Di kota yang dipenuhi cahaya gemerlap, ketiga tokoh utama, Aria, Luna, dan Rian, terjerat dalam permainan cinta yang rumit. Mereka memiliki sejarah panjang dan keterkaitan yang tak terelakkan, membentuk segitiga cinta yang membingungkan.
Aria, seorang pria tampan dan berkarisma, hidup dalam kemewahan dan kecemerlangan. Luna, wanita misterius dengan kecantikan yang memikat, muncul kembali dalam kehidupannya setelah menghilang bertahun-tahun. Di sisi lain, Rian, sahabat setia Aria, menyimpan perasaan cinta yang mendalam pada Luna.
Suatu malam, di sebuah pesta yang meriah, ketegangan cinta yang terpendam mulai terkuak. Aria, yang telah menjalin hubungan dengan Luna, menyadari bahwa Rian memiliki perasaan terhadap wanita yang sama. Ketika kebenaran terungkap, ruangan penuh dengan ketegangan dan pertarungan batin yang sulit dipungkiri.
Luna: "Aria, aku tidak pernah bermaksud menciptakan kekacauan. Aku kembali karena aku merasa kau masih menyimpan tempat untukku."
Aria: "Luna, ini tidak bisa terus seperti ini. Rian adalah sahabatku, dan aku tidak bisa mengabaikan perasaannya."
Rian: "Maafkan aku, Aria. Aku tidak pernah bermaksud menyakiti kamu. Tapi perasaanku pada Luna tidak bisa aku sembunyikan lagi."
Dalam suasana yang tegang, ketiganya berada di persimpangan jalan cinta yang tak mudah. Dengan konflik yang kian meruncing, "Rintangan Cinta Abadi" memulai kisahnya dengan kebingungan emosional dan pertarungan batin yang menjadi awal dari perjalanan yang penuh liku-liku dan tak terduga.
Dalam keheningan yang terjadi setelah pengakuan itu, atmosfer pesta yang meriah terasa seolah-olah memudar. Tatapan tajam di antara Aria, Luna, dan Rian menciptakan ketegangan yang tak terlupakan.
Luna: "Aria, kita memiliki sejarah yang sulit diabaikan. Apakah kau benar-benar merasa bisa mengesampingkanku begitu saja?"
Aria: "Luna, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini. Rian, sahabatku, tak bisa kuabaikan."
Rian: "Aria, aku tidak ingin merusak persahabatan kita. Tapi bagaimana aku bisa menolak perasaan ini?"
Sebuah keheningan mematikan melanda, seolah-olah waktu sendiri sedang menunggu keputusan yang akan diambil. Ruangan yang semula penuh riuh menjadi sunyi, hanya dihiasi oleh gemerisik hati yang bergejolak.
Luna: "Jangan biarkan aku menjadi pion dalam permainan cinta kalian. Aria, tentukan pilihanmu."
Aria: "Luna, aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Tapi Rian..."
Rian: "Aku akan menghormati keputusanmu, Aria. Tapi tidak bisakah kita menyelesaikan ini dengan cara yang tidak melukai siapa pun?"
Pertarungan batin yang melibatkan cinta dan kesetiaan terus menghiasi ruangan. Masing-masing dari mereka terjebak dalam labirin emosional yang sulit dipahami, mencari pemahaman dalam pusaran perasaan yang tak terkendali.
Luna: "Kalian harus mengatasi ini. Saya tidak ingin menjadi sebab bagi pertikaian di antara kalian berdua."
Aria: "Luna, tunggu. Kita bisa menyelesaikan ini bersama-sama."
Rian: "Aku setuju dengan Luna, Aria. Kita harus menemukan jalan keluar yang tidak melukai hati siapapun."
Sebuah tekad untuk menyelesaikan konflik terlontar di udara, tetapi jalannya masih berliku dan penuh rintangan. Dalam kisah "Rintangan Cinta Abadi," tiga tokoh utama ini harus menghadapi ujian cinta yang penuh intrik, memperjuangkan hubungan yang rumit di tengah konflik yang membingungkan.
Pertemuan dengan Evan, pria misterius pembawa rahasia, membuka lembaran baru dalam kisah Aria, Luna, dan masa lalu mereka. Evan membawa rahasia yang memiliki potensi mengguncangkan dasar-dasar hubungan, membuka pintu bagi pengkhianatan lebih dalam. Keterlibatannya memperdalam intrik cerita, menggoyahkan dasar-dasar hubungan di antara keenam karakter utama.
Evan: "Kalian tidak akan bisa menghindari kenyataan. Rahasia ini akan mengubah segalanya."
Sementara itu, Nina, seorang perempuan dengan hati tulus, muncul dalam kehidupan Aria dan Rian. Cinta sejatinya membawa harapan baru, namun kenyataan pahit dan pengkhianatan mengancam untuk merusak impian bahagia yang mereka impikan.
/0/16653/coverorgin.jpg?v=495680019c3ed741c2137fc3f818800f&imageMogr2/format/webp)
/0/26721/coverorgin.jpg?v=55ca6b45f05a0f84bcc69ff1723f8aad&imageMogr2/format/webp)
/0/28913/coverorgin.jpg?v=27349dd4fb907d981345554fe0aa639c&imageMogr2/format/webp)
/0/17270/coverorgin.jpg?v=69a334fa207ce1272b3098765b308006&imageMogr2/format/webp)
/0/12463/coverorgin.jpg?v=534fc5ae1af13605fc8063b354b3b8d1&imageMogr2/format/webp)
/0/29145/coverorgin.jpg?v=93e9e91e777a4abee37d2d7b5969b21f&imageMogr2/format/webp)
/0/15989/coverorgin.jpg?v=82e499e96eaf7c6880d50f07cb1d4062&imageMogr2/format/webp)
/0/30692/coverorgin.jpg?v=52ecb041bbe4c0037c17ca0867b3dd0b&imageMogr2/format/webp)
/0/30508/coverorgin.jpg?v=2c20d10388ca4581c1eace5f1e6ce93f&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)