&imageMogr2/format/webp)
/0/4760/coverorgin.jpg?v=20250121182642&imageMogr2/format/webp)
/0/22397/coverorgin.jpg?v=20250402203614&imageMogr2/format/webp)
/0/26240/coverorgin.jpg?v=20250808183613&imageMogr2/format/webp)
/0/10813/coverorgin.jpg?v=20250122182855&imageMogr2/format/webp)
/0/13864/coverorgin.jpg?v=20250123145651&imageMogr2/format/webp)
/0/14040/coverorgin.jpg?v=20250123145746&imageMogr2/format/webp)
/0/22203/coverorgin.jpg?v=20250219192332&imageMogr2/format/webp)
/0/24649/coverorgin.jpg?v=20250624183004&imageMogr2/format/webp)
/0/28795/coverorgin.jpg?v=20251203182423&imageMogr2/format/webp)
/0/16375/coverorgin.jpg?v=20240705142955&imageMogr2/format/webp)
/0/2425/coverorgin.jpg?v=20250120162421&imageMogr2/format/webp)
/0/23062/coverorgin.jpg?v=20250702161559&imageMogr2/format/webp)
/0/16097/coverorgin.jpg?v=20240206184558&imageMogr2/format/webp)
/0/6261/coverorgin.jpg?v=20250120175142&imageMogr2/format/webp)
/0/14031/coverorgin.jpg?v=20250123145733&imageMogr2/format/webp)
/0/27970/coverorgin.jpg?v=20250926002942&imageMogr2/format/webp)
/0/6145/coverorgin.jpg?v=20241107000354&imageMogr2/format/webp)