Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang pendaki gunung

Sang pendaki gunung

laksmi

5.0
Komentar
214
Penayangan
20
Bab

Beberapa kisah sang pendaki gunung yang mengalami kejadian mistis saat mendaki gunung

Bab 1 DiBangunin 2 Pendaki Misterius gunung Slamet via Permadi Guci

Saya yang masih terjaga sedikit kaget takutnya ada apa-apa di luar sana dan segera bergegas membuka tenda. Tapi dari tenda sebelah mba Ani menyaut, "Iya saya disini, Anak PI bukan?"

"Iya mba," sahut pendaki tersebut dan ternyata ada 2 orang dan tampaknya baru sampai karena mereka track malam dan hanya berdua saja.

Mba Ani pun keluar tenda dan mengobrol bersama mereka dan ternyata memang satu organisasi pendakian sama-sama anak PI. Namanya bang Eko sama Kang Erik dari Cirebon dan Bandung dimana mereka dikasih tahu pak Burhan di Basecamp kalau mba Ani juga mendaki dan udah jalan duluan.

Mereka pun ngobrol lumayan lama namun karena saya ngantuk dan nyiapin tenga buat summit akhirnya memilih tidur. Baru juga memejamkan mata mba Ani manggil-manggil, "Di, besok summitnya bareng mereka berdua aja. Mereka mau summit katanya besok."

"Iya mba siap."

"Oya itu sayur sisa mau dimakan atau nggak? Kalau nggak buat mereka aja ya," lanjut mba Ani.

"Ambil aja mba itu di dekat kompor, saya tidur duluan ya ngantuk nih," sambil kembali mengatur posisi tidur.

Jam 1 malam saya terbangun namun masih mager mau keluar atau sekadar buat air hangat untuk persiapan summit attack. Akhirnya karena perjanjian bakalan summit bareng jam 4 jadi ya udah saya coba tidur lagi deh. Namun mata malah tetap terjaga dan susah tidur lagi alhasil akhirnya malah kebelet ke belakang. Dan malam-malam jam setengah 2 saya keluar tenda dan menuju toilet sendirian. Namun sempet kaget juga kenapa ini temannya mba Ani bikin tenda kok ngehalangin jalan gini. Jadi kalau mau keluar harus melewati bekas kolam air mancur yang sudah kering.

Pas sampai di camp area utama pos 4 ternyata sudah rame banget pada persiapan untuk summit attack. Karena memang disarankan untuk mulai summit attack paling lambat jam 3 dini hari jika ingin mendapatkan pemandangan sunrise di puncak Gunung Slamet via jalur Permadi Guci ini.

Setelah kembali ke tenda malah masih gak bisa tidur alhasil langsung membuat coklat hangat 2 gelas karena sudah jam 3 pagi. Sekalian makan nasi sisa yang saya kira diambil sama bang Eko dan kang Erik semalem. Ternyata mereka hanya mengambil sayur sopnya aja tapi nasinya gak diambil juga. Ya udah sikat aja sama abon sapi dan sambal yang dingin-dingin diaduk. Walaupun dingin tapi tetap maknyus. Soalnya lagi laper banget deh ditambah dengan coklat anget mantul banget deh.

Saya coba bangunin mas Rona yang katanya susah di bangunin. Dan ternyata emang susah banget udah bilang iya summit eh malah lanjut molornya, hadeh. Udah berkali-kali di bangunin di gangguin tidurnya tapi tetap aja gak bangun-bangun. Padahal udah bikin coklat anget 2 gelas nih sengaja satunya buat mas Rona tapi sampai si coklat kembali dingin masih lanjut juga ini mimpinya mas Rona.

Jam 4 kurang 15 menit masih gak bangun juga baik Mas Rona maupun dua orang teman Mba Ani. Membuat saya berfikir ya udah deh gak jadi summit lagi ini mah, mana rombongan Bandung udah berangkat duluan karena ngajakin jam 3 malam jalannya. Akhirnya satu gelas coklat yang udah mulai dingin pun saya minum lagi dan setelahnya berniat buat hibernasi dan masuk kembali ke dalam SB.

Belum habis si coklat dingin tiba-tiba terdengar bunyi resleting tenda di buka dan arah suaranya dari tenda temannya mba Ani. Saya senterin kearah pintu tendanya tapi gak ada orang yang buka resletingnya. Bahkan saya panggil, "Mas udah bangun? Summit yuk udah mau jam 4 nih." Tapi tak ada jawaban dari tenda tersebut.

Saya tungguin cukup lama tapi gak ada yang keluar dari tenda maupun suara dari dalam tendanya yang menandakan keduanya telah bangun. Namun tepat jam 4.00 pagi tiba-tiba ada suara rame dari dalam tenda tersebut. Dan kali ini kedua teman Mba Ani tersebut sudah bangun dan tampak tergesa-gesa.

"Mas jam berapa? Jadi ikutan summit gak?" tanya salah satu dari mereka yang masih di dalam tenda.

"Udah jam 4 pas nih, Udah siap nih saya tinggal gas aja,"

"Masnya mau ngejar sunrise atau yang penting sampai puncak? Soalnya kalau ngejar sunrise udah kesiangan kita tapi kalau yang penting sampai puncak mah hayu kita gas," tanya Bang Eko yang tampak lagi ribut beres-beres buat persiapan summit.

"Hayu yang penting sampai puncak, gak dapet sunrise gak apa-apa."

"Oke bentar mas kita siap-siap dulu."

Jam 4.15 pagi saya, bang Eko dan kang Erik mulai jalan summit attack ke puncak gunung tertinggi di Jawa Tengah ini. Bagi saya dan kang Erik ini summit attack pertama untuk jalur Permadi Guci, namu n bagi bang Eko ini kali ke 5 nya summit di jalur Permadi Guci ini.

Seperti biasa selama perjalanan dari pos 4 ke pos 5 kita bercerita tentang pengalaman selama di gunung. Namun selepas subuh tiba-tiba bang Eko bercerita tentang hal-hal yang ia alami barusan di tenda. Katanya semaleman gak bisa tidur karena di dalam tenda terutama di bagian kakinya ada angin muter di dalam tenda.

"Semalem tuh gak bisa tidur, di dalem tenda ada angin muter gitu jadinya dingin," cerita bang Eko.

"Terus baru aja bisa tidur merem eh tiba-tiba saya mimpi ada yang buka tenda kita 2 orang laki cewe, terus dia bilang, 'Woy bangun itu ada anak PI ngajakin summit tuh' seketika gue langsung bangun dan heran karena resleting tenda masih tertutup,"

"Gue bangunin Erik tuh sambil tanya tadi denger gak yang bangunin kita dua orang dan buka tenda, namun Erik gak denger. Fix berarti gue doang yang denger itu di mimpi. Udah gitu dua orang pendaki yang bangunin kita itu mukanya rata dua duanya. Makanya tadi pagi bangun-bangun langsung ribut krusak-krusuk."

"Oh, pantes saya denger ada suara resleting kebuka tapi gak ada suara orang bangun sebelum jam 4 itu. Baru jam 4 tenda kalian rame tuh krusak-krusuk berarti udah bangun," sambung saya.

"Berarti bener yang bangunin gue itu penunggu tempat itu. Soalnya kita camp di tempat VVIP dan dulu ada kolam di sana dan air mancurnya loh," kata bang Eko.

Lalu bang Eko pun bercerita tentang beberapa pengalaman mistisnya selama mendaki gunung, mulai dari mendaki sampai seharin dan sampai kemalaman tapi gak sampe-sampe di gunung Sindoro, hingga pengalaman mistisnya di gunung Ciremai dan Gunung Prau via Wates.

Saya pun ikutan bercerita tentang pengalaman kemalaman di Gunung Ciremai hingga yang baru beberapa minggu lalu di Sindoro dimana saat waktu menjelang maghrib saya mendengar suara seperti batu jatuh menggerinding di dekat jalur pendakian namun gak ada apa-apa yang jatuh. Dan saat itu saya sedang memotret sunset di pos 3 agak keatas sedikit di gunung Sindoro via Ndoroarum. Dan itu berhasil membuat saya agak bergidik dan langsung kembali ke tenda.

Akhirnya setelah berjalan sekitar 2 jam an sampai juga di batas vegetasi atau Pos 5.1 (karena ada pos 5.2 yang ada tulisan papan Pos 5 Watu Ireng nya agak naik keatas sedikit). Lalu bang Eko melakukan Adzan di Palawangan dimana hal ini memang sudah menjadi tradisi warga Guci jika mendaki gunung Slamet dan sampai di Palawangan maka hal pertama yang dilakukan adalah Adzan.

Memang kearifan lokal ini sangat membantu pagi para pendaki dan warga Guci sejak zaman dahulu. Bahkan pak Burhan, ketua basecamp Permadi pernah bercerita bahwa kalau misal sampai palawangan itu kita harus adzan dulu sebelum lanjut kepuncak. Dimana manfaatnya jika kabut tebal maka disarankan untuk adzan di 4 penjuru mata angin. Insyaallah tak lama kabut bakalan terbuka dan cerah. Makanya orang Guci selalu melestarikan kearifan lokal ini salah satunya yaitu mengumandangkan adzan ketika sampai di Palawangan atau batas vegetasi. Dan itu dilakukan sejak zaman dahulu kala.

Setelah melewati jalur yang lumayan menguras tenaga ditambah matahari yang memanas. Akhirnya jam 11 siang kita sampai di titik tertinggi Gunung Slamet yakni puncak Pahlawan/Puncak Surono. Sejenak beristirahat dan foto-foto serta membuat kopi. Sekitar tengah hari kita turun lagi. Namun bang Eko diminta bang Demit yang ketemu pas di jalur summit buat jadi sweper di puncak. Dan tentu saja yang namanya sweper pasti turunnya terakhiran.

Bang Eko pun menyuruh saya dan kang Erik buat turun duluan nanti di susul katanya. Usai bilang seperti itu saya merasakan deJavu di puncak Slamet ini ketika melihat ada pendaki lain yang pegang papan nama puncak berfoto. Kejadian tersebut seperti pernah saya alami sebelumnya entah di mimpi atau di mana.

Usai menghabiskan kopi akhirnya saya dan kang Erik turun duluan, sementara bang Eko masih nungguin rombongan Karawang foto-foto di puncak sebelum akhirnya merekapun turun. Dibawah teriknya matahari yang tepat diatas ubun-ubun, saya dan kang Erik pun perlahan mulai menelusuri trek turun dan sesekali berhenti untuk mengatur nafas ditengah kondisi panas.

Jika pas naik tadi seru banget ketika berpegangan dengan tali webbing yang dipasang pihak pengelola. Namun pas turun tangan ini rasanya panas karena harus menahan tubuh yang meluncur dan berpegangan dengan tali webbing. Makanya harus banget pake sarung tangan yang kokoh ya karena gesekannya mampu membuat sarung tangan saya aja terkelupas namun masih aman sih.

Lalu diakhir trek tali webbing kita bertemu dengan salah satu pendaki dari Karawang yang sedang duduk di pinggir trek dan nampak kelelahan. Pas kang Erik tanya ternyata dia kecapean dan kehabisan air ditambah lagi kakinya sedikit bermasalah. Akhirnya kita bagi air dan coba untuk bantu memijat urat betisnya yang bermasalah.

Ia pun memilih istirahat dulu dan minta tolong kepada kita untuk bilang ke rombongannya di camp pos 4 biar tidak ditinggalin turun. Akhirnya setelah bang Eko mulai turun dari puncak bersama pendaki dari Karawang. Kita sepakat bahwa saya dan Kang Erik turun duluan untuk ngabarin temannya dan juga ranger. Sementara bang Eko menemani si pendaki cidera ini sekalian menyelesaikan tugas yang diminta Bang Demit untuk jadi sweeper summit hari ini.

Saat turun sampai di Palawangan tepatnya pos 5 Watu Ireng kita bertemu dengan bang Demit dan mengabarkan perihal pendaki yang cidera tersebut. Dengan santainya bang Demit berkata, "Aman kok, gak apa-apa di tinggal aja nanti juga dia turun. Apalagi ada Eko disana."

"Padahal tadi udah dibilangin mending balik lagi aja bareng teman-temannya. Tapi tuh bocah ngeyel tetep mau sampe puncak ya udah biarin aja," sambil tetap mantau para pendaki yang turun summit.

Kita pun istirahat sejenak di pos 5 sebentar sebelum lanjut turun karena waktu sudah menunjukkan jam 14.45 alias hampir jam 3. Jadi dari puncak ke palawangan molor lama banget bisa sampe hampir 3 jam karena nemenin pendaki yang cidera terlebih dahulu.

Dengan air yang habis dan juga tenaga yang sudah menipis saya dan kang Erik kembali melanjutkan perjalanan turun dan kini medannya agak sedikit enak karena sudah masuk hutan. Baru berjalan sekitar 15 menit kita bertemu dengan ranger basecamp yang bawa Air dan Logistik untuk swiping pendaki yang turun summit. Kita pun minta air untuk bekal turun termasuk para pendaki lainnya karena memang hampir semuanya kehabisan air selama turun summit.

Akhirnya kita sampai di camp area Pos 4 sekitar jam 4 sore dengan 3 kali istirahat karena kang Erik merasa gendongan tas nya gak enak ditambah lagi tenaga sudah habis dan dari pagi cuma makan mie kremes aja sama roti dan biskuit. Ya intinya kurang asupan logistik dan gak makan nasi dulu. Apalagi perjalanan sampai makan waktu dari jam 4 pagi sampai jam 4 sore yang tentu saja itu sudah melewati jam sarapan dan makan siang normal kita.

Setelah sampai pos 4 langsung kita cari temannya si pendaki yang cidera tersebut dan minta untuk tidak meninggalkan dia turun. Padahal mereka sedang sibuk packing di dalam tenda dan ada beberapa yang sedang bikin makanan. Setelah itu kita langsung menuju tenda dan pas datang langsung di sambut sama mba Ani, Mas Rona dan Mas Catur yang sedang duduk santai sambil berkengkrama di depan tenda. Dan tentu saja sajian makan siang dari chef andalan kami, mba Ani sudah siap untuk di santap dan berjejer di depan tenda. Kerennya mereka bertiga nungguin kita datang dulu baru mulai makan siang bareng-bareng untuk tenaga turun gunung.

"Kok, lama banget turunnya? Biasnaya jam 1 palign telat ya jam 2 udah sampai pos4 lagi?" tanya mba Ani yang memang sudah pernah summit attack sehingga tahu estimasi waktunya.

"Tadi tuh ada pendaki yang cidera jadi kita nemenin dulu. Lalu sekarang bang Eko masih diatas sana nemenin. Dan kita turun duluan soalnya harus ngabarin temennya si pendaki biar gak ditinggalin turun ke basecamp."

Kita pun istirahat sejenak sekaligus melepas lelah dan dahaga sembari memulihkn tenaga. Saya pun masuk ke dalam tenda untuk menaruh tas kamera dan mencari cemilan yang tersisa di dalam tenda. Namun dari luar mas Rona manggil.

"Mas, itu di cariin temannya sini keluar."

Dengan penasaran saya pun keluar tenda sambil terheran-heran dan dalam hati bergumam perasaan gak ada temen saya yang naik bareng deh kecuali rombongan ini. "Mana?"

"Itu diatas lagi duduk," kata mas Rona sambil menunjuk dua ekor monyet yang sedang asyik duduk anteng diatas pohon di sebrang tenda kita.

"Aseeeem kirain orang,"

Namun dalam hati saya langsung teringat kembali pada dua pendakian saya sebelumnya dimana bertemu dengan monyet yang anteng duduk diatas pohon sambil memperhatikan kita. Dan tentu sesuai pengalaman saya bertemu dengan monyet yang seperti itu, otomatis di dekat situ ada makhluk lain yang tak kasat mata entah itu di dekat kita atau tak jauh dari kita.

Soalnya pas di Gunung Gede juga seperti itu dan nyatanya temen saya yang indigo melihat tante putih sedang duduk manis di pinggir jalur. Dan tentu saja di atas pohon ada dua monyet yang sedang duduk anteng memperhatikan kita di jalur pendakian.

Lalu kejadian kedua saat pendakian gunung Slamet via jalur Bambangan tepatnya sebelum masuk pos 4 Samaranthu kita juga bertemu dengan kawanan monyet yang sedang duduk anteng diatas pohon. Dan seketika hawa di sana begitu mencekam dan bawaannya pengen cepet-cepet jalan dan ninggalin daerah situ. Tahu sendiri kan pos 4 Samaranthu jalur bambangan itu bagaimana terkenalnya tempat paling mistis. Sesuai namanya Samaranthu yang artinya hantu yang samar-samar.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh laksmi

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku