Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Young Bitches
5.0
Komentar
151
Penayangan
5
Bab

Pernahkah kamu dikhianati oleh saudarimu sendiri? Selena, wanita 25 tahun baru saja melahirkan triplet baby, dan masih dalam masa sindrom pasca melahirkan atau baby blues, harus menemukan fakta bahwa suaminya telah berselingkuh dengan Hera, adik tirinya. Hera adalah mahasiswi semester akhir, selain menjadi parasit di hidup Selena atas biaya kuliahnya selama ini, rupanya adik tiri tersebut juga tidak segan untuk bermain api dengan Robby, suami Selena. Selena tidak ingin gegabah membongkar kedok bejat Hera dan Robby, dia harus memikirkan langkah terbaik demi hak-hak atas ketiga putrinya. Mampukah Selena bertahan dalam penghianatan? Apakah Selena terus berjuang sendirian hingga akhir? Simak terus kelanjutan ceritanya ya...

Bab 1 Kecurigaan Selena

Malam ini jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, Selena sedang menyusui ketiga putrinya bergiliran, dibantu Bik Minah yang memangkukan si bontot. Mereka berdua duduk di ruang tengah menghadap TV LED sebesar 32 inchi yang sedang menayangkan acara reality show, ajang pencarian jodoh.

CEKLEK!

Terdengar suara pintu depan terbuka. Sesosok gadis beralmamater biru tua tampak memasuki ruang tamu, Selena menoleh keasal suara, ia mengira itu adalah suaminya yang datang, tapi ternyata Hera, adik tirinya.

Hera adalah adik tirinya yang sangat gemar show up, dia selalu senang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya yang terbentuk dengan sempurna, dengan mengenakan pakaian serba ketat ke kampus, Selena sampai heran, dengan berpakaian serba ketat dan sesak seperti itu bukannya malah tidak nyaman jika dipakai kuliah. Namun berbeda dengan Selena, Hera adalah tipe cewek yang suka dan justru senang saat di jalan ada kerumunan cowok yang sengaja melakukan catcalling padanya.

Seperti halnya saat ini masih beruntung ada jas almameter yang membungkus kaos ketat yang dikenakan oleh Hera, yang mampu menyembunyikan lekuk tubuhnya, biasanya gadis itu hampir membuat bra nya tercetak jelas di permukaan kaos, sudah berulang kali Selena menegur adik tirinya itu, agar mengubah gaya berpakaiannya menjadi lebih sopan dan sesuai norma ketimuran, namun Hera selalu menganggapnya angin lalu, Selena khawatir jika sampai adiknya itu menjadi korban tindak kriminal dan kejahatan asusila lainnya, namun semakin Selena mengingatkan, semakin Hera menjadi-jadi, ia justru balik mengatai Selena yang hanya iri pada postur tubuhnya, dan memintanya untuk berhenti mencampuri urusan pribadinya.

"Baru pulang Her? Jam berapa ini? Jam kuliah kamu juga sudah berakhir dari jam lima tadi kan seharusnya?" tanya Selena dengan alis bertaut, sambil menepuk-nepuk bokong si bayi dengan lembut, agar tidak merasa terganggu oleh nada bicaranya saat menanyai Hera.

"Kak! Hera tuh, udah semester akhir, ya jadi wajarlah, kalau Hera banyak kegiatan di luar kampus, Hera kudu kejar SKS, kudu ikut Proker, pengajuan proposal KKN, banyak deh!" sahut Hera dengan nada sedikit ketus.

"Tapi Her," ucap Selena yang langsung dipotong oleh Hera.

"Udahlah Kak, Hera capek! Hera mau istirahat! Bik Minah tolong buatin susu cokelat ya, anter ke kamar," ucap Hera beruntun pada dua wanita di depannya.

"Bik Minah lagi bantuin Kakak, pegangin si kecil, kamu nggak lihat?! Kalau cuma bikin susu doank masa kamu nggak bisa nyiapin sendiri?" cegah Selena pada Bik Minah yang akan beranjak ke dapur dan masih menggendong Dira. Karena Dila dan Disa masih menyusu padanya.

"Udah deh Kak, jangan manja, itu bayi masih kecil, masih seminggu yang lalu lahir, ditaruh di sofa dekat kakak sini, juga nggak bakalan merangkak turun dan gelundung," ucap Hera kesal.

"Udah Bik, bikinin susu aku dulu, habis tuh pangku lagi si bayi," lanjut Hera sambil berjalan masuk menuju kamarnya.

Selena hanya menghela nafas berat, kelakuan Hera sama sekali tidak berubah, selalu menang sendiri dan tidak mau mendengarkan orang lain.

Ayah Selena menikah dengan Ibu Hera, tujuh tahun yang lalu, Selena sudah merasa jika Ibu tirinya itu menyimpan maksud tersembunyi karena mau dinikahi oleh ayahnya yang notabene jauh lebih tua dibanding ibu Hera.

Dan saat ayahnya di kampung sudah tidak kuat bekerja lagi sejak tiga tahun lalu, beban pendidikan Hera sekarang berpindah ke pundaknya. Bahkan Hera yang tidak mau tinggal indekost harus menumpang hidup di rumahnya.

Hal ini juga yang membuat perasaan Selena tidak tenang, Hera sering terlihat menempel-nempel manja pada suaminya, yah meskipun ia tahu Hera hanya dianggap adik kecil oleh Robby, tapi pria mana yang tidak merasa tergiur oleh keseksian tubuh seorang wanita, apalagi intensitas bertemu dan bergaul mereka cukup panjang selama di rumah. Pernah juga saat itu ia melihat suaminya sedang duduk di ruang tengah sambil mengerjakan pekerjaan kantornya melalui laptop, Hera tiba-tiba menyusul dan menidurkan kepalanya di pangkuan Robby seolah itu adalah hal yang wajar, dan jika malam nya Selena mengeluhkan hal tersebut ke Robby, Robby malah menertawakannya yang seolah terlihat sedang cemburu pada adiknya sendiri.

Selena masih mengamati Hera yang berlalu menuju kamarnya. Namun alisnya seketika mengernyit. Ia merasa aneh dengan cara jalan Hera yang sedikit berbeda dari biasanya yang trengginas ini berubah lamban dan penuh kehati-hatian.

"Her, kakimu kenapa? Kok jalan kamu kaya kesusahan gitu?" tanya Selena menyelidik.

Hera yang sudah mencapai pintu kamarnya menoleh, raut mukanya sedikit berubah, jika sejak datang tadi ekspresi wajahnya seolah kelelahan dan sedang kesal, kali ini berbeda, ada sedikit kegugupan di wajahnya.

"Tadi aku jatuh di kampus, kaki ku terkilir makanya jalannya kaya gini, soalnya sakit banget," jawab Hera sedikit menutupi rasa gugupnya.

"Ya udah kamu istirahat saja, nanti biar Bik Minah, pijitin kakimu," ucap Selena yang tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Hera.

"Ya," sahut Hera singkat dari balik kamarnya.

Selena tidak ambil pusing, ia sekarang meletakkan Disa di sofa dan gantian menyusui Dira, sedangkan Dila masih meminum asi dari sumbernya yang sebelah.

Sementara itu terdengar deru mesin mobil suaminya memasuki Garasi. Selena menoleh kearah jam dinding, jam menunjukkan pukul setengah sembilan lebih sedikit, biasanya jam kerja suaminya tidak sampai selarut ini dan sudah seminggu terakhir Robby pulang telat.

"Maaf sayang, Mas pulang telat lagi, biasalah ada kerjaan yang minta diselesaikan, Mas harus ngejar target sayang," ucap Robby mencium kening Selena dan buah hati mereka satu-persatu.

"Iya Mas nggak papa, Selena juga nggak begitu kerepotan kok ngurus si kembar tiga ini, karena ada Bik Minah," ucap Selena mencium tangan suaminya.

"Iya kamu butuh istirahat yang cukup jangan capek-capek, kamu juga baru saja lahiran, jaga kondisi kamu baik-baik ya, kalau kamu sampai sakit, bagaimana dengan si kembar?" Robby menasehati Selena, sambil melonggarkan ikatan dasinya.

"Iya Mas," ucap Selena mengangguk.

"Lah terus Bik Minah kemana? Kok biarin kamu ngurus si kembar sendirian?" tanya Robby lagi mengedarkan pandang begitu tidak melihat sosok wanita paruh baya, si asisten rumah tangga, yang baru saja di jemputnya kemarin dari agen penyalur tenaga kerja.

"Bik Minah tadi masih bikinin susu buat Hera, sekalian aku suruh pijitin kaki Hera, jalannya tertatih, habis jatuh katanya, di kampus," jawab Selena, sambil mempuk-puk si bayi.

Raut wajah Robby seketika berubah, ada ekspresi enggan dan juga cemas saat membahas Hera saat ini. Dan momen itu terekam jelas oleh mata jeli Selena, ia tidak tahu apakah ini efek baby blues atau memang ada sesuatu yang aneh dari suaminya.

