/0/24556/coverorgin.jpg?v=e0382313514f34ff68f24fcc2520eda8&imageMogr2/format/webp)
***
Ivander tersenyum bahkan tertawa
karena merasakan hal yang begitu menggebu dalam dirinya. Dia mulai merasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan sekuat tenaga dia berusaha menolak dan rasa itu semakin menguat.
"Jangan menahan dirimu lagi, ikutlah denganku."
"Sialan," geram Ivander begitu kencang.
Nada, wanita yang saat ini telah berbaring di atas ranjang demi menunggu kedatangan Ivander supaya menerkam dirinya. Dia menatap lelaki itu dengan seksama, begitu panas nan menggoda.
"Kamu tampan," ujar Nada bangun dan menghampiri Ivander.
Ivander menggeram nikmat ketika Nada sudah berada di hadapannya, api gairah yang begitu besar membakar jiwanya.
Bahkan sentuhan ringan di lengannya seperti sengatan listrik yang seketika
membuatnya menegang, begitu panas dan bergairah.
"Jangan menahannya, lepaskanlah," bujuk Nada yang mengusap dada bidang Ivander.
"Sialan, berengsek." Ivander semakin mengeliat menikmati sentuhan Nada.
Ivander frustrasi, bergesekan dengan kulit Nada semakin membuat tubuhnya makin memanas tidak terkendali. Tangan mengepal kuat, menahan gairah yang mulai menguasai tubuh serta logika.
"Percuma kamu tahan, kamu akan menderita sepanjang malam," goda Nada pada Ivander yang sedang merasakan panas dalam tubuhnya.
Tubuh Ivander semakin memanas tidak tertahan, percikan api gairah mulai menguasai dirinya. Semakin dia tahan makin besar pula kesengsaraan yang dirasakan, sekuat tenaga tertahan tapi
hasrat kuat seolah memiliki jalan keluar dengan sendirinya.
Ivander ingin melepaskan deretan kancing yang melekat di bajunya, tapi ditahan oleh Nada.
"Biar aku yang lepaskan," desah Nada supaya membuat Ivander menggila.
Dinginnya AC tak terasa akibat tubuhnya yang begitu panas dan bergejolak kuat, Ivander semakin menggeram nikmat.
"Ivan." Suara indah terlontar dari bibir ranum Nada, mendengarnya saja sudah membuat tubuhnya bergetar.
Nada melepas kancing Ivander, dia buka dan ia tatap lekat tubuh indah yang ada di depannya.
"Aku akan membantu melepas nikmat ini, percayalah!"
Nada mulai mengusap pipi Ivander dengan lembut, lelaki itu menggeram kuat akibat sentuhan jemari lentik itu, sungguh serasa maut menjemput. Gejolak kuat makin menguasai, hilang logika dan kendali.
Ivander meraup kedua pipi Nada, mengangkat supaya tergapai olehnya. Kedua bibir menyatu, Ivander semakin dalam melumat bibir ranum wanita sialan ini. Ivander bahkan mendesah nikmat di
sela-sela pagutan mereka.
Bersentuhan saja sudah membuat sengatan listrik yang luar biasa hebat, penyatuan bibir mereka tiada henti dan semakin membakar gairah panas Ivander.
Jemari lelaki itu mulai turun membelai leher jenjang Nada, turun melalui tulang selangka dan berakhir mengusap punggung indahnya.
Robekan baju terdengar, Ivander melempar kasar baju itu entah ke mana. Dia semakin menggeram karena hasrat yang menggebu memasuki jiwanya, terlebih Nada semakin gencar menggoda dan membelai tubuh indah lelaki itu.
"Aku mencintaimu, Ivan," ucap Nada sepenuh hati di sela kecupan panas mereka.
Ivander sudah hilang akal, tubuhnya sudah tak terkendali. Panas dan menginginkan sebuah pelepasan supaya hasrat tersampaikan, tidak peduli siapa wanita yang ada di depannya saat ini.
Ivander melucuti sisa kain yang menempel pada tubuh Nada, bahkan dirinya sudah polos dan menggendong tubuh wanita itu tanpa menghentikan penyatuan bibir mereka.
Lidah saling bertaut, membelit dan mengabsen setiap rongga mulut Nada, erangan kecil membuat tubuh Ivander
semakin terangsang. Gesekan tubuh nan lembut semakin membuat hawa panas kian
tak tertahan.
"Aku mencintaimu, Ivan." Nada tersenyum mengusap kedua pipi Ivander, mencoba tersenyum meskipun terabaikan.
Kedua mata Ivander sudah berkabut dan kembali memagut bibir Nada dengan rakus, tidak ada celah bagi Nada untuk melawan karena malam ini dia akan menyerahkan segalanya pada Ivander.
Kehidupan, kesetiaan dan juga harta paling berharga yaitu kehormatannya.
Nada tahu, setelah malam ini semuanya akan berbeda. Tentu dia sudah menyiapkan diri sejak awal dengan kemungkinan yang ada, dibenci dan dihina.
Nada mencengkeram erat bahu Ivander ketika lelaki itu berusaha menembus dinding tipis dirinya, merasa terhalangi dan kurang kuat. Ivander memasuki Nada dengan kasar tanpa persiapan apa pun, wanita dalam tindihannya sangat yakin meninggalkan cakaran di beberapa
tubuh lelaki itu.
/0/15813/coverorgin.jpg?v=7438cda9723132151a3c92aad790be7b&imageMogr2/format/webp)
/0/30216/coverorgin.jpg?v=ce8a760e55a193f7e3b71672332814fe&imageMogr2/format/webp)
/0/15215/coverorgin.jpg?v=95cee41582b2ffdb0bb53d61caad3028&imageMogr2/format/webp)
/0/6658/coverorgin.jpg?v=6ddf3846795b2e35b6aade1bd2089ce0&imageMogr2/format/webp)
/0/2762/coverorgin.jpg?v=455ef8175b3775ae86393a4ddc9b8c6d&imageMogr2/format/webp)
/0/7751/coverorgin.jpg?v=65b95a5604354eb100f8681a7eec7a1d&imageMogr2/format/webp)
/0/20199/coverorgin.jpg?v=e0c0b20a45916a73035c20ed8e50f00b&imageMogr2/format/webp)
/0/14522/coverorgin.jpg?v=02d11d14dbe1cf8041fa5b4bd4cc1800&imageMogr2/format/webp)
/0/27036/coverorgin.jpg?v=714481bd1e4e99a18860b71374587623&imageMogr2/format/webp)
/0/21580/coverorgin.jpg?v=af0cab4eb45e24ae39aefd5785fd410f&imageMogr2/format/webp)
/0/17738/coverorgin.jpg?v=94abbd137374562cd68cb4d231d746e6&imageMogr2/format/webp)
/0/18538/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/20435/coverorgin.jpg?v=6ca2cabd2d35de56c7e8c7e1c0c93d45&imageMogr2/format/webp)
/0/13043/coverorgin.jpg?v=25bacbaed5650a2e06f7fffe595456e2&imageMogr2/format/webp)
/0/16124/coverorgin.jpg?v=4e9e8481ee9f7d17caf9aa2725bccc06&imageMogr2/format/webp)
/0/4344/coverorgin.jpg?v=6c3b5185aefa9c3b86ee98a79d469efe&imageMogr2/format/webp)
/0/26694/coverorgin.jpg?v=60eb1a2015e492715f7bf1d10c5ffc9b&imageMogr2/format/webp)
/0/2469/coverorgin.jpg?v=18e495f9a2ec00b237382af67bd7b075&imageMogr2/format/webp)
/0/17884/coverorgin.jpg?v=36dfb140ec05fb3cc5ab5dcc5d6f14dc&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=42ab220d18228ed2cbfbbe34b318616c&imageMogr2/format/webp)