Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Di tempat kami, ada gunung yang sering didatangi oleh para pecinta alam.
Dari luar pulau, kota, banyak yang datang untuk mendaki menaklukan gunung itu.
Tetapi, walau gunung tersebut sangat ramai dikunjungi. Tetap, alam banyak menyimpan rahasia dan misteri.
Kata Kakek dan Nenek buyutku.
Gunung itu dinamai Gunung Pengantin, karena terkenal dihuni oleh salah satu hantu wanita. Memakai baju putih, panjang, layaknya seorang pengantin.
Hal tersebut sangat dipercaya dari dahulu sebelum dan bahkan sesudah tempat kami menjadi seramai ini penduduknya.
Mitos dan menurut orang zaman dulu di desa, ada gadis muda yang baru saja menikah enam bulan, diketahui kalau mertuanya selalu menuntut untuknya hamil.
Lantaran dia belum juga hamil, ada kata-kata dari mertuanya yang menyakiti hati si Gadis. Sehingga Gadis itu nekat keluar dari rumah, dan berlari menuju gunung. Lantaran suaminya juga tidak ada sedikitpun membelanya, meski tahu kata-kata ibunya sangat menyakiti dia yang sebagai istri.
Katanya, ketika disusul dan dicari oleh orang tua si gadis dengan bantuan warga. Sampai lebih dari seminggu pencarian, mereka sama sekali tidak pernah menemukan si Gadis.
Hingga keputusan terakhir adalah diikhlaskan, dan dipercaya telah meninggal di sana karena tersesat, lalu kelaparan dan kehausan, sebab lama tidak ditemukan.
Beberapa tahun, gunung tersebut dijadikan sebagai gunung sarana pendakian. Karena keindahan alam, juga sumur yang ditemukan di dekat curug. Di sepanjang jalur Pos Ipar menuju pos terakhir, yaitu Pos Buyut dikelilingi bunga Primula/bunga kunci dan bunga kantung semar, yang menjadi salah satu pemandangan indah untuk para pendaki.
Berita menyebar, dan memperkuat asal-usul gunung Pengantin, karena banyak para pendaki yang mengaku, melihat sosok gadis, memakai baju putih seperti pengantin.
Cukup banyak juga para pendaki mengaku, sosok perempuan itu mendatangi salah satu dari mereka, lalu bertanya.
"Bisa carikan saya anak?"
Sang pendaki yang ditanya setelahnya, hampir kebanyakan menjadi linglung, dan merasakan kesedihan, apalagi jika sang pendaki adalah perempuan, mereka akan menangis histeris, merasakan sedih yang begitu mendalam tanpa tahu sebabnya apa.
Sejak saat itu, para penduduk meyakini sosok hantu gadis itu adalah Gadis Pengantin yang melarikan diri ke gunung dan menghilang.
Para penduduk menghimbau, anak-anak tidak boleh bermain di dekat Gunung Pengantin ketika menjelang petang.
Dikarenakan, tidak mau ada sesuatu yang buruk terjadi.
****
Namaku, Bima. Umurku, 11 tahun.
Aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu, sehingga untuk jajan saja orang tuaku tidak bisa memberikanku uang walau hanya dua ribu rupiah.
Bisa makan saja sangat beruntung.
Suatu hari, sekitar jam satu siang.
Aku tengah mencari kayu bakar di Gunung Pengantin.
Kata Bapak, dan Ibu aku tidak boleh ke sana. Tetapi, jiwa penasaranku membantah larangan itu. Sehingga aku tetap pergi, dan nyatanya tidak pernah terjadi apapun sampai saat ini.