/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
"Mama, aku mohon jangan bawa putriku! Aku sanggup menghidupinya, Ma."
Seorang wanita berparas memikat yang baru saja melahirkan bersimpuh dan memegang kaki wanita lain yang sedang menggendong seorang bayi perempuan baru lahir.
"Jangan egois, kamu! Ini adalah balasan karena kamu telah merebut putraku," hardik wanita dengan usia yang dua kali lipat dengan usianya. Wanita itu menghentakkan kakinya agar ibu dari bayi yang digendongnya melepaskan kakinya.
Setelah lepas, dia pergi dengan cepat agar tidak bisa dikejar.
"Ma…. Aku mohon…!"
Ratna sama sekali tidak menoleh. Dia tak lain adalah mertua dari wanita yang baru saja melahirkan itu. Juga merupakan istri dari Fredi Edward, pemilik perusahaan WANGS GOOD.
Kabar kematian anaknya–Erlangga Edward membuatnya tega memisahkan ibu dan bayi yang baru dilahirkan, yang tak lain adalah cucu dan menantunya.
Sabrina, nama menantu Ratna yang merupakan istri Erlang. Wanita itu masih menangis dan duduk di lantai saat ibu mertuanya sudah tak terlihat. Dua tangannya menyangga badan agar tidak jatuh tengkurap. Sementara kakinya tertekuk pada siku dengkul.
Suster yang tadi bersembunyi langsung keluar dan membawa Sabrina kembali ke kamar setelah Ratna berbelok di pertigaan lorong rumah sakit. Secara tak sengaja, dia melihat drama antara mertua dan menantu secara live setelah kembali mengambil perlengkapan susu formula untuk bayi Sabrina.
Suster ber-name tag Susi itu langsung membantu Sabrina berdiri dan memapah lalu membawanya menuju kamar rawat. Setelah sampai di kamar dia membaringkan Sabrina di kasur brankar.
"Nyonya, sebaiknya istirahat dulu!" ujar Susi lalu beranjak untuk menenangkan bayi di dalam box. Bayi itu menangis sedari tadi, saat saudara kembarannya dibawa oleh Neneknya.
Dengan cekatan, Susi membuat susu untuk bayi yang baru lahir itu. Setelah bayi merah itu tenang dan tidur kembali, Susi berusaha untuk menghibur Sabrina.
Beberapa jam yang lalu, Susi merasa iri pada Sabrina karena mendapatkan mertua seperti Ratna. Sebelum ada kabar kematian Erlangga, Ratna begitu baik dan terlihat sangat menyayangi menantunya. Hingga membuat semua orang yang melihat, termasuk Susi merasa iri. Namun pada detik ini keadaan berubah 180 derajat.
"Nyonya, saya memang kurang tahu dengan permasalahan yang sedang Anda hadapi. Akan tetapi, Nyonya harus semangat. Lihatlah, anak Anda begitu cantik dan masih butuh sosok ibu!" ujar Susi tersenyum. Dia sudah berada di depan Sabrina dan memperlihatkan wajah bayi merah itu.
Sabrina mengusap air matanya, kemudian beralih duduk. "Kamu benar. Aku masih memilikinya di dunia ini."
"Coba, Nyonya gendong!" Susi tersenyum dan mengulurkan bayi itu pada Sabrina.
Bayi mungil nan cantik itu tersenyum di pangkuan ibunya meski terlelap. Sabrina pun ikut tersenyum.
"Senyummu seperti embun di pagi hari yang membasahi tanah gersang. Memperindah bunga dan dedaunan. Karena itu, Mama akan memberimu nama Embun Mentari."
Setelah seminggu, Sabrina dan bayinya sudah diperbolehkan pulang. Karena Sabrina adalah yatim piatu dan tak memiliki sanak saudara di kota ini, dia memutuskan untuk membeli rumah kecil di pinggiran kota menggunakan uang tabungannya semasa kerja.
Sebuah rumah minimalis satu lantai yang memiliki, dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, satu ruang tamu dan halaman yang luas menjadi pilihan Sabrina. Dia mendapatkan rumah itu dengan bantuan Susi, karena sebelumnya rumah itu milik tetangga Susi.
Dengan sisa uang membeli rumah, Sabrina memulai usaha membangun toko tanaman hias. Setelah lima tahun toko itu mulai membesar dan ada tiga karyawan.
Begitupun putri Sabrina, Embun Mentari. Bocah yang kerap disapa Tari itu tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang imut, lucu dan juga aktif. Tak jarang gadis itu mengganggu karyawan Sabrina di sela pekerjaan.
Karena itu, di tahun ajaran kali ini, Susi menyarankan pada Sabrina untuk memasukkan Tari ke paud.
"Tante Susi…," panggil Tari saat melihat Susi pulang dan memasuki gerbang toko. Saat itu Tari baru saja selesai membuat satu karyawan Sabrina yang bernama Bela mengeluarkan taring.
Susi menyambut Tari dengan merentangkan kedua tangannya. "Euummm, wanginya ponakan Tante yang cantik ini," pujinya sembari mencium rambut Tari.
"Tante juga wangi, sudah mandi 'kah?"
"Belum. Tapi tadi menggunakan sanitizer di seluruh badan Tante, agar tidak ada kuman yang ikut tante dan menular pada Tuan Putri yang cantik ini," gemasnya lalu melepas pelukan dan mencubit hidung Tari yang minimalis.
/0/14004/coverorgin.jpg?v=8a3915c664acd17c3f4819f3ef533ada&imageMogr2/format/webp)
/0/21484/coverorgin.jpg?v=a5ba052a8c83e20b2f6df0bd079b6934&imageMogr2/format/webp)
/0/17274/coverorgin.jpg?v=1da3b24971bfb3a9b1dc9acb56b5a671&imageMogr2/format/webp)
/0/14655/coverorgin.jpg?v=9b4117b067fce39f82af36eee761b4d5&imageMogr2/format/webp)
/0/13195/coverorgin.jpg?v=5fb858b2fea9f6ed3a2d883cc21ad37e&imageMogr2/format/webp)
/0/15101/coverorgin.jpg?v=7cb231ffef2bcc94d883fe91eb496ece&imageMogr2/format/webp)
/0/14156/coverorgin.jpg?v=0d6bcf5b3aacc35c4be934b534409f0b&imageMogr2/format/webp)
/0/25610/coverorgin.jpg?v=be804ca94527adba217aa6371371afd3&imageMogr2/format/webp)
/0/16616/coverorgin.jpg?v=53a146eba0114a71857447c93a130608&imageMogr2/format/webp)
/0/6054/coverorgin.jpg?v=cd2cbe497d2e4b6dd12ac5c53834a548&imageMogr2/format/webp)
/0/8080/coverorgin.jpg?v=0f27fb98e9d0a37240cbd0f9093e1bb2&imageMogr2/format/webp)
/0/15087/coverorgin.jpg?v=47d7fdfcf429004b5c89c77424a493d5&imageMogr2/format/webp)
/0/15549/coverorgin.jpg?v=17cd2a0a9df65496435903e62825ec4a&imageMogr2/format/webp)
/0/15781/coverorgin.jpg?v=4e84c797b1899ad4825693a122bae47d&imageMogr2/format/webp)
/0/15914/coverorgin.jpg?v=590c5ad504c47ceac35620d55e80de70&imageMogr2/format/webp)
/0/29836/coverorgin.jpg?v=0d587f7137d2afed790219e29bf32582&imageMogr2/format/webp)
/0/13081/coverorgin.jpg?v=3f97381ea849adbd88e6891fbe8f6e9d&imageMogr2/format/webp)
/0/29393/coverorgin.jpg?v=a38d767cb176bae84918e6f8c470ddee&imageMogr2/format/webp)