Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Rachel menenteng ember berisi kanebo dan sebotol cairan pembersih, berjalan pelan dengan raut wajah gelisah. Pikirannya saat ini tertuju ke Muria kakeknya yang sakit dan terpaksa ditinggalkan tadi pagi untuk bekerja di Carter Oil Company. Rachel bekerja di Perusahaan itu sebagai Office Girls.
KRING.
Terdengar suara dering Ponsel yang Rachel simpan di saku celana seragamnya ini. Rachel berhenti berjalan, ditaruh ember ke lantai, dan segera menjawab panggilan masuk di Ponselnya.
“Hallo!” sapanya pelan.
“Acha, ini Pak Sukro.” terdengar suara pria dari Ponsel Rachel, “Kakekmu saat ini kami bawa ke rumah sakit Sentosa, sebab tadi jatuh pingsan sepulang beli makanan di Warteg Pade Hayu.”
JRENG.
Rachel mendengar ini terhenyak. Terbayang olehnya Muria yang sakit, memaksakan diri pergi beli makanan di Warteg Pade Hayu yang berada di seberang kompleks tempat mereka tinggal, lalu Muria kambuh jantungnya dan pingsan.
“Hallo!” terdengar suara Pak Sukro, “Acha, hallo! Kamu masih dengar suara saya?” tanyanya sebab tidak terdengar suara Rachel.
“I..Iya, Pak Sukro.” sahut Rachel tersadar, “Lalu apa kata dokter, Pak Sukro?”
“Beliau harus segera operasi pemasangan ring kedua di jantungnya, Acha.”
JRENG.
Rachel terhenyak lagi mendengar berita yang Pak Sukro sampaikan.
‘Kakek harus operasi lagi?’ tanya hatinya, “Alam semesta, harus gimana ini?’ dia menjadi kebingungan.
“Acha!” terdengar lagi suara Pak Sukro,”Apa kamu bisa minta izin sebentar ke pimpinanmu, lalu kemari? Kakekmu ingin bertemu kamu.”
“Saya usahakan, Pak Sukro.” sahut Rachel, “Ya sudah, saya segera ke pimpinan saya wat minta izin dulu. Makasih bantuannya Pak.” Rachel mengakhiri telpon ini, raut wajahnya terlihat semakin kebingungan. “Harus gimana ini? Di kantor ini tidak bisa sembarangan minta izin keluar di jam kerja. Peraturan di sini sangat ketat.” keluhnya, “Hal lain kalo kakek harus operasi, dari mana kudapatkan biayanya? Aku tidak dikasih kartu berobat bersubsidi dari Pemerintah sebab Pak Sukro melihat aku dan kakek tinggal di rumah mewah peninggalan ibuku.” Dia mengoceh sendirian mengenai kebuntuan jalan untuk menolong Muria.
Sejak Emily ibunda Rachel meninggal dunia, di saat Rachel baru lulus SMU, Rachel menjadi tulang punggung keluarga mereka, dimana juga bertanggungjawab penuh menanggung biaya apa pun untuk pengobatan Muria yang sakit jantung.
Mana ayah Rachel? Ayah Rachel meninggalkan mereka, saat Rachel berusia tiga tahun, menikah sama perempuan lain. Untungnya ayah Rachel tidak menyuruh mereka pergi dari rumah itu, sebab memang dulu Ayah Rachel membelinya untuk Emily.
“Apa aku gadaikan Sertifikat Rumah ya?” Rachel masih memikirkan jalan mendapatkan uang untuk operasi Muria, “Tapi gimana membayar cicilannya? Gajiku sebagai Office Girl hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan obat rutin kakek. Kalo tidak membayar cicilannya, maka kami kehilangan rumah. Lalu dimana kami tinggal? Keluarga Ibu memusuhi kami, sejak kakek bangkrut perusahaannya. Keluarga Ayah, boro bisa ditemui, sebab pernikahan ayah dan ibu tidak direstuin mereka.”
Dulu Muria adalah pengusaha sukses di Indonesia ini. Lalu kemudian dicurangin rekan bisnisnya sehingga berhutang sangat besar ke Bank. Muria tidak mampu membayar hutang tersebut, sehingga seluruh asset perusahaan dan kekayaan pribadinya disita Bank. Muria kemudian terkena serangan jantung, dan sejak itu jantungnya terus bermasalah.
Malangnya keluarga Muria tidak mau menampung Muria dan Emily, sebab dulu Muria seorang yang arogan dan tegaan. Beruntungnya Asmat salah satu sahabat Muria memberi sedikit modal hidup ke Muria. Jadi Muria bisa menyewa rumah petakan untuk tempat bernaungnya dan Emily. Lalu Muria juga bisa buka warung sembako kecil di depan rumah tersebut.
Emily kemudian memutuskan berhenti Kuliah, bekerja di sebuah perusahaan sebagai Sekretaris CEO. Dan CEO itu yang bernama Jodi kesemsem sama Emily, dinikahinnya Emily. Sayang pernikahan seumur jagung, Jodi kepicut perempuan lain. Akhirnya Emily harus kembali kerja keras demi Muria dan Rachel. Hingga sakit-sakitan, dan meninggal dunia.
“Apa aku hubungin Anto ya?” Rachel masih dalam kebingungan, “Rasanya iya. Semoga dia mau membantuku, seperti saat kakek harus operasi pertama.” Segera dia dial nomor Anto kekasihnya yang bekerja sebagai Bartender di salah satu Night Club terkemuka Ibukota ini. Tidak lama Ponselnya terhubung sama Ponsel Anto.
“Iya Acha?” terdengar suara Anto lebih dulu. Dia saat ini masih diranjang bersama wanita seksi, dan keduanya tidak memakai sehelai benang di badan, hanya dibungkus selimut.
“Anto,” Rachel merasa lega mendengar Anto menjawab telponnya, sebab belakangan ini Anto sulit dihubungin. “Kamu di mana sekarang?”
“Di flat aku, Acha.” sahut Anto.
Sementara perempuan yang disisi Anto mendengus kesal, sebab Anto masih saja meladenin Rachel, belum memutuskan hubungan sama Rachel.
“Sudah, kamu ada apa menelponku? Dari kemarin rewel banget menelponku, sampai aku malas menjawabnya.” Anto masih bicara ke Rachel.
JLEB.
Rachel terkesiap mendengar perkataan Anto ini. Selama mereka berpacaran tiga tahun, Anto tidak pernah bicara judes seperti itu ke dia. Bahkan Anto selalu menerima telponnya, juga rajin menelponnya. Anto pun sudah dekat sama Muria.
“Acha!” Anto kini menghardik Rachel, “Kamu nelponku ada apa?” dia menjadi kesal sebab Rachel hanya diam sedari tadi. Lha gimana mau bersuara, kalo dia sendiri terus bicara?
“Anto, kakek pingsan, dan sekarang di rumah sakit Sentosa.” Rachel akhirnya bicara, “Kata Pak Sukro, kakek harus segera operasi pemasangan ring kedua di jantungnya.”
Anto mendengar ini mendengus kasar.
“Lalu kamu butuh uang wat itu?”
“Iya. Apa kamu ada uang wat itu?”