Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang pria tampan duduk termangu menatap ponsel. Foto seorang wanita paruh baya tampak memenuhi layar. Jarinya mengusap seolah-olah mengelus pipi. Ya, dialah Darren Gerald atau yang senang dipanggil 'Ge' --pria berusia dua puluh lima tahun itu tengah dirundung rindu kepada wanita cantik yang telah melahirkannya. Bagaimana tidak? Sembilan tahun yang lalu, Darren pergi ke luar negeri untuk menuntut ilmu meninggalkan ibunya seorang diri. Seharusnya ia pulang satu tahun yang lalu, tetapi terhalang oleh ongkos yang terbilang mahal.
Bekerja sebagai montir ternyata tidak cukup dimana uang yang didapat ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan dikirim kepada ibunya.
Nomor kontak yang bertuliskan 'My Mom' pun ia tekan.
Terhubung.
Saling menyapa satu sama lain mengawali percakapan antara ibu dan anak itu.
"Maaf, Bu, Ge belum bisa pulang. Nanti kalau uangnya sudah cukup, Ge cepet-cepet pulang, kok," kata Darren pada sambungan telepon.
"Iya, Nak, tidak apa-apa. Lebih baik uangmu simpan, jangan kirim ke Ibu terus. Ibu, kan, bisa kerja di sini," ungkap Rossi Sawitri --ibu Darren.
"Ge mohon, Ibu jangan kerja jadi buruh cuci lagi atau apalah. Sudah kewajiban Ge untuk nafkahin Ibu. Kalau uang yang Ge kirim kurang, Ibu harus bilang, ya?"
"Cukup, Nak. Sangat cukup. Dan soal pekerjaan, kamu tau sendiri kalo Ibu diam di rumah saja, badan Ibu suka pegel-pegel, Ge."
Darren hanya pasrah mendengar alasan Rossi, karena ia sangat tahu bagaimana sifat sang ibu. Obrolan berlangsung lama.
Darren menepuk kening saat melihat jam di dinding sambil berkata, "Mati!"
"Mati? Siapa yang mati, Ge?" tanya Rossi cemas.
"Anu ... itu, Bu. Ge ada janji dengan seseorang."
"Siapa? Pacarmu, ya?" goda Rossi.
Darren tersenyum. "Hehe ... iya, Bu."
Rossi mengatakan, ia sangat senang karena Darren sudah memiliki kekasih. Pun wanita paruh baya berusia empat puluh delapan tahun itu mengingatkan jika Darren harus tetap menjaga etika, jangan terpengaruh budaya barat. Darren pun menyanggupi dan berjanji akan menjaga amanat sang ibu.
Obrolan pun mereka akhiri dan sambungan telepon terputus.
"Aarrrgggh! Ya, ampun, telat lagi. Bagaimana ini?" ucap Darren sambil memilih baju yang pantas ia kenakan.
Setelah mengenakan baju yang pas, Darren bergegas pergi ke sebuah kafe yang tak jauh dari tempat tinggalnya dengan menggunakan sepeda. Ya, pria bertubuh jangkung itu menempati sebuah bengkel dimana ia bekerja yang berada di pusat kota.
***
Tiba di kafe, matanya menyisir setiap meja. Bibirnya tersungging saat melihat sang kekasih duduk di meja pojok yang tengah fokus menatap laptop.
"Maaf, Sayang. Sudah nunggu lama, ya?" sesalnya sambil menarik kursi untuk ia duduki.
Bukannya marah, si wanita menyambutnya dengan senyuman, kemudian berkata, "Tidak apa-apa, Kak. Aku juga sambil ngerjain tugas."
"Oh, iya. Katanya ada yang diomongin, apa itu?" tanya Darren.
"Ish! Gak pesen minum atau makan dulu gitu?"
Darren tersenyum, kemudian dia memanggil seorang pelayan. Mereka memilih menu makan malam. Sambil menunggu pesanan datang, Darren meminta kekasihnya untuk bercerita.
"Sebelumnya aku minta maaf, Kak. Bukan maksud aku membohongi Kakak. Sebenarnya ... aku udah dijodohin," ungkap si wanita yang bernama Thalita.
"Apa?!"
Thalita menenangkan Darren. Ia pun mulai bercerita. Sedari kecil, dirinya dijodohkan dengan anak sahabat ayahnya, yang tentu saja rekan bisnis dimana membuat gadis bernama lengkap Thalita Abimanyu merasa terkekang. Bagaimana tidak? Laki-laki yang bernama Bagas itu memiliki sifat over posesif tidak mengizinkan Thalita jauh darinya. Rasa cinta yang tulus untuk Bagas membuat Thalita bertahan. Namun, cinta itu tidak bertahan lama. Hatinya hancur berkeping setelah ia mengetahui jika ternyata Bagas adalah seorang playboy. Gadis berparas cantik, putri dari seorang pengusaha itu pun berontak. Ia memohon kepada sang ayah untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri. Sang ayah pun mengizinkan.
Darren tersenyum kecut. "Ya, sesama orang kaya itu tidak heran kalau soal jodoh menjodohkan. Lalu, kenapa di sini kamu gak cari orang kaya saja?"
"Yang perlu kamu tahu juga tentang Kakak ... Kakak itu orang miskin yang datang ke sini hanya mengandalkan beasiswa, pun dengan pendidikan S2, S3, sama ... semua mengandalkan beasiswa," lanjut Darren.