"Ya udah kalau gitu, Mas mau ke kamar dulu ya mandi, ganti baju terus nemenin Selena disini," pamit Robby berlalu.

Saat Robby berbalik, Selena melihat ada bekas merah-merah di bagian belakang tengkuk suaminya. Memanjang dan sedikit samar, seperti bekas cakaran.

"Tengkuk kamu kenapa Mas? Kok sepertinya ada bekas cakaran gitu?" selidik Selena.

"O-oh ini? Itu tadi gatal Mas garuk-garuk nggak tahu kalau ternyata sampai terluka," jawab Robby sambil berusaha menggosok tengkuknya.

"Ya udah Mas mandi dulu sana, biar nggak gatal-gatal." perintah Selena kemudian.

Selena kembali fokus menyusui bayinya, hingga terdengar sebuah nama di sebut dalam sebuah acara TV yang sedang ditontonnya. Membuat perhatian Selena teralihkan menuju layar kaca.

"Baiklah, Ladies and Gentleman, mari kita sambut, kontestan berikutnya, dia adalah seorang pria maskulin yang berprofesi sebagai staff audit managemen di sebuah perusahaan asing ternama, sudah delapan tahun terakhir menjomblo, dan sedang mendambakan seorang wanita untuk dijadikannya istri, dia berjanji tidak akan meminta istrinya untuk bekerja dan hanya fokus mengurus keluarga saja di rumah. Baiklah tanpa menunggu terlalu lama, come on, jomblowan berkharisma tunjukkan pesonamu," ucap Host acara ajang pencarian jodoh tersebut dengan semangat.

"Mari kita saksikan berapa jumlah lampu menyala yang tersisa, untuk sosok pria ini, silakan perkenalkan diri anda," lanjut Host pada sesosok pria yang baru saja keluar dari balik stage.

Mata Selena seketika membulat, begitu melihat sosok pria di layar kaca tersebut. Sebab ia sangat mengenal pria itu. Pria yang sudah dikenalnya dengan baik di masa lalu. Teman tapi mesranya ketika di bangku SMA dulu.

Sementara itu dari layar kaca tampak pria itu mendekatkan microphone ke depan bibirnya.

"Baiklah, perkenalkan nama saya adalah Adrian Ranudirja, saya berusia 25 menuju 26 tahun, terakhir saya menjalin hubungan dengan seorang wanita adalah delapan tahun silam, tepatnya saat saya berusia 18 tahun," ucap Adrian mulai acara perkenalannya.

Adrian dulu rupanya adalah sosok yang memendam cinta sepihaknya pada Selena.

Dan di acara pencarian jodoh 'Take Him Love' ini dia tidak mengungkapkan identitas aslinya, Adrian sebenarnya bukanlah staff audit managemen, melainkan CEO yang membawahi perusahaan Ranudirja Group.

"Saat ini saya sedang sibuk bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak dalam bidang Furniture dan sudah dipasarkan secara global. Saya kebetulan tinggal terpisah dari kedua orang tua saya, karena alhamdulillah saya sudah punya tempat tinggal sendiri saat ini," lanjut Adrian, mata Selena masih tidak beralih dari layar kaca, rasanya baru kemarin dia kehilangan senyum manis favoritnya itu, dan sekarang sosok yang sama telah berdiri di layar kaca untuk acara pencarian jodoh.

"Mungkin diantara kalian ada yang ingin mengenal lebih dekat dengan saya? Silakan ajukan pertanyaan apapun, dan saya akan menjawabnya dengan senang hati," pungkas Adrian mengakhiri perkenalannya.

Seorang gadis cantik dengan rambut keriting spiral berwarna blonde mengacungkan tangannya.

"Baiklah silakan nona, anda ingin bertanya apa kepada saudara Adrian." sahut host acara tersebut.

"Kenapa anda betah sekali menyendiri? Padahal anda terlihat tampan dan cukup mapan, apakah anda orang yang menyebalkan? Sehingga para wanita berpikir ulang saat akan mendekati anda?" tanyanya.

"Hahaha."

Adrian bahkan tertawa sebelum mulai menjawab pertanyaan tersebut. Saat Selena ingin mendengarkan jawaban tersebut, si bayi mulai bergerak-gerak tidak tenang.

"Kamu pipis ya sayang, popok kamu udah penuh rupanya, kita ganti dulu yukk, ke kamar," ucap Selena sambil menimang lembut bayi di gendongannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku