Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jika semua orang berlomba untuk menjadi cantik, maka bagiku kencantikan itu sebuah kutukan.
Aku---Delisha Makara, seorang gadis cantik bagi orang lain dan semua orang yang dengan visualnya menarik memandangku secara fisik.
Jika, ada di sebuah keluarga anak tercantik menjadi sebuah anugerah yang disanjung oleh anggota keluarga dan menjadi mahkota dan emas di keluarganya, dan itu tidak terjadi padaku. Kecantikanku membawa kutukan bagiku. Aku dibenci keluargaku sendiri, hanya karena fisikku sempurna jika dilihat orang-orang padahal aku hanyalah gadis cacat yang penuh kekurangan kasih sayang.
Aku adalah anak yang lahir tanpa direncanakan. Papa dan Mama berencana hanya memiliki satu putri di kerajaan mereka dan aku hadir tanpa ada yang menunggunya. Saat aku sudah mengerti dengan keadaan sekitar, aku sadar bahwa perlakukan Mama dan Papa terhadapku dan Kak Geisha Sakara sangat berbeda. Kak Geisha sangat cerdas, dan banyak mempunyai bakat. Sedangkan aku ... aku hanya dipandang sebagai gadis pembawa sial yang tidak diinginkan sama sekali.
Aku sedang mengintip di balik jendela Mama dan Papa yang sedang bermain bersama adikku Meisha Nakara. Jika aku gadis yang tidak dinginkan maka kelahiran Meisha ke dunia sangat disambut baik oleh mereka.
"Papa ... Memei mau makan apel."
"Lisha ... ambil apel untuk adikmu. Cepat! Kupas kulitnya." teriak Mama. Terkadang teriakan ini aku abaikan, dan berpura-pura tidak mendengar tetapi Mama akan masuk ke kamarku dengan membanting pintu sekuat mungkin dan menjambak rambutku, dan membantingku berkali-kali ke lantai.
"Lisha!! Kamu dengar ... cepat!" aku yang memandang keluarga itu iri dan bergegas ke dapur sebelum rambutku botak karena dijambak bahkan ditampar.
Aku membuka kulkas dan mengambil tiga butir apel merah dan mulai mengupasnya.
"Kak Lisha ... pake mayonaise." teriak Meisha dari luar. Kebiasaan ia dimanja, Meisha jadi tidak sopan padaku dan jadi anak yang bossy. Sedangkan Geisha dengan sifat cuek dan sinisnya, tapi sekali berbicara mulutnya sangat tajam.
Aku yang sedang mengupas dengan terburu-buru, tanpa sengaja mengiris tanganku dan melihat ke bawah piring sudah ada beberapa gumpal darah di aple tersebut. Aku mencuci tanganku di sink dan kembali mengupas apel dengan cepat. Karena jika satu teriakan lagi dari Meisha maka giliran Mama masuk ke dalam dan memaki-maki aku.
"Lisha ... kenapa apelnya sampai ada darah! Nggak ikhlas kamu kerja? Baru juga segitu aja. Anak tak tahu terima kasih!" teriak Mama aku hanya meringis karena saat sadar, rambutku sudah ditarik kuat dan Mama menyeretku mendekat ke tembok.
"Anak sialan! Kenapa nggak mati aja? Kerja segitu aja nggak becus!" aku hanya meringis ketika berkali-kali Mama membenturkan kepalaku ke tembok.