Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sonia tidak percaya calon ibu mertuanya benar-benar mengirimnya ke atas tempat tidur pria lain, tepat setelah tunangannya baru saja pergi.
Ketika tersadar dan berpikir untuk melarikan diri, dia mendengar suara pintu terbuka dan diikuti oleh suara marah.
"Siapa yang memberimu izin untuk datang ke sini?"
Sebelum Sonia memiliki kesempatan untuk menjelaskan, pergelangan tangannya dicengkeram dengan erat.
Pria itu menariknya dari tempat tidur dan dengan dingin memberi perintah, "Keluar dari sini!" Sikapnya menunjukkan seolah-olah sedang memegang barang yang tidak berharga.
Tubuh Sonia menghantam karpet dengan keras dan air mata membasahi wajahnya karena kesakitan.
Dia beberapa kali mencoba berdiri, tetapi tidak bisa.
"Aku ... aku tidak bisa berdiri ...." Sonia tergagap dan suaranya terdengar seperti suara anak kucing.
Hal ini membuatnya merasa sangat malu dan tidak nyaman.
Merasa pusing, dia khawatir pria itu mungkin mengira dia sengaja menggodanya.
Namun, pria itu tiba-tiba bergegas menghampirinya dan matanya bersinar cerah saat meraih lengannya. "Ternyata kamu!" teriaknya dengan suara terkejut sekaligus bahagia.
"Tidak, kamu salah ... maksudku ...."
Sebelum Sonia bisa menyelesaikan kata-katanya, bibirnya tiba-tiba disumbat.
Napas beraroma tembakau membuatnya merasa kewalahan ketika pria itu menciumnya.
Pada saat berikutnya, pria itu menindihnya seperti gunung, gerakannya mendominasi dan kasar.
Sonia mencoba melawan, tetapi pria itu menahannya dengan lebih kuat lagi. Bibirnya dicium dengan begitu kuat, seolah-olah ingin menyedot semua udara dari paru-parunya.
Dalam kegelapan yang menyelubungi, Sonia tidak tahu kapan penderitaan ini akan berakhir.
Dia telah menghindari pelecehan yang dilakukan seorang orang tua siswa sore tadi, tetapi apa yang berubah?
Ternyata, nasibnya masih sama.
"Aduh," teriak Sonia ketika bahunya terasa sakit.
Pria itu menggigit bahunya dengan tajam dan menggerutu, "Jangan melamun."
Kemudian, gerakannya menjadi lebih agresif dan pikiran Sonia langsung kosong. Dia dipaksa mengikuti keinginan pria itu sepanjang malam.
Keesokan paginya, Sonia mendapati dirinya telah berpakaian rapi ketika bangun tidur. Hal ini sedikit mengurangi rasa canggungnya.
Mengingat kejadian semalam, dia terbangun dari tempat tidur dan menatap seorang pria di dekat jendela Prancis.
Wajah tampan pria itu disinari cahaya matahari sehingga kulitnya terlihat pucat, layaknya orang yang sedang sakit. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas yang membuatnya terlihat elegan sekaligus memancarkan aura cendekiawan.
Pria itu memiliki punggung yang tegak, walaupun duduk di kursi roda dan bergerak dengan perlahan ke arahnya, kesan bangsawan yang muncul darinya tidak dapat disembunyikan.
Sonia tersentak kaget saat melihat wajahnya. "Om ... Om Verdi!"
Kenapa dia menghabiskan malam dengan om tunangannya?
Kemarin, Sonia berhasil menghindari pelecehan yang dilakukan oleh orang tua siswa. Dia memukul pelaku dan pergi untuk mencari perlindungan dari tunangannya, Tonny Malik.
Tonny sedang melakukan perjalanan sehingga meminta ibunya untuk merawat Sonia.
Namun, Sonia tidak menyangka setelah calon ibu mertuanya memberikan susu yang dicampur dengan obat bius dan memindahkannya ke kamar lain.
'Tapi kenapa ... kenapa aku berakhir di kamar om Tonny?!'
Sonia merasa malu bercampur marah dan dia berharap bisa menghilang dari kamar ini.
"Aku akan bertanggung jawab atas kejadian tadi malam," ucap Verdi sambil menggerakkan kursi rodanya mendekat. Suara pria itu terdengar menenangkan seperti angin sepoi-sepoi.
Matanya terlihat tulus dan kata-katanya menyentuh hati.
Sonia terkejut dan langsung mendongak. Dia melihat Verdi menutupi mulut dan terbatuk ringan. Senyumnya seolah mengejek diri sendiri ketika dia berkata dengan sedikit nada sedih dalam suaranya, "Tentu saja, jika kamu tidak keberatan dengan diriku yang duduk di kursi roda. Jika kamu setuju, kita bisa pergi ke Kantor Catatan Sipil hari ini juga."
"Pergi ke Kantor Catatan Sipil?" Mata Sonia melebar karena terkejut.
Kemarin, dia sudah tidak sabar ingin menikah dengan Tonny agar terlepas dari kendali dan tipu muslihat keluarganya.
Oleh karena itu, dia bergegas mencari Tonny dan mengutarakan niatnya untuk menikah terlebih dulu.
Namun, Tonny menganggap reaksi Sonia terlalu berlebihan dan menolak.
Sekarang, dia tidak bisa berkata-kata ketika mendengar tawaran seperti itu dari om Tonny.
"Aku ...." Sonia mengatupkan giginya erat-erat.