Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
"Tidak! Li Mei!"
Suara itu adalah suara terakhir yang didengarnya. Kesadarannya mulai menghilang, dia hanya bisa merasa tubuhnya melayang dan jatuh ke kegelapan yang tak berujung.
Entah sudah berapa lama dia dalam kondisi seperti itu.
Setelah kesunyian yang panjang, mendadak sayup-sayup mulai terdengar suara dua orang pria berbicara tidak jauh darinya. Awalnya suara itu tidak terdengar jelas, namun perlahan kupingnya mulai bisa menangkap apa yang sedang mereka bicarakan.
"Dia sudah baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi. Masa-masa kritisnya sudah terlewati. Selama demamnya bisa turun, dia akan bisa segera pulih," ucap seseorang yang suaranya terdengar seperti pria yang sudah berumur cukup tua.
"Terima kasih banyak, Tabib Lu," suara pria lainnya terdengar menghembuskan nafas lega. "Ah, dan ini untuk biaya pengobatannya."
"Baik, baik. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa untuk menyuapinya obat yang sudah aku racik tadi. Meskipun dia belum sadar, kamu harus berusaha membuatnya meminumnya," pesan seseorang yang dipanggil Tabib Lu itu.
"Tabib Lu tidak perlu khawatir."
Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi, hanya ada suara langkah kaki yang menjauh.
Li Mei merasakan kepalanya berdenyut sakit. Dia berusaha membuka matanya namun tidak bisa. Matanya terasa berat dan sekujur tubuhnya terasa sangat panas.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku masih selamat setelah jatuh dari tempat setinggi itu?' desah Li Mei di dalam hatinya.
Hal terakhir yang diingatnya adalah saat dirinya didorong oleh sahabatnya sendiri dari atas tangga rumahnya karena memergoki sahabatnya sedang mencuri. Apakah saat ini dia sedang berada di rumah sakit? Tapi kenapa orang tadi dipanggil dengan sebutan tabib, bukan dokter?
Li Mei masih berusaha menyadarkan dirinya, namun dia tetap tidak berhasil. Tiba-tiba, dia merasakan sebuah tangan besar yang hangat menyentuh pipinya.
"Dasar bodoh," bisik pria itu seraya membelai lembut pipinya.
Sudah dua hari Li Mei tidak sadarkan diri, tapi dia tetap bisa merasakan obat yang hangat mengaliri tenggorokannya setiap hari. Dia juga bisa merasakan belaian lembut tangan seorang pria yang terasa kasar. Sangat jelas kalau pemilik tangan itu adalah seorang pekerja keras.
Tapi ... siapa dia? Kenapa dia mau menjaga Li Mei? Dia tidak merasa memiliki keluarga atau teman dekat seperti laki-laki ini. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan ketika dia kecil, dia hanya hidup berdua dengan kakeknya. Dan kakeknya telah meninggal dua tahun yang lalu.
Di hari ketiga, Li Mei akhirnya bisa membuka matanya. Dia berusaha untuk menyesuaikan matanya dengan sinar redup di sekitarnya. Saat matanya akhirnya bisa melihat dengan jelas, dia hampir saja memekik kaget karena melihat seorang pria tertidur pulas di sampingnya. Li Mei segera menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap wajah pria tersebut lekat-lekat.
Wajah pria itu terlihat sangat tampan. Rahangnya kokoh, alis matanya seperti dilukis dengan hati-hati. Kulitnya yang kecoklatan menandakan dia adalah orang yang sering bekerja di bawah sinar matahari. Tubuhnya tinggi dan kekar. Hidungnya lancip, dan bibirnya tipis.
Sangat tampan!
Sebenarnya laki-laki di sampingnya ini termasuk pria yang sesuai dengan tipe idaman Li Mei. Dia bahkan sangat yakin kalau saja laki-laki ini hidup di tempatnya berasal, dia bisa menjadi seorang idola besar!
Li Mei menatap ke sekitarnya.
"Tempat apa ini? Kenapa semua perabotan terlihat usang?" gumamnya pelan.
Selain ranjang yang mereka pakai, hanya ada lemari, dan juga sebuah meja dengan empat kursi. Di sudut lain ada sebuah ruangan kecil, dan kalau dilihat sekilas, itu sepertinya adalah dapur mereka.
Tapi … apa-apaan dengan gaya baju yang dipakai dirinya dan laki-laki ini? Kenapa seperti baju-baju yang biasa dia lihat di drama-drama kolosal? Bedanya hanyalah, baju mereka indah, sedangkan baju Li Mei dan laki-laki di sebelahnya penuh dengan tambalan.
Seakan menyadari sesuatu, Li Mei membeku.
Jangan bilang dia melintasi waktu dan datang ke jaman kuno seperti di novel-novel yang biasa dia baca? Apakah dirinya yang asli di jaman modern sudah mati? Bisakah dia kembali ke tempatnya berasal?
Setelah terdiam dan berpikir selama beberapa saat, dia akhirnya menghela nafas panjang.