Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mirror of The Witcher

Mirror of The Witcher

Reine Biyu

5.0
Komentar
1
Penayangan
10
Bab

Sarah, seorang gadis yang seringkali menjadi sasaran perundungan teman-temannya tak sengaja menemukan cermin misterius ketika sedang bersembunyi di toilet. Tak disangka-sangka, cermin itu justru mengantarkannya ke dimensi lain yang jauh dari rumah. Namun malang, gadis itu justru dituduh sebagai seorang penyihir pembunuh di sana. Demi sebuah kepercayaan, Sarah bersama Rigel yang merupakan anak dari seorang kepala desa, menjalankan misi paling berbahaya demi mengungkap kutukan kematian di Desa Nereis. Di saat bersamaan, ikatan antara keduanya mulai muncul. Sebuah ikatan yang merusak misi dan tujuan awal mereka. Maka, bagaimanakah kelanjutan petualangan Sarah? Akankah gadis itu berhasil menemukan sang pembunuh? Dan bisakah kelak dia kembali ke dunia asalnya? Temukan jawabannya dan jangan beritahu siapa pun atau dia juga akan memburumu nanti!

Bab 1 Ketakutan Terbesar

Sajak-sajak penuh kemuraman menghinggap di salah satu episode kisah tua kesukaan seorang gadis bersurai hitam legam. Tak terpatri setiap kalimat yang tertulis seolah menghakimi. Alih-alih memberikan penggugah selera, ia justru menyajikan kepahitan yang tiada akhir. Kendati demikian, sorot mata dengan iris amber langka itu tak mau menghilang dari sana.

Tinggal sekian menit lagi, ia masih berusaha mengalihkan rasa takutnya, lantaran jarum jam tak mau disuruh berhenti. Dirinya tahu betul bahwa suasana hening yang melingkupinya akan segera berganti menjadi sebuah kutukan yang sangat ingin sang gadis hindari.

Papan tulis putih diketuk perlahan. Jari jemari yang semula bergerak di atasnya ikut menghindar dari sana. Bersamaan dengan itu pula, suara dering lonceng yang memekakan telinga terdengar membahana, merasuki indra pendengaran setiap penghuni ruangan.

"Baik. Kita selesaikan pelajaran sampai di sini. Sampai berjumpa lagi, anak-anak," ucap seorang wanita paruh baya yang sedari tadi memimpin jalannya kegiatan dalam ruangan bernuansa putih itu.

"Terima kasih, Miss Lorraine," sahut seisi ruangan yang kemudian diikuti dengan bisik-bisik pembicaraan lain.

Waktu istirahat telah tiba. Momen yang paling dinantikan oleh semua orang di sana. Oh, tentu saja pengecualian bagi gadis bermata amber. Ia sangat benci dengan detik-detik ini, lantaran kutukan itu akan segera menghampirinya. Tunggu saja, sebentar lagi bedebah itu pasti akan memunculkan wajahnya di depan sang gadis.

Miss Lorraine telah membawa langkah kakinya untuk keluar dari ruangan. Maka, ini saat yang tepat bagi para bedebah untuk beraksi. Sebelumnya, gadis bermata amber telah berusaha secepat mungkin meninggalkan tempat duduknya.

Namun sayang, langkahnya tetap tidak lebih cepat dari sosok yang sangat membuatnya muak, hingga ingin menghilang dari semesta.

"Eitss, kau mau kemana, Sarah? Jangan terburu-buru karena aku ingin membicarakan satu-dua hal denganmu."

Sosok itu muncul, menghalangi langkah Sarah yang baru saja beranjak dari bangkunya. Gadis berambut blonde dengan kardigan merah yang membalut tubuhnya, kini tengah berdiri tepat di depannya. Gadis itu juga tak segan mendorong tubuh Sarah untuk kembali duduk di bangku.

"Kemarikan bekal makan siangmu!" serunya sembari menepuk ujung meja gadis berambut hitam legam itu. Di belakangnya, dua gadis lain tengah memasang wajah yang sama menyebalkannya.

"Tidak ada yang menarik dari bekalku hari ini, Monica," lirih Sarah dengan nada yang sangat datar. Sorot matanya tampak menajam.

Mendengar kalimat itu, Monica tentu saja semakin geram. Ia tak mau berhenti mendesak gadis malang itu. Sebenarnya, Monica bukanlah seorang peminta-minta, lantaran ia memang hidup dengan serba berkecukupan. Bagaimana tidak? Ayahnya merupakan CEO dari perusahaan terkenal. Sedangkan, Ibunya sendiri merupakan pemilik butik terbanyak di kotanya.

Namun, semua aset berharga itu justru membuatnya menjadi gadis yang teramat sombong. Ia memang lebih dalam kekayaan juga rupa, tetapi tidak dalam sikap. Gadis blonde perundung yang mengerikan mungkin sangat cocok menjadi julukannya. Ia dan kedua teman dekatnya membentuk geng biadab yang setiap harinya selalu mencari korban. Barangkali itu pula yang terjadi pada Sarah.

Monica mencondongkan tubuh rampingnya ke arah Sarah, lantas mendekatkan bibir merah kepunyaannya ke telinga gadis malang itu. "Aku tidak peduli apa bekalmu. Perkataanku adalah perintah buatmu, Sarah," bisiknya yang terdengar amat menusuk.

Sebagai jawaban, Sarah menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tak berniat memberikan bekalnya, sekalipun nyawanya menjadi taruhan. Bukan kali pertama gadis bersurai hitam legam itu berada dalam posisi demikian. Perundungan barangkali telah menjadi makanan rutin untuknya. Kendati demikian, kali ini Sarah tak mau menurut, lantaran gadis itu sungguh berada dalam ambang kelaparan.

Bangun kesiangan membuat ia tak sempat memasukkan sesuatu ke dalam perutnya. Maka, siang ini pun Sarah harus menanggung kepalaran yang luar biasa.

"Berikan Sarah!"

Suara Monica semakin meninggi hingga membuat atensi seluruh penghuni kelas tertuju padanya. Kendati demikian, tidak ada satu pun dari mereka yang berani membela Sarah, lantaran mereka tahu akibat yang akan diterima setelahnya.

Sarah bukan gadis lemah. Ia seorang pemberontak, tetapi di depan Monica dan teman-temannya, gadis itu menciut. Pernah dua kali ia berusaha melawan, mempertahankan harga dirinya, tetapi justru berujung pada sesuatu yang sangat mengerikan. Maka sejak saat itu, Sarah memilih diam, walaupun dalam hatinya ia sudah sangat muak.

Tak mendapatkan tanggapan apapun dari lawan bicaranya, Monica segera menarik paksa bekal yang tengah berada di genggaman sang gadis.

"Apakah harus kupaksa dulu agar kau mau memberikan padaku, Nona Sarah?" sarksas Monica. Gadis bersurai blonde itu tergerak untuk memeriksa sesuatu di dalam kotak bekal milik Sarah.

Bukannya mencicipi menu yang tersedia, tanpa disangka-sangka Monica justru menuangkan seluruh isinya tepat di atas kepala Sarah, hingga membuat sang empunya terlonjak kaget.

"Apa yang kau lakukan, Monica?!" seru Sarah dengan suara lantang. Sorot matanya semakin menajam, menatap tepat di manik milik Monica.

Melihat demikian, Monica semakin tertawa kegirangan. Bagai ekstasi, kemarahan korbannya menjadi candu tersendiri bagi gadis blonde itu. "Jangan marah-marah, Nona. Itu hukuman buatmu karena tak mematuhi perintahku," tegasnya.

Sementara di belakangnya, dua gadis lain-yang merupakan anak buah Monica-menyusul tertawa meremehkan. Ketiganya puas meluluh lantahkan sang korban.

"Yuk, pergi!" titah Monica yang langsung dihadiahi anggukan oleh keduanya-Emily dan Verra.

