/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
Semilir angin malam menerpa rambut panjang seorang gadis yang saat ini tengah berjalan di tengah kegelapan, matanya yang bulat dan terlihat tajam kini menatap lurus ke arah depan.
Dia segera memasang tudung yang tersambung pada jubahnya agar wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas. Gadis itu memperhatikan sebuah gerbang yang berada cukup jauh di depan sana.
Terlihat puluhan pria bertelinga runcing dengan tombak dan panah tengah berjaga di depan pintu gerbang Nirthina, tempat yang menjadi hunian para peri. Mereka tinggal di Nirthina, mempunyai aturan dan hukum mereka sendiri.
Sudut bibir gadis bernama Le Delleraz itu sedikit tertarik ke samping membentuk sebuah senyuman yang teramat tipis.
Delleraz mendongakkan kepalanya untuk menatap rembulan yang terlihat memancarkan cahayanya hingga kulit putih pucat Delleraz kini menjadi bersinar diterpanya.
"Ini waktunya," gumam Delleraz kemudian melangkahkan kakinya keluar dari gelapnya hutan.
Delleraz berjalan dengan tenang, menyusuri hamparan rumput hijau yang terasa basah. Kakinya terus melangkah membuatnya semakin mendekat pada gerbang Nirthina.
"Berhenti di sana!" terdengar suara lantang dari salah satu prajurit membuat Delleraz menghentikan langkah kakinya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Sudah malam, tidak ada yang boleh bertamu ke Nirthina di malam hari. Kecuali jika kau sudah memiliki janji dengan Ratu Shanley!"
Delleraz menatap semua prajurit yang kini berdiri beberapa meter di hadapannya, para prajurit peri itu terlihat begitu waspada dengan senjata di tangan mereka.
"Aku tidak memiliki janji," ucap Delleraz dengan suara yang terdengar begitu lembut tetapi tegas secara bersamaan.
"Kalau begitu pergilah dari sini," usir prajurit-prajurit itu membuat bibir Delleraz sedikit berkedut mendengarnya.
"Aku akan pergi setelah mendapatkan apa yang ku inginkan."
Para prajurit itu saling menatap satu sama lain ketika Delleraz melangkah sedikit mundur sembari menurunkan tudung yang menutupi kepalanya. Kini mereka semua bisa melihat mata berwarna coklat gelap milik Delleraz dan wajahnya yang bisa dikatakan sempurna.
"Siapa kau? Pergilah dari sini!" tanya mereka merasa penasaran.
"Kalian pasti mengetahui namaku, apa......ini pertama kalinya kalian melihat wajahku?" Delleaz tersenyum tipis kemudian merentangkan kedua tangannya.
Tiba-tiba saja sebuah cahaya berwarna kemerahan muncul dari kedua telapak tangannya membuat para peri itu begitu terkejut melihatnya.
"Dia penyihir itu!"
"Dia Le Delleraz! Jangan biarkan dia masuk ke dalam Nirthina, dia pasti ingin melakukan kejahatan!"
Prajurit-prajurit itu langsung melemparkan tombak mereka ke arah Delleraz, puluhan anak panah juga mulai dilepaskan. Delleraz hanya diam dan tetap berdiri di tempatnya sebelum ia melepaskan cahaya yang berada di tangannya.
Kraak.
Kraak.
Puluhan anak panah dan tombak itu mengambang di udara kemudian patah begitu saja ketika cahaya yang Delleraz lepaskan menyelimutinya. Peri-peri itu terbelalak kaget, mereka menatap Delleraz dengan penuh kewaspadaan.
Tanpa mengatakan apapun, Delleraz langsung melompat ke udara dan berputar di sana. Ia mengambil serbuk berwarna hitam dari dalam tas kulit yang ia kenakan, serbuk itu berubah menjadi asap ketika terkena oleh angin. Asap itu langsung membuat para peri penjaga terbatuk-batuk ketika menghirupnya.
"Arghh! Apa ini?"
"Jangan sampai dia berhasil masuk!"
"Di mana penyihir itu? Aku tidak melihat apapun!"
Suara panik dari para peri itu terdengar selama beberapa saat karena mereka tidak bisa melihat dengan jelas di mana keberadaan Delleraz, asap itu benar-benar berhasil menutupi pandangan mereka hingga pada akhirnya mereka semua ambruk ke tanah dan kehilangan kesadaran.
Delleraz kembali menginjakkan kakinya di atas tanah, ia menatap datar puluhan peri penjaga yang sudah tidak sadarkan diri.
"Kalian akan bangun dalam kegelapan besok pagi," gumam Delleraz lalu berlajan menuju ke depan pintu gerbang, ia mencoba untuk membukanya, tetapi tidak bisa karena sihir peri yang melindunginya.
Delleraz mengambil nafasnya dalam-dalam, dia sudah mempelajari banyak hal. Delleraz tidak akan berani ke Nithina jika tidak dengan persiapan yang matang. Delleraz menggenggam akar yang menjuntai di depan pintu gerbang itu sembari merapalkan sesuatu dengan begitu cepat.
/0/13743/coverorgin.jpg?v=ffd69a8c4fde11fc5d05be200c61cf56&imageMogr2/format/webp)
/0/3051/coverorgin.jpg?v=17061afea057a3832330204c02699111&imageMogr2/format/webp)
/0/5719/coverorgin.jpg?v=4e079deecc5ee876f9bf8763f66243fb&imageMogr2/format/webp)
/0/7051/coverorgin.jpg?v=d02e71081ea076a51ceddd6975816ea2&imageMogr2/format/webp)
/0/2786/coverorgin.jpg?v=0ec1b9d9d18675cb6d7b62d9b1de3611&imageMogr2/format/webp)
/0/5021/coverorgin.jpg?v=bc6abd5782a5baabd2e1e23c49ab8aa9&imageMogr2/format/webp)
/0/9123/coverorgin.jpg?v=df3ed85080829d0f669d3faefd033b48&imageMogr2/format/webp)
/0/2366/coverorgin.jpg?v=1f087ed3558433361f70830bcc5c820a&imageMogr2/format/webp)
/0/2686/coverorgin.jpg?v=be83c4e09fa314faffbc05f2f248a8bc&imageMogr2/format/webp)
/0/18721/coverorgin.jpg?v=8536c807c843e8c50cf7b97560db7ba6&imageMogr2/format/webp)
/0/4775/coverorgin.jpg?v=587f8b444e8be9c0c7aacc3330d95732&imageMogr2/format/webp)
/0/19596/coverorgin.jpg?v=4172502190521cf3752a4000f022e3b9&imageMogr2/format/webp)
/0/4863/coverorgin.jpg?v=7b1b2353e6008474ae5b3e586cba1e46&imageMogr2/format/webp)
/0/5344/coverorgin.jpg?v=5ce329ffa048f11dbbec013da77b69eb&imageMogr2/format/webp)
/0/13795/coverorgin.jpg?v=74ee9c1ed6ec09ec719119e2eff43b83&imageMogr2/format/webp)
/0/2779/coverorgin.jpg?v=e06c4f28797b072f0a0fded7e97a9884&imageMogr2/format/webp)
/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
/0/7718/coverorgin.jpg?v=820a72f63219ac83ae0a669e5b1cfec9&imageMogr2/format/webp)
/0/2647/coverorgin.jpg?v=5ac96eafb64a5652c4a3110785d3957c&imageMogr2/format/webp)
/0/2296/coverorgin.jpg?v=2008866c80d36e4e1adae0ee504febcc&imageMogr2/format/webp)