Miris memang melihat sosok Sarah, lantaran dari sekian banyaknya murid di sekolah elite itu, dirinya lah yang seringkali menjadi bual-bualan gadis berambut blonde. Sejak kehadirannya di sana, Sarah memang termasuk ke dalam daftar murid pemberontak di mata sang bedebah menyebalkan itu-yang mana mau tidak mau ia akan terus berurusan dengannya.

Barangkali perlu membekukan waktu untuk kembali pada hari pertama Sarah menjadi sasaran empuk Monica. Kala itu, dirinya belum mendapatkan julukan murid terpandai. Maka, Monica pun belum mengincarnya.

Usut punya usut, Miss Lorraine yang merupakan guru bahasa di sekolahnya tiba-tiba saja memuji betapa hebatnya Sarah karena hanya dirinya seorang yang berhasil mendapatkan nilai sempurna dalam ujian di mana rata-rata teman sekelasnya berada di bawah batas kriteria minimum.

Mendengar pujian demi pujian yang terlontar untuk Sarah, gadis berambut blonde naik pitam. Ia tak suka ada sosok lain yang mengunggulinya dalam hal apapun. Maka, detik itu juga dapat dipastikan bahwa Sarah menjadi daftar target perundungan.

"Berani-beraninya kau merebut posisiku, heh?!" seru Monica yang tengah mengurung Sarah di ruangan kelas tanpa ada seorang pun di sana, kecuali ia dan sang gadis.

Sarah tak mau tinggal diam, dirinya segera membalas perkataan Monica yang terdengar aneh di telinganya.

"Jadi, kau iri padaku, Nona Monica yang cantik jelita?" sarkasnya tanpa rasa takut-lebih tepatnya belum. Kala itu, perasaan takut belum menghantui kehidupan Sarah.

"Siapa kau berani membalas perkataanku dengan kalimat itu?" lirih Monica yang mulai mencengkram kerah baju Sarah.

Bukannya menciut, Sarah justru berdecih, lantas tersenyum miring. "Memangnya kau sendiri siapa hingga berlaga hebat seperti seorang ratu?!" balas gadis bersurai hitam legam itu dengan penuh penekanan.

Mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir merah muda Sarah, membuat Monica dikuasi iblis jahat dalam sekejap. Sorot matanya tampak menyala-nyala dan tanpa perhitungan salah satu telapak tangan gadis itu menampar pipi kanan milik Sarah.

"Kau harus tahu siapa aku sebelum berani berseru di hadapanku, Sarah!"

Bersamaan dengan itu, Sarah pun tampak dikuasai sisi gelap dari dirinya. Ia tak segan membalas tamparan Monica hingga gadis itu tersungkur ke lantai putih di bawah kakinya. Oh tidak, Sarah benar-benar mencari masalah!

Monica tak mau terlihat lemah, gadis itu segera beranjak, lantas membisikkan sesuatu di telinga Sarah. "Setelah ini kau akan mendapatkan balasan yang setimpal, gadis busuk. Akan kupastikan kau menderita."

Detik itu, Sarah belum mengerti maksud perkataan Monica. Ia menjalani sisa harinya seperti biasa tanpa ada pikiran buruk terlintas di kepalanya. Gadis bersurai hitam legam itu hanya menganggap perkataan Monica sebagai angin lalu saja, hingga keesokan harinya dua mobil polisi terparkir di depan rumah gadis itu.

Malang sekali, ayah Monica yang merupakan donatur tebesar di sekolah elite itu membuatnya dapat dengan mudah menghasut kepala sekolah dan menyatakan bahwa tindakan Sarah adalah kriminal, mengingat adanya bekas kemerahan di salah satu pipinya. Alhasil, gadis berambut hitam harus mendekam di penjara selama satu minggu.

Maka, setelahnya jangan tanyakan lagi mengapa Sarah tak pernah membalas perlakuan Monica. Bukan karena takut, hanya saja Sarah tidak ingin menambah masalah untuk hidupnya yang memang sudah pelik sedari awal.

Namun sisi gelapnya, ternyata dari sanalah awal perjalanan Sarah menemukan dimensi lain yang jauh berbeda dari dunianya! Oh, bagaimanakah nasib gadis itu nantinya?

BERSAMBUNG ...